Bab 9 Pertemuan Kedua Kali
by Tyas Kusuma13
06:19,Aug 11,2023
"Acara sudah dimulai!" Veronica berteriak saat mendengar pembawa acara sudah berdiri di atas panggung dan mulai membuka acara pelelangan tersebut. Veronica bersama dengan yang lainnya bertepuk tangan setelah pembawa acara itu memperkenalkan seseorang yang membuat Yvan membulatkan matanya.
"Nona Clara, bagaimana pendapat anda tentang pelelangan ini?" tanya laki-laki tersebut dan memberikan sebuah mikrofon kepada Clara. Semua orang menatap wanita itu dengan kagum. Dia sangat cantik dengan gaun seksi berwarna ungu. Gaun itu melekat seperti kulit di tubuhnya dan memperlihatkan lekukan indah di tubuh wanita itu. Yvan mengepalkan tangannya dan mengeratkan rahangnya sehingga otot-otot yang ada di wajahnya terlihat.
"Terima kasih untuk Anda, Tuan. Sungguh kehormatan bagi saya bisa berdiri di panggung ini dan menyapa Anda semua."
"Bagaimana perasaan anda saat ini, Nona?" tanya pembawa acara itu.
"Saya sangat senang sekali berada di sini."
"Lalu jika perhiasan ini terjual dengan harga tertinggi, apa yang akan Anda lakukan dengan uang yang anda dapatkan nanti?"
Clara tersenyum dan menatap semua orang yang ada di hadapannya. "Aku ingin memberikan donasi kepada salah satu yayasan di mana pada suatu hari aku pernah menemukan seorang anak dengan keadaan yang menyedihkan. Mereka berada di jalanan dan tidak bisa bersekolah. Jadi aku harap dengan pendapatan yang aku terima di dalam pelelangan ini, kelak akan bisa membantu mereka untuk melanjutkan pendidikan. Meskipun aku merasa apa yang aku berikan kepada mereka masih belum cukup. Akan tetapi, setidaknya aku ingin bisa membantu meskipun itu kecil untuk mereka."
Semua orang bersorak ramai, terutama para lelaki yang terkagum akan kecantikan dan senyuman dari wanita cantik itu. Juga dengan kebesaran hatinya yang sangat mulia dan ingin membantu orang-orang yang kesusahan. Akan tetapi, tidak dengan Yvan yang merasa kesal dengan wanita itu. Wajah, senyum, dan suara wanita itu benar-benar menunjukkan jika dia adalah wanita yang selama ini dia cari.
"Ternyata kau ada di sini, jalang kecilku!" gumam pria itu.
"Apa? Kau berbicara kepada siapa?" tanya Veronica yang terheran melihat tatapan Yvan yang tertuju ke arah panggung. Yvan tidak menggubris pertanyaan dari Veronica.
Acara pelelangan itu berjalan dengan lancar. Hingga tiba lah pada sebuah barang yang menjadi tokoh utama di dalam pelelangan ini, sebuah kalung permata dengan ukiran yang sangat indah berada di dalam kotak kaca yang dipamerkan di depan sana.
"Kita buka pelelangan untuk perhiasan mewah yang tidak ada duanya di dunia ini. Anda bisa melihat sendiri bagaimana ukiran dari kalung indah ini. Terbuat dari bahan premium dengan berlian yang sangat cantik ...." Pembawa acara tersebut berbicara panjang lebar dan menjelaskan tentang apa saja keunggulan mengenai kalung tersebut.
"Hebat sekali wanita itu, dia merancang perhiasan-perhiasan yang dipakai oleh artis ternama dan juga oleh istri para pebisnis." Veronica berbicara meski tanpa diminta. Dia sangat mengagumi si pembuat perhiasan indah tersebut yaitu Clara Grim.
"Apa kau kenal dengan wanita itu?"
"Tidak. Tapi aku sangat ingin berkenalan dengannya. Daripada dengan artis, aku adalah fans fanatiknya. Dia seorang ibu muda yang sukses. Meskipun membesarkan anak sendirian, tidak berarti membuat bakatnya terhalangi. Dia ibu muda yang hebat." Veronica menatap kagum wanita itu.
Yvan tersenyum tanpa mengalihkan pandangannya dari Clara yang duduk di kursi di samping panggung tersebut. Wanita itu tersenyum dan ikut bertepuk tangan saat setelah pembawa acara tersebut selesai menjelaskan keunggulan yang ada pada perhiasan yang dibuatnya.
Yvan juga menangkap sosok seorang anak laki-laki yang duduk di samping wanita itu. Dia memperhatikan interaksi mereka yang cukup dekat.
"Siapa anak itu?" gumam Yvan memperhatikan lekat keduanya.
"Baiklah. Kita buka lelang perhiasan tersebut dengan harga 5000 dolar."
Belum pembawa acara itu menutup mulutnya beberapa orang sudah mengangkat benda yang ada di tangannya, hampir dari mereka semua berlomba-lomba untuk menawar kalung indah tersebut dan ingin sekali membawanya pulang.
Clara memperhatikan berjalannya acara dengan dada yang berdebar menunggu hasil akhir dari pelelangan ini.
"Tenang saja, Mom. Aku sangat yakin jika kalung yang kita buat akan mendapatkan harga yang pantas," ujar Cloud yang duduk di sebelah Clara, menggenggam tangan sang ibu dengan erat di atas pangkuan.
Clara tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Di saat yang seperti ini dia memang membutuhkan dukungan dari orang-orang yang dia cintai, terutama Cloud sang putra.
Tanpa Clara tahu, jauh di tengah-tengah kursi penonton tatapan mata dari Yvan terus memindainya dan tidak mengalihkan tatapannya dari dia dan sang putra.
Hingga pada saat detik-detik terakhir harga yang ditawarkan telah menjangkau angka yang fantastis. Clara sendiri tidak menyangka jika perhiasan yang dia buat akan ditawar dengan harga setinggi itu. Dia sudah cukup puas sekarang andai kalung buatannya bisa keluar dengan harga tersebut.
"Apakah masih ada lagi yang mau menawar harga kalung tertinggi setelah enam puluh ribu dolar? Apakah masih ada yang berani dengan harga yang lebih dari ini? Kapan lagi kalian bisa mendapatkan kalung secantik ini? Anda bisa memberikan kalung ini sebagai hadiah kepada orang yang sangat Anda sayangi. Mereka akan sangat bahagia jika Anda memberikannya untuk hadiah. Selain itu, Anda juga bisa ikut berdonasi untuk yayasan yang disebutkan tadi. Kepedulian Anda semua bisa membantu orang-orang yang membutuhkan," ujar pembaca acara tersebut dengan wajah yang berseri-seri.
Laki-laki itu menoleh ke kanan dan ke kiri, melihat siapa yang mungkin saja akan mengangkat tanda yang ada di tangannya.
"Tuan dengan nomor dua puluh delapan. Enam puluh ribu dolar untuk Tuan dengan nomor dua puluh delapan!" tunjuk MC tersebut kepada seseorang yang duduk sambil mengangkat papan dengan nomor di tangannya. Laki-laki itu tersenyum seraya mengangkat dagunya, mendengar decak kagum dari yang lain yang memujinya karena menawar sebuah kalung dengan harga yang fantastis seperti itu.
"Enam puluh ribu dolar pertama."
Pria itu melirik ke arah yang lainnya.
"Apakah tidak ada lagi yang mau menawar?"
Tidak ada yang mengeluarkan suaranya.
"Enam puluh ribu dolar kedua!" teriaknya.
Suasana yang ada di dalam sana kini hening, hanya terdengar suara pembawa acara yang sedari tadi bertanya saja dan mencoba untuk memancing seorang pembeli yang lain.
"Enam puluh ribu dolar ke--"
"Satu juta dolar."
Semua mata memandang ke arah asal suara, termasuk veronica yang tidak menyangka jika asal suara itu dari pria yang duduk di sampingnya.
"Satu juta dolar! Harga tertinggi yang pernah ditawarkan untuk kalung cantik ini! Kepada tamu dengan nomor tiga puluh enam. Satu juta dolar! Harga yang fantastis! Anak-anak pasti akan sangat berterima kasih kepadamu, Tuan yang baik hati!"
Clara mencari sosok laki-laki yang menawar kalungnya dengan harga yang fantastis. Dia tidak menyangka jika penjualan kalung ini melampaui ekspektasinya. Namun, Clara tidak bisa melihatnya dengan baik karena lampu yang kurang terang di area tersebut.
Semua orang terpana akan harga yang ditawarkan oleh seorang pria yang mereka tidak tahu siapa laki-laki ini. Yvan memang sering kali bermain di belakang layar sehingga tidak terlalu banyak orang yang mengenalinya.
"Apa kau serius ingin menawar dengan harga semahal itu?" tanya Veronica berbisik kepada Yvan.
Laki-laki itu hanya mengendikkan bahunya tanda tidak peduli.
"Bukankah kau bilang ingin dekat dengan wanita itu? Aku sedang membantumu untuk bisa dekat dengan dia," ucap Yvan sambil tersenyum kecil menatap Clara yang tampak bahagia dan sedang berpelukan dengan anak kecil itu.
"Nona Clara, bagaimana pendapat anda tentang pelelangan ini?" tanya laki-laki tersebut dan memberikan sebuah mikrofon kepada Clara. Semua orang menatap wanita itu dengan kagum. Dia sangat cantik dengan gaun seksi berwarna ungu. Gaun itu melekat seperti kulit di tubuhnya dan memperlihatkan lekukan indah di tubuh wanita itu. Yvan mengepalkan tangannya dan mengeratkan rahangnya sehingga otot-otot yang ada di wajahnya terlihat.
"Terima kasih untuk Anda, Tuan. Sungguh kehormatan bagi saya bisa berdiri di panggung ini dan menyapa Anda semua."
"Bagaimana perasaan anda saat ini, Nona?" tanya pembawa acara itu.
"Saya sangat senang sekali berada di sini."
"Lalu jika perhiasan ini terjual dengan harga tertinggi, apa yang akan Anda lakukan dengan uang yang anda dapatkan nanti?"
Clara tersenyum dan menatap semua orang yang ada di hadapannya. "Aku ingin memberikan donasi kepada salah satu yayasan di mana pada suatu hari aku pernah menemukan seorang anak dengan keadaan yang menyedihkan. Mereka berada di jalanan dan tidak bisa bersekolah. Jadi aku harap dengan pendapatan yang aku terima di dalam pelelangan ini, kelak akan bisa membantu mereka untuk melanjutkan pendidikan. Meskipun aku merasa apa yang aku berikan kepada mereka masih belum cukup. Akan tetapi, setidaknya aku ingin bisa membantu meskipun itu kecil untuk mereka."
Semua orang bersorak ramai, terutama para lelaki yang terkagum akan kecantikan dan senyuman dari wanita cantik itu. Juga dengan kebesaran hatinya yang sangat mulia dan ingin membantu orang-orang yang kesusahan. Akan tetapi, tidak dengan Yvan yang merasa kesal dengan wanita itu. Wajah, senyum, dan suara wanita itu benar-benar menunjukkan jika dia adalah wanita yang selama ini dia cari.
"Ternyata kau ada di sini, jalang kecilku!" gumam pria itu.
"Apa? Kau berbicara kepada siapa?" tanya Veronica yang terheran melihat tatapan Yvan yang tertuju ke arah panggung. Yvan tidak menggubris pertanyaan dari Veronica.
Acara pelelangan itu berjalan dengan lancar. Hingga tiba lah pada sebuah barang yang menjadi tokoh utama di dalam pelelangan ini, sebuah kalung permata dengan ukiran yang sangat indah berada di dalam kotak kaca yang dipamerkan di depan sana.
"Kita buka pelelangan untuk perhiasan mewah yang tidak ada duanya di dunia ini. Anda bisa melihat sendiri bagaimana ukiran dari kalung indah ini. Terbuat dari bahan premium dengan berlian yang sangat cantik ...." Pembawa acara tersebut berbicara panjang lebar dan menjelaskan tentang apa saja keunggulan mengenai kalung tersebut.
"Hebat sekali wanita itu, dia merancang perhiasan-perhiasan yang dipakai oleh artis ternama dan juga oleh istri para pebisnis." Veronica berbicara meski tanpa diminta. Dia sangat mengagumi si pembuat perhiasan indah tersebut yaitu Clara Grim.
"Apa kau kenal dengan wanita itu?"
"Tidak. Tapi aku sangat ingin berkenalan dengannya. Daripada dengan artis, aku adalah fans fanatiknya. Dia seorang ibu muda yang sukses. Meskipun membesarkan anak sendirian, tidak berarti membuat bakatnya terhalangi. Dia ibu muda yang hebat." Veronica menatap kagum wanita itu.
Yvan tersenyum tanpa mengalihkan pandangannya dari Clara yang duduk di kursi di samping panggung tersebut. Wanita itu tersenyum dan ikut bertepuk tangan saat setelah pembawa acara tersebut selesai menjelaskan keunggulan yang ada pada perhiasan yang dibuatnya.
Yvan juga menangkap sosok seorang anak laki-laki yang duduk di samping wanita itu. Dia memperhatikan interaksi mereka yang cukup dekat.
"Siapa anak itu?" gumam Yvan memperhatikan lekat keduanya.
"Baiklah. Kita buka lelang perhiasan tersebut dengan harga 5000 dolar."
Belum pembawa acara itu menutup mulutnya beberapa orang sudah mengangkat benda yang ada di tangannya, hampir dari mereka semua berlomba-lomba untuk menawar kalung indah tersebut dan ingin sekali membawanya pulang.
Clara memperhatikan berjalannya acara dengan dada yang berdebar menunggu hasil akhir dari pelelangan ini.
"Tenang saja, Mom. Aku sangat yakin jika kalung yang kita buat akan mendapatkan harga yang pantas," ujar Cloud yang duduk di sebelah Clara, menggenggam tangan sang ibu dengan erat di atas pangkuan.
Clara tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Di saat yang seperti ini dia memang membutuhkan dukungan dari orang-orang yang dia cintai, terutama Cloud sang putra.
Tanpa Clara tahu, jauh di tengah-tengah kursi penonton tatapan mata dari Yvan terus memindainya dan tidak mengalihkan tatapannya dari dia dan sang putra.
Hingga pada saat detik-detik terakhir harga yang ditawarkan telah menjangkau angka yang fantastis. Clara sendiri tidak menyangka jika perhiasan yang dia buat akan ditawar dengan harga setinggi itu. Dia sudah cukup puas sekarang andai kalung buatannya bisa keluar dengan harga tersebut.
"Apakah masih ada lagi yang mau menawar harga kalung tertinggi setelah enam puluh ribu dolar? Apakah masih ada yang berani dengan harga yang lebih dari ini? Kapan lagi kalian bisa mendapatkan kalung secantik ini? Anda bisa memberikan kalung ini sebagai hadiah kepada orang yang sangat Anda sayangi. Mereka akan sangat bahagia jika Anda memberikannya untuk hadiah. Selain itu, Anda juga bisa ikut berdonasi untuk yayasan yang disebutkan tadi. Kepedulian Anda semua bisa membantu orang-orang yang membutuhkan," ujar pembaca acara tersebut dengan wajah yang berseri-seri.
Laki-laki itu menoleh ke kanan dan ke kiri, melihat siapa yang mungkin saja akan mengangkat tanda yang ada di tangannya.
"Tuan dengan nomor dua puluh delapan. Enam puluh ribu dolar untuk Tuan dengan nomor dua puluh delapan!" tunjuk MC tersebut kepada seseorang yang duduk sambil mengangkat papan dengan nomor di tangannya. Laki-laki itu tersenyum seraya mengangkat dagunya, mendengar decak kagum dari yang lain yang memujinya karena menawar sebuah kalung dengan harga yang fantastis seperti itu.
"Enam puluh ribu dolar pertama."
Pria itu melirik ke arah yang lainnya.
"Apakah tidak ada lagi yang mau menawar?"
Tidak ada yang mengeluarkan suaranya.
"Enam puluh ribu dolar kedua!" teriaknya.
Suasana yang ada di dalam sana kini hening, hanya terdengar suara pembawa acara yang sedari tadi bertanya saja dan mencoba untuk memancing seorang pembeli yang lain.
"Enam puluh ribu dolar ke--"
"Satu juta dolar."
Semua mata memandang ke arah asal suara, termasuk veronica yang tidak menyangka jika asal suara itu dari pria yang duduk di sampingnya.
"Satu juta dolar! Harga tertinggi yang pernah ditawarkan untuk kalung cantik ini! Kepada tamu dengan nomor tiga puluh enam. Satu juta dolar! Harga yang fantastis! Anak-anak pasti akan sangat berterima kasih kepadamu, Tuan yang baik hati!"
Clara mencari sosok laki-laki yang menawar kalungnya dengan harga yang fantastis. Dia tidak menyangka jika penjualan kalung ini melampaui ekspektasinya. Namun, Clara tidak bisa melihatnya dengan baik karena lampu yang kurang terang di area tersebut.
Semua orang terpana akan harga yang ditawarkan oleh seorang pria yang mereka tidak tahu siapa laki-laki ini. Yvan memang sering kali bermain di belakang layar sehingga tidak terlalu banyak orang yang mengenalinya.
"Apa kau serius ingin menawar dengan harga semahal itu?" tanya Veronica berbisik kepada Yvan.
Laki-laki itu hanya mengendikkan bahunya tanda tidak peduli.
"Bukankah kau bilang ingin dekat dengan wanita itu? Aku sedang membantumu untuk bisa dekat dengan dia," ucap Yvan sambil tersenyum kecil menatap Clara yang tampak bahagia dan sedang berpelukan dengan anak kecil itu.
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved