Bab 15 Bertemu Orang Asing

by Tyas Kusuma13 09:32,Aug 11,2023
Clara sedikit bingung hari ini. Cloud baru saja demam semalam dan dia tidak bisa libur untuk menemaninya.

“Kenapa aku tidak boleh tinggal saja di rumah?”

“Tidak. Kau baru saja demam, aku tidak bisa meninggalkanmu sendirian di rumah.” Clara menolak keinginan Cloud dan memaksa anak itu untuk ikut dengannya ke perusahaan tempatnya bekerja. Jika saja tidak ada hal penting yang mengharuskannya hadir di perusahaan, sudah pasti Clara akan bekerja dari rumah saja.

“Aku hanya sedikit demam, Mom. Aku juga sudah sembuh. Kau ini terlalu berlebihan.” Tatap sinis sang putra tertuju kepadanya. Clara tidak mengindahkan tatapan protes Cloud, dia memilih untuk berkonsentrasi dengan jalanan yang ada di depannya.

"Tidak apa jika aku berlebihan, aku hanya ingin yang terbaik untukmu. Lagi pula, kau bisa tidur dengan nyaman di ruang istirahat. Kau juga tidak akan kesepian karena bisa bermain game di sana, kan?"

“Huh, kau sama menyebalkannya dengan nanny terdahulu," cibir Cloud.

“Aku lebih baik. Aku ini ibumu. Mom yang kau cintai."

Clara berceloteh memprotes dirinya yang disamakan dengan nanny yang pernah mengurus Cloud kala itu. Cloud memasang headphone dan memilih memainkan game yang baru tadi pagi dia unduh.

Gedung tinggi yang ada di hadapan Cloud saat ini adalah tempat ibunya bekerja. Cloud sampai menengadah untuk bisa melihat puncak gedung tersebut.

"Ayo. Akan aku perkenalkan kau dengan semua orang."

Ibu dan anak itu masuk ke area perkantoran, semua orang menatap dan kagum akan ketampanan yang Cloud miliki. Jika saja bisa mencubit pipi anak laki-laki itu, mereka pasti akan melakukannya. Namun, mengingat sifat keras dan posisi Clara, mereka kembali berpikir untuk melakukannya.

“Ini putramu? Waah, dia sangat tampan sekali. Siapa namanya? Boleh aku cubit pipimu?”

Cloud tidak senang dengan perlakuan orang lain jika sedang ikut dengan sang ibu. Tidak ada anak lain yang ikut dengan orang tuanya bekerja, tapi untuk Clara ada pengecualian dari perusahaan karena wanita itu mengajukan persyaratan kepada perusahaan tersebut untuk bekerja dari luar kantor dan bebas membawa anaknya kemari jika keadaan tidak memungkinkan untuk meninggalkan anaknya sendirian.

“Enyahkan tanganmu!” Tepis tangan Cloud mengusir tangan yang ingin mencubit pipinya.

“Cloud. Tidak sopan!” tegur Clara, tapi anak itu tidak peduli dan pergi begitu saja ke dalam ruangan sang ibu.

“Maafkan atas perlakuan putraku.”

“Tidak masalah, Cla. Dia anak yang manis, meskipun sikapnya dingin. Aku ingat saat dulu bertemu denganmu, kau juga sama dinginnya seperti dia.”

Clara malu dengan ucapan Fransisca.

“Aku lupa bagaimana dulu diriku.”

“Sudahlah. Ayo kita pergi. Tuan Kenan akan datang sebentar lagi.”

Clara masuk ke dalam ruangannya untuk bersiap. Tampak Cloud sedang duduk di kursinya sambil memainkan hp-nya.

“Cloud, bisakah kau tunggu sampai satu jam ke depan? Aku ada rapat penting.”

“Hem.” Jawaban yang sudah biasa dari anak itu.

“Kau tidak apa kan menunggu sebentar di sini? Setelah rapat selesai, aku janji akan membawamu ke tempat yang menyenangkan. Kita bisa bermain—“

“Kau tidak perlu berjanji, Mom. Kau pun tahu seperti apa biasanya.”

Clara terdiam, menatap Cloud yang sama sekali tidak mengalihkan tatapannya dari gadget yang ada di tangan.

“Oh, kalau begitu aku akan pergi dulu. Kau duduk diam di sini dan tunggu aku kembali.”

“Hemm.”

Clara keluar dari ruangan itu dengan hati yang terluka, sedih karena benar apa yang Cloud katakan jika dia ternyata sering mengingkari janjinya dengan anak itu.

“Hai, kau sudah siap?” Fransisca tiba-tiba saja muncul dari belakang Clara. “Ayo!”

*

Sudah satu jam lebih Clara melakukan rapat, Cloud merasa bosan di ruangan ini. Segala permainan yang ada di hp-nya sudah dia mainkan, tapi hal itu tidak cukup membuatnya betah untuk berlama-lama duduk. Juga dengan cemilan yang Clara tinggalkan. Ruangan ini membosankan untuk anak itu.

“Hh, aku lebih senang ada di rumah meskipun seharian.”

Cloud keluar dari dalam ruangan sang ibu dan melirik ke kanan dan ke kiri, tidak ada seorang pun yang dia lihat di sana karena semua orang sedang sibuk dengan pekerjaannya masing-masing.

Cloud merogoh sesuatu dari dalam saku celananya, mengeluarkan uang yang dia miliki di sana dan kembali menyimpan uang tersebut di kantongnya lagi.

Dia keluar dari perusahaan tersebut, mengedarkan pandangannya ke kanan dan ke kiri. Ingat jika tidak jauh dari tempat ini, ada sebuah taman kecil yang mungkin saja bisa mengalihkan rasa bosannya untuk saat ini.

“Miaww.”

Suara itu menarik perhatiannya. Di antara suara kendaraan yang ramai lewat di depan sana, pendengaran Cloud justru terpancing pada suara nyaring itu. Cloud mengikuti arah suara. Dari samping lobi, di semak-semak dia melihat ada seekor anak kucing yang terlihat sama menyedihkannya.

“Hei. Mana ibumu? Kau sendirian di sini?”

Cloud mengedarkan pandangannya ke sekeliling, tapi dia tidak melihat kucing lain yang mirip dengan kucing kecil ini.

“Apa kau ditinggalkan di sini?”

Anak itu mengambil kucing kecil tersebut tanpa jijik sama sekali dan mengangkat kucing itu menatap wajahnya yang sayu. Tidak ada cahaya di mata anak kucing tersebut. Bulunya berwarna kuning, lusuh, dan tampak tidak terurus sama sekali.

“Kau sama sepertiku, aku sendirian sekarang. Meski ada Mom, tapi dia sibuk dan tidak bisa bermain denganku. Bagaimana jika kau ikut denganku saja?” Senyum anak itu mengembang, hal yang sulit untuk Clara lihat dan kini kucing itu adalah pemenangnya yang telah bisa membuat Cloud tersenyum tanpa diperintah.

Cloud juga ingat jika di dekat sana ada sebuah minimarket sehingga dia mencarinya.

“Anak kecil. Dengan siapa kau datang?” Seorang kasir wanita menoleh ke kanan dan ke kiri, mencari orang dewasa yang mungkin datang bersama Cloud.

“Mommy-ku. Dia ada di mobil. Dia sedang menerima panggilan telepon. Jadi, aku masuk terlebih dahulu. Bisa aku minta cepat? Kucingku akan mati jika kau tidak segera menyelesaikan pesananku.”

“Oh, okay. Ini. Terima kasih.” Wanita tersebut segera memberikan snack kucing, makanan ringan, dan sebotol air mineral yang dibeli oleh Cloud.

“Terima kasih kembali.” Cloud segera pergi dari sana dan menuju ke taman yang ada tidak jauh dari perusahaan tersebut.

“Makan lah ini. Kau pasti lapar ya?”

Kucing yang ada di pangkuannya dia turunkan di bangku yang dia duduki, Cloud membuka sebungkus roti, menggigitnya di mulut, dan menjadikan bungkusan makanan itu untuk alas makanan kucing. Snack kucing berupa sosis dia potong kecil-kecil dan menyimpannya di atas bungkusan roti, segera kucing kecil itu melahapnya dengan rakus.

Cloud tersenyum saat menyadari jika kucing tersebut menghabiskan sebungkus sosis.

“Apa kau sangat kelaparan? Aku tidak punya lagi. Uangku sudah habis.”

Cloud membagi roti miliknya, anak kucing itu pun memakannya lagi.

“Miaww.” Dia menjilati tangannya, kemudian mengusap-usapnya ke wajah. Cloud tersenyum lucu, melihat anak kucing tersebut yang sangat menggemaskan. Dia mengingat WanWan, anjing jenis Golden Retriever kesayangannya yang mati karena sakit tahun lalu. Teman yang setia dan bisa menerima dirinya apa adanya.

“Hei, apa kau mau pulang bersama denganku?”

“Miaww.” Anak kucing itu naik ke pangkuan Cloud dan berputar, kemudian menunduk untuk berbaring dengan nyaman di pangkuan anak kecil itu. Dia mendongak, menatap Cloud sehingga tatapan mereka saling mengunci satu sama lain. “Miaww.” Lalu kemudian, anak kucing itu membaringkan kepalanya di atas tangannya yang mungil.

Cloud tidak mengerti bahasa kucing, tapi dia akan mengartikan jika anak kucing ini telah setuju untuk ikut dengannya.

“Hai. Sedang apa kau di sini? Apa kau hanya sendirian saja?”

Cloud mengangkat pandangannya, melihat seorang pria asing yang tersenyum menyeringai kepadanya.

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

36