chapter 12 Kenapa Ada Orang Setidak Tahu Malu Itu?
by Lisa Lie
10:10,Nov 01,2023
Siska langsung berdiri dan berlari ke kamarnya untuk mengganti pakaiannya.
Mengingat tatapan Chris tadi, Siska menutupi wajahnya dengan tangannya. Sekarang dia benar-benar ingin mencari sebuah lubang dan bersembunyi di dalamnya.
Chris tidak akan berpikir kalau Siska menggodanya, 'kan?
Sekarang Siska tidak punya muka untuk bertemu dengan orang lain lagi.
Siska menarik napasnya dalam-dalam. Melihat dirinya sudah hampir terlambat, dia menggelengkan kepalanya, memutuskan untuk melupakan masalah memalukan ini.
Siska pelan-pelan membuka pintu dan Chris yang masih menyantap sarapannya tidak menyadari pergerakan Siska.
Siska mengertakkan giginya, berpura-pura tidak melihat Chris dan berjalan melewatinya begitu saja.
Dia langgung memakain sepatunya dan keluar!
Setelah tiba di luar kompleks, Siska pun menghela napas panjang.
Saat sampai di perusahaan, Siska menyadari ada yang tidak beres dengan suasana di perusahaan. Rekan kerjanya memandangnya dengan tatapan aneh.
Jarak tempat tinggal Siska ke perusahaan jauh, jadi dia selalu datang pas-pasan sebelum jam kerja. Jadi, dia tidak tahu ada masalah apa di perusahaan.
Siska pergi ke meja kerja Tina dan bertanya dengan suara kecil, "Tina, apa terjadi sesuatu?"
Tina tersenyum pada Siska, ekspresinya tidak seramah biasanya, hal ini membuat Siska merasa kurang nyaman.
"Siska, tadi calon ibu mertuamu kemari."
"Apa?" Siska membelalakkan matanya. Ibu Yuda kemari? "Dia bilang apa?"
"Sebenarnya, dia nggak bilang apa-apa. Siska, menurutku Yuda sangat baik, kenapa kamu putus dengannya? Yang penting hubungan kalian baik-baik saja, untuk apa memedulikan hal lainnya."
Mendengar ucapan Tina, Siska sudah tahu apa yang kira-kira terjadi. Ibu Yuda pasti menjelek-jelekkan dirinya. Kalau tidak, rekan kerjanya tidak akan melihat Siska dengan tatapan seperti ini.
"Siska, ke sini sebentar." Manajer Hera tiba-tiba muncul dan mengetuk meja Siska.
Siska menggigit bibirnya dan mengikuti Manajer Hera ke kantornya.
Manajer Hera merupakan seorang wanita berusia empat puluhan dengan temperamen yang sangat jelek. Orang-orang bilang, Manajer Hera sedang menopause. Melihat ekspresi Manajer Hera yang tidak baik, sebelum masuk ke kantor, Siska mengingat-ingat semua pekerjaan yang dia kerjakan minggu ini, seharusnya semuanya tidak ada masalah.
Setelah itu, Siska baru bertanya, "Manajer Hera, ada yang bisa kubantu?"
Manajer Hera langsung melempar sebuah tablet ke hadapan Siska. Tablet itu menunjukkan sebuah video. Hati Siska tenggelam. Siska mengambil tablet itu dan memutar video di dalamnya.
Begitu video diputar, suara ibu Yuda langsung terdengar.
"Entah dosa apa yang kulakukan sampai Yuda bisa berpacaran dengan wanita sepertinya. Dia minta putus hanya karena kita nggak bisa memberinya banyak uang mahar."
"Aku dan suamiku hanyalah seorang petani seumur hidup kita, tapi waktu dia bilang mau beli rumah di kota, kita langsung menjual rumah di desa untuk membeli rumah di kota. Dia juga merasa kita kotor dan nggak mau tinggal bersama kita. Selain itu, dia meminta 400 juta lagi untuk uang mahar. Harus mengeluarkan uang sebanyak itu dalam satu bulan bukankah sama saja dengan membunuh kita."
Mendengar ucapan yang bertolak belakang dengan apa yang terjadi ini, Siska pun sangat marah.
Warna kulit wanita ini agak gelap, wajahnya dipenuhi kerutan karena terus-terusan berdiri di bawah terik matahari dan diterpa angin. Ditambah dengan pakaiannya sederhananya dan air mata yang membasahi wajahnya, dia memberikan citra seorang petani yang bekerja dengan sangat keras.
Siapa pun yang melihatnya akan merasa mengerti dengan kesulitannya dan percaya kalau dia adalah korbannya.
"Yuda sangat menyukainya. Dia sudah merendahkan diri untuk membujuk wanita ini. Dia bahkan sudah nggak makan dan minum untuk beberapa hari sampai harus masuk rumah sakit. Aku juga terpaksa datang untuk memohon padanya. Kalau dia ada di kantor, tolong panggil dia ke sini. Aku mau memberi tahu dia, kita bukannya nggak mau memberikan 400 juta itu, tapi kita hanya butuh sedikit waktu lagi."
Ada orang yang membujuk ibu Yuda, "Ibu, sekarang dia belum datang. Kita akan memberi tahu dia begitu dia sampai. Kamu cepatlah pulang, kita harus bekerja, keberadaanmu akan memberikan pengaruh buruk."
Siska tidak tahu seseorang bisa setidak tahu malu itu.
Hanya karena uang 400 juta, ibu Yuda bahkan tidak memedulikan wajahnya lagi.
Yuda sudah frustasi dan sekarang ibunya yang ingin menggunakan opini publik untuk memaksanya berkompromi dan menikahi Yuda sehingga dia tidak perlu membayar kembali 400 juta tersebut.
Kalau Siska tidak menikah dengan Yuda, dia akan dicap wanita yang tidak menginginkan pacarnya harena pacarnya miskin, sedangkan dia suka dengan kekayaan. Hal ini akan merusak nama baik Siska di perusahaan tempatnya bekerja.
Sungguh kejam.
Siska berusaha menekan emosinya, meletakkan tablet itu dan berkata kepada Manajer Hera, "Dia memfitnahku! Masalahnya bukan seperti itu."
"Aku nggak peduli dengan apa yang terjadi. Siska, aku memperingatkanmu untuk selesaikan masalah pribadimu sendiri. Jangan bawa masalah pribadimu ke perusahaan. Kalau ada klien yang melihatnya, apa yang akan mereka katakan?"
Manager Hera menatap Siska dengan tatapan dingin, "Kuharap hal semacam ini nggak akan terulang lagi. Kamu pulanglah dan tangani masalah ini, pastikan kamu menyelesaikannya sebelum kamu datang bekerja!”
Kalimat terakhir itu berarti Siska tidak perlu datang lagi kalau tidak bisa menyelesaikan masalah ini. Hanya saja Manajer Hera mengucapkannya dengan kata-kata yang lebih halus.
Siska mengepalkan tangannya erat-erat, "Baik, sku mengerti."
"Kembalilah."
Saat Siska beranjak pergi, Manager Hera menghentikannya lagi, "Tunggu."
"Ada apa, Manager Hera?"
Manager Hera mengerutkan alisnya, "Aku terlalu marah sampai melupakan masalah ini. Tadi Direktur Liao mengirim email, dia bilang malam ini akan ada jamuan dan menyuruhmu serta Tina untuk menjamu klien. Nanti aku akan memberi tahu alamatnya ke emailmu, kamu cepatlah pergi ke sana untuk mengatur jamuannya."
Siska menganggukkan kepalanya, "Baik."
Sekembalinya Siska ke tempat duduknya, dia pun membahasnya dengan Tina. Tina bertugas untuk mengonfirmasi jamuannya dengan klien, sedangkan Siska bertugas mereservasi hotel untuk jamuan.
Siang itu Siska pergi ke hotel untuk mereservasi ruangan dan makanan berdasarkan jumlah orang yang Tina beri tahu.
Menurut Tina, jamuan malam ini diadakan untuk menjamu klien yang datang kemarin. Jamuan ini seharusnya bukan jamuan biasa, terapi bertujuan untuk menegosiasikan masalah kontrak, jadi Siska tidak berani sembarangan.
Siska memeriksa ulang semua makanan yang dia pesan. Setelah memastikan tidak ada yang salah, dia pun mengirim alamat spesifiknya kepada Tina.
Sekitar jam enam sore, Tina juga sudah sampai di lokasi.
Tina terlihat sangat bersemangat. Dia merangkul lengan Siska sambil menunggu di depan hotel.
"Siska, kalau Direktur Liao memilih kita untuk menerima klien sebesar ini, berarti dia menganggap kita yang paling cantik di perusahaan, 'kan?"
"Kenapa bukan karena kita melakukan pekerjaan kita dengan baik?"
"Kalau gitu kita harus cari Manager Hera dong," jawab Tina tidak menerimanya.Untuk beberapa alasan, Tina lebih suka orang lain memujinya cantik dari pada melakukan pekerjaannya dengan baik."
Siska tidak membantahnya, dia hanya membiarkan Tina tenggelam dalam angan-angan kecantikannya.
Sebenarnya Direktur Liao sengaja memilih mereka berdua karena Chris yang melirik Siska hari itu. Saat membahas masalah bisnis, harus melakukan yang terbaik.
Sedangkan untuk Tina itu murni bonus. Karena Direktur Liao takut kalau hanya memanggilnya Siska orang lain akan berpikiran yang tidak-tidak.
Siska sudah berdiri di depan hotel sampai kakinya pegal. Pada jam tujuh lewat tiga puluh, akhirnya mobil Direktur Liao tiba.
Tina langsung melangkah maju untuk membuka pintu mobil Direktur Liao dan berkata dengan penuh perhatian, "Direktur Liao, akhirnya Anda sampai juga."
Begitu Direktur Liao turun dari mobil, beberapa petinggi perusahaan juga satu per satu sampai. Tina memandang sekeliling, tetapi masih tidak menemukan keberadaan klien yang dia pikirkan.
"Direktur Liao, apa kliennya belum datang?"
Direktur Liao mengancing jasnya dan melihat ke belakang, "Harusnya bentar lagi sampai."
Begitu Direktur Liao menyelesaikan ucapannya, sebuah mobil Bentley melaju perlahan dan berhenti di depan hotel.
Tina pergi ke samping Siska dan berbisik, "Sudah data g, klien ini sangat tampan, aku pasti nggak akan membohongimu."
Mendengar ucapan Tina, Siska juga ikut merasa penasaran. Sebenarnya klien ini setampan apa sampai bisa membuat seorang wanita dengan selera setinggi langit seperti Tina menjadi begitu bersemangat.
Tak lama kemudian, pintu mobil terbuka dan dua orang turun dari mobil.
Mengingat tatapan Chris tadi, Siska menutupi wajahnya dengan tangannya. Sekarang dia benar-benar ingin mencari sebuah lubang dan bersembunyi di dalamnya.
Chris tidak akan berpikir kalau Siska menggodanya, 'kan?
Sekarang Siska tidak punya muka untuk bertemu dengan orang lain lagi.
Siska menarik napasnya dalam-dalam. Melihat dirinya sudah hampir terlambat, dia menggelengkan kepalanya, memutuskan untuk melupakan masalah memalukan ini.
Siska pelan-pelan membuka pintu dan Chris yang masih menyantap sarapannya tidak menyadari pergerakan Siska.
Siska mengertakkan giginya, berpura-pura tidak melihat Chris dan berjalan melewatinya begitu saja.
Dia langgung memakain sepatunya dan keluar!
Setelah tiba di luar kompleks, Siska pun menghela napas panjang.
Saat sampai di perusahaan, Siska menyadari ada yang tidak beres dengan suasana di perusahaan. Rekan kerjanya memandangnya dengan tatapan aneh.
Jarak tempat tinggal Siska ke perusahaan jauh, jadi dia selalu datang pas-pasan sebelum jam kerja. Jadi, dia tidak tahu ada masalah apa di perusahaan.
Siska pergi ke meja kerja Tina dan bertanya dengan suara kecil, "Tina, apa terjadi sesuatu?"
Tina tersenyum pada Siska, ekspresinya tidak seramah biasanya, hal ini membuat Siska merasa kurang nyaman.
"Siska, tadi calon ibu mertuamu kemari."
"Apa?" Siska membelalakkan matanya. Ibu Yuda kemari? "Dia bilang apa?"
"Sebenarnya, dia nggak bilang apa-apa. Siska, menurutku Yuda sangat baik, kenapa kamu putus dengannya? Yang penting hubungan kalian baik-baik saja, untuk apa memedulikan hal lainnya."
Mendengar ucapan Tina, Siska sudah tahu apa yang kira-kira terjadi. Ibu Yuda pasti menjelek-jelekkan dirinya. Kalau tidak, rekan kerjanya tidak akan melihat Siska dengan tatapan seperti ini.
"Siska, ke sini sebentar." Manajer Hera tiba-tiba muncul dan mengetuk meja Siska.
Siska menggigit bibirnya dan mengikuti Manajer Hera ke kantornya.
Manajer Hera merupakan seorang wanita berusia empat puluhan dengan temperamen yang sangat jelek. Orang-orang bilang, Manajer Hera sedang menopause. Melihat ekspresi Manajer Hera yang tidak baik, sebelum masuk ke kantor, Siska mengingat-ingat semua pekerjaan yang dia kerjakan minggu ini, seharusnya semuanya tidak ada masalah.
Setelah itu, Siska baru bertanya, "Manajer Hera, ada yang bisa kubantu?"
Manajer Hera langsung melempar sebuah tablet ke hadapan Siska. Tablet itu menunjukkan sebuah video. Hati Siska tenggelam. Siska mengambil tablet itu dan memutar video di dalamnya.
Begitu video diputar, suara ibu Yuda langsung terdengar.
"Entah dosa apa yang kulakukan sampai Yuda bisa berpacaran dengan wanita sepertinya. Dia minta putus hanya karena kita nggak bisa memberinya banyak uang mahar."
"Aku dan suamiku hanyalah seorang petani seumur hidup kita, tapi waktu dia bilang mau beli rumah di kota, kita langsung menjual rumah di desa untuk membeli rumah di kota. Dia juga merasa kita kotor dan nggak mau tinggal bersama kita. Selain itu, dia meminta 400 juta lagi untuk uang mahar. Harus mengeluarkan uang sebanyak itu dalam satu bulan bukankah sama saja dengan membunuh kita."
Mendengar ucapan yang bertolak belakang dengan apa yang terjadi ini, Siska pun sangat marah.
Warna kulit wanita ini agak gelap, wajahnya dipenuhi kerutan karena terus-terusan berdiri di bawah terik matahari dan diterpa angin. Ditambah dengan pakaiannya sederhananya dan air mata yang membasahi wajahnya, dia memberikan citra seorang petani yang bekerja dengan sangat keras.
Siapa pun yang melihatnya akan merasa mengerti dengan kesulitannya dan percaya kalau dia adalah korbannya.
"Yuda sangat menyukainya. Dia sudah merendahkan diri untuk membujuk wanita ini. Dia bahkan sudah nggak makan dan minum untuk beberapa hari sampai harus masuk rumah sakit. Aku juga terpaksa datang untuk memohon padanya. Kalau dia ada di kantor, tolong panggil dia ke sini. Aku mau memberi tahu dia, kita bukannya nggak mau memberikan 400 juta itu, tapi kita hanya butuh sedikit waktu lagi."
Ada orang yang membujuk ibu Yuda, "Ibu, sekarang dia belum datang. Kita akan memberi tahu dia begitu dia sampai. Kamu cepatlah pulang, kita harus bekerja, keberadaanmu akan memberikan pengaruh buruk."
Siska tidak tahu seseorang bisa setidak tahu malu itu.
Hanya karena uang 400 juta, ibu Yuda bahkan tidak memedulikan wajahnya lagi.
Yuda sudah frustasi dan sekarang ibunya yang ingin menggunakan opini publik untuk memaksanya berkompromi dan menikahi Yuda sehingga dia tidak perlu membayar kembali 400 juta tersebut.
Kalau Siska tidak menikah dengan Yuda, dia akan dicap wanita yang tidak menginginkan pacarnya harena pacarnya miskin, sedangkan dia suka dengan kekayaan. Hal ini akan merusak nama baik Siska di perusahaan tempatnya bekerja.
Sungguh kejam.
Siska berusaha menekan emosinya, meletakkan tablet itu dan berkata kepada Manajer Hera, "Dia memfitnahku! Masalahnya bukan seperti itu."
"Aku nggak peduli dengan apa yang terjadi. Siska, aku memperingatkanmu untuk selesaikan masalah pribadimu sendiri. Jangan bawa masalah pribadimu ke perusahaan. Kalau ada klien yang melihatnya, apa yang akan mereka katakan?"
Manager Hera menatap Siska dengan tatapan dingin, "Kuharap hal semacam ini nggak akan terulang lagi. Kamu pulanglah dan tangani masalah ini, pastikan kamu menyelesaikannya sebelum kamu datang bekerja!”
Kalimat terakhir itu berarti Siska tidak perlu datang lagi kalau tidak bisa menyelesaikan masalah ini. Hanya saja Manajer Hera mengucapkannya dengan kata-kata yang lebih halus.
Siska mengepalkan tangannya erat-erat, "Baik, sku mengerti."
"Kembalilah."
Saat Siska beranjak pergi, Manager Hera menghentikannya lagi, "Tunggu."
"Ada apa, Manager Hera?"
Manager Hera mengerutkan alisnya, "Aku terlalu marah sampai melupakan masalah ini. Tadi Direktur Liao mengirim email, dia bilang malam ini akan ada jamuan dan menyuruhmu serta Tina untuk menjamu klien. Nanti aku akan memberi tahu alamatnya ke emailmu, kamu cepatlah pergi ke sana untuk mengatur jamuannya."
Siska menganggukkan kepalanya, "Baik."
Sekembalinya Siska ke tempat duduknya, dia pun membahasnya dengan Tina. Tina bertugas untuk mengonfirmasi jamuannya dengan klien, sedangkan Siska bertugas mereservasi hotel untuk jamuan.
Siang itu Siska pergi ke hotel untuk mereservasi ruangan dan makanan berdasarkan jumlah orang yang Tina beri tahu.
Menurut Tina, jamuan malam ini diadakan untuk menjamu klien yang datang kemarin. Jamuan ini seharusnya bukan jamuan biasa, terapi bertujuan untuk menegosiasikan masalah kontrak, jadi Siska tidak berani sembarangan.
Siska memeriksa ulang semua makanan yang dia pesan. Setelah memastikan tidak ada yang salah, dia pun mengirim alamat spesifiknya kepada Tina.
Sekitar jam enam sore, Tina juga sudah sampai di lokasi.
Tina terlihat sangat bersemangat. Dia merangkul lengan Siska sambil menunggu di depan hotel.
"Siska, kalau Direktur Liao memilih kita untuk menerima klien sebesar ini, berarti dia menganggap kita yang paling cantik di perusahaan, 'kan?"
"Kenapa bukan karena kita melakukan pekerjaan kita dengan baik?"
"Kalau gitu kita harus cari Manager Hera dong," jawab Tina tidak menerimanya.Untuk beberapa alasan, Tina lebih suka orang lain memujinya cantik dari pada melakukan pekerjaannya dengan baik."
Siska tidak membantahnya, dia hanya membiarkan Tina tenggelam dalam angan-angan kecantikannya.
Sebenarnya Direktur Liao sengaja memilih mereka berdua karena Chris yang melirik Siska hari itu. Saat membahas masalah bisnis, harus melakukan yang terbaik.
Sedangkan untuk Tina itu murni bonus. Karena Direktur Liao takut kalau hanya memanggilnya Siska orang lain akan berpikiran yang tidak-tidak.
Siska sudah berdiri di depan hotel sampai kakinya pegal. Pada jam tujuh lewat tiga puluh, akhirnya mobil Direktur Liao tiba.
Tina langsung melangkah maju untuk membuka pintu mobil Direktur Liao dan berkata dengan penuh perhatian, "Direktur Liao, akhirnya Anda sampai juga."
Begitu Direktur Liao turun dari mobil, beberapa petinggi perusahaan juga satu per satu sampai. Tina memandang sekeliling, tetapi masih tidak menemukan keberadaan klien yang dia pikirkan.
"Direktur Liao, apa kliennya belum datang?"
Direktur Liao mengancing jasnya dan melihat ke belakang, "Harusnya bentar lagi sampai."
Begitu Direktur Liao menyelesaikan ucapannya, sebuah mobil Bentley melaju perlahan dan berhenti di depan hotel.
Tina pergi ke samping Siska dan berbisik, "Sudah data g, klien ini sangat tampan, aku pasti nggak akan membohongimu."
Mendengar ucapan Tina, Siska juga ikut merasa penasaran. Sebenarnya klien ini setampan apa sampai bisa membuat seorang wanita dengan selera setinggi langit seperti Tina menjadi begitu bersemangat.
Tak lama kemudian, pintu mobil terbuka dan dua orang turun dari mobil.
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved