chapter 10 Pacarmu Sangat Lengket

by Lisa Lie 10:10,Nov 01,2023
Saat Chris bangkit dan bersiap-siap pergi, Direktur Liao segera menghentikannya.

"Direktur Qin, kamu sedang apa? Kita kan lagi nego? Kalau kamu nggak setuju, kita bisa membahasnya lagi. Kamu mau membeli saham mutlak, bukan sekedar membeli sayur. Mana mungkin kita bisa langsung memutuskannya?"

"Aku suka kerja sama dengan orang yang jujur. S&C sudah menyuntikkan banyak modal bahkan lebih tinggi dari harga saham kalian. Kalau aku tidak punya kendali mutlak, di ekspansi bisnis berikutnya, S&C cuman akan jadi pelayan kalian. Kalau gitu kenapa aku harus menandatangani kontrak dengan kalian dan menyuntikkan modal?"

Direktur Liao tidak bisa menahan senyumannya lagi. Dari awal dia sudah tahu kalau Chris mau memasukkan perusahaannya ke dalam rantai perusahaan S&C. Sejujurnya hal ini tidak akan membuat Direktur Liao rugi.

Namun, namanya juga manusia, siapa yang tidak suka lebih banyak uang? Bisnis kedepannua semua tidak terprediksi, yang bisa didapatkan hanyalah kenyataan sekarang, jadi dia berharap Chris akan memberikan lebih banyak dana.

Direktur Liao kira Chris hanyalah pria kaya yang bodoh karena usianya yang masih belia. Dia sama sekali tidak menyangka ternyata dia sudah meremehkan Chris.

Direktur Liao mengertakkan gigi dan berkata, "Karena Direktur Qin sudah mengatakannya, aku tidak akan menyembunyikannya lagi! Aku juga tahu kalau Direktur Qin dengan tulus mau bekerja sama dengan kita. Jangan khawatir, aku akan mengurusnya. Aku pasti akan memberimu solusi yang memuaskan."

"Butuh berapa lama?"

Direktur Liao terdiam sebentar, setelah berpikir, dia pun menjawab, "Tiga hari, aku akan memberimu jawaban dalam tiga hari!"

"Oke."

"Direktur Qin, sudah mau jam makan siang, gimana kalau kita makan siang dulu?"

"Nggak perlu, aku masih punya urusan, lain kali saja."

Setelah Chris menyelesaikan ucapannya, dia berjalan di depan meninggalkan ruangan rapat. Direktur Liao berjalan di belakangnya dan menyusulnya.

"Dulu Direktur Qin sempat tinggal di Cempaka, 'kan? Cempaka ada beberapa hidangan khas, Direktur Qin harus coba kalau punya kesempatan …."

Baru saja jalan beberapa langkah, Chris melihat seseorang yang buru-buru berlari keluar dari ruangan yang berada di dekat sana. Wajah Chris yang dari tadi hanya datar pun menampilkan sedikit perubahan.

Orang itu adalah Siska yang sedang melihat dokumen di genggamannya.

Dokumen itu adalah skrip gaji bulan lalu. Dia sudah menghitungnya, tetapi ada selisih ketika verifikasi, jadi dia harus pergi mengkonfirmasi ulang ke departemen keuangan.

Melihat Chris yang berhenti, Direktur Liao juga ikut melihat ke arah Chris memandang.

Siska memakai baju yang terlihat profesional, dengan atasan kemeja dan jas putih serta kakinya yang jenjang.

Direktur Liao pun tersenyum, "Dia Siska dari departemen administrasi. Dia mengerjakan tugas arsip dan logistik, sayang sekali dia sudah punya pacar."

Bersamaan dengan penjelasan Direktur Liao, Siska juga sudah tidak terlihat lagi di ujung belokan kantor.

Seorang bos besar seperti Direktur Liao tidak mungkin mengingat karyawan seperti Siska. Tetapi, sebagai bagian dari departemen administratif, citra mereka harus bagus. Siska termasuk karyawan yang lebih menonjol di antara karyawan-karyawan cantik dan tampan di departemen administrasi maupun departemen SDA.

Direktur Liao mengingat Siska setelah bertemunya beberapa kali.

Chris hanya terdiam, mengangguk, lalu berjalan ke arah lift.

Saat Siska memberikan dokumen ke departemen keuangan, ternyata sudah hampir jam istirahat. Jadi, mereka menyuruh Siska untuk kembali setelah jam istirahat.

"Oke, habis istirahat makan siang aku balik lagi."

Siska pun pergi dari departemen keuangan. Setelah itu, Tina datang mengajaknya makan bersama.

Mereka berdua turun bersama. Saat mereka berjalan ke lobi, Siska melihat seseorang yang terlihat familier. Direktur Liao sendiri yang mengantar orang itu ke mobil sambil mengobrol dengannya.

Karena saat jam istirahat sangat ramai, wajah pria itu terhalangi dan tidak terlihat.

"Lihat apa?" Tina yang penasaran pun menoleh ke arah Siska memadang.

"Bukan apa-apa, kita mau makan di mana?" Siska mengalihkan pandangannya. Seharusnya Siska salah lihat, mana mungkin Chris ada di perusahaannya?

Mungkin dia mau melamar kerja?

"Ayo lihat-lihat di luar. Aku nggak tahu mau makan apa."

Tina Zhang berjalan sambil merangkul Siska. Mereka baru saja keluar, Siska sudah melihat orang yang paling tidak ingin dia temui, Yuda!

Yuda tergesa-gesa mendekati Siska, Tina Zhang mengerutkan bibirnya dan berkata dengan marah, "Pacarmu lengket sekali. Siang hari juga mencarimu."

Siska memandang Yuda dan mengerutkan keningnya, "Kita sudah putus."

"Hah?"

Yuda sudah tiba di hadapan Siska. Napasnya terengah-engah, dia memandang Siska dan berkata, "Siska, ayo makan bersama."

"Ck, Siska, aku sungguh iri denganmu kamu bisa punya pacar yang begitu mencintaimu. Sana, makan dengannya, aku nggak mau jadi nyamuk kalian," canda Tina, lalu pergi meninggalkan mereka.

Yuda memberikan Siska tatapan memohon, berharap Siska tidak mempermalukannya.

Siska diam sekejap, lalu menghela napas, "Ayo."

Yuda sangat bahagia. Tetapi, saat dia berniat untuk menggenggam tangan Siska, Siska menghindarinya.

Siska baru berjalan tidak jauh, Yuda mempercepat langkahnya mendekati sebuah mobil Ford. Yuda dengan perhatian membuka pintu mobil untuk Siska dan berkata, "Silakan."

Siska menghentikan langkahnya, "Kamu beli mobil?"

Yuda tampak sedikit kaget dan berkata, "Iya, aku sudah reservasi dari bulan lalu. Rencananya aku mau memberimu kejutan, tapi siapa tahu ternyata kamu … yang penting kamu masuk dulu, habis itu baru kita bahas lagi."

Siska tidak tahan lagi. Dia memandang Yuda dengan tatapan tajam, "Bukannya kamu bilang kamu nggak punya uang? Kamu nggak punya uang untuk beli rumah, tapi punya uang untuk beli mobil. Yuda, kamu benar-benar pandai menghitung!"

"Siska, apa maksudmu? Mobil ini nggak mahal, jangan berlebihan seperti itu. Setelah kubeli, kamu kan juga bisa memakainya."

"Nggak mahal itu berapa? Mobil ini juga harta sebelum menikahmu, 'kan? Kamu membeli rumah atas nama ayahmu dan buru-buru membeli mobil sebelum menikah."

"Yuda, aku nggak ingin mengatakan apa-apa lagi. Aku sudah berubah pikiran, kamu harus membalikkan uangku dalam waktu satu minggu. Kalau nggak, kamu akan bertemu dengan pengacaraku. "

Suara Siska tidak termasuk besar, tetapi pada waktu istirahat seperti ini, banyak orang yang berlalu-lalang dan mereka bisa mendengarnya dengan sangat jelas.

Yuda menunjukkan ekspresi kebingungan, "Siska kecilkan suaramu, bisakah kita membahasnya di dalam mobil?"

"Tidak ada lagi yang perlu kita bicarakan. Kalau kamu punya waktu, bagusan kamu cari cara untuk mengembalikan uangku."

Begitu Siska menyelesaikan ucapannya, dia pun berbalik dan pergi ke arah yang berlawanan.

Siska sadar sejak putus dengan Yuda, setiap kali bertemu dengan Yuda, Siska semakin memahami Yuda adalah orang seperti apa.

Yuda hanya menatap kepergian Siska sambil menjentikkan jarinya.

Setelah kejadian yang ditimbulkan Yuda, Siska jadi kehilangan semangat kerjanya pada sore itu.

Siska pulang kerja jam lima sore, jadi penumpang bus sangatlah padat. Hal ini membuat Siska merasa sedih mengingat mobil yang Yuda beli lagi.

Pria seperti apa yang dia pacari selama dua tahun ini?

Siska menghela napas. Sepulang kerja, dia mengunjungi supermarket di luar kompleks untuk membeli sedikit sayuran. Di perjalanan pulang, dia melihat sebuah Mercedes-Benz melaju di depannya.

Siska berhenti sejenak dan melihat plat mobil itu. Itu ... Chris sudah pulang?

Mobil itu berhenti di dekat Siska. Saat pintu mobil terbuka, sosok Chris pun keluar dari mobil. Siska meneliti wajah Chris dari samping, semakin dilihat semakin mirip dengan orang yang berbicara dengan Direktur Liao hari ini.

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

70