Bab 4 Pria Itu, Yvander Carson

by Tyas Kusuma13 12:29,Aug 09,2023
Yvan mengendarai mobilnya menuju ke bandara. Pandangannya fokus menatap jalanan di depan. Sesekali dia melihat jam yang ada di pergelangan tangan, masih ada waktu hingga sang ibu tiba di bandara nanti.

Yvan masuk ke area bandara duduk di salah satu cafe yang ada disana. Jam yang ada di tangannya masih menunjuk angka tiga sore, sekitar sepuluh menit lagi pesawat yang membawa ibunya akan sampai.

Tangan Yvan mengetuk meja dengan berulang, menunggu membuat dia merasa bosan. Satu cangkir kopi panas di atas meja mengepulkan asap tipis, menunggu untuk disesap oleh pemiliknya. Dia tidak biasa menunggu, tapi kali ini sang ibu adalah pengecualian untuknya.

Beberapa orang yang ada di sana menatap Yvan dengan penuh kagum. Pria berusia tiga puluh dua tahun itu memiliki kharismatik yang sangat menawan. Wajah tampan dengan hidung mancung, garis rahang tegas dengan rambut yang dibiarkan tumbuh memenuhi dagunya. Jangan lupakan mata birunya yang sangat indah. Duduk tenang dengan satu kaki menopang kaki yang lainnya.

Suara telepon terdengar di tengah kebosanan lelaki mapan itu. Yvan segera mengambil ponsel yang ada balik jas hitamnya.

“Hei anak nakal. Dimana kau! Aku sudah sampai dan kau biarkan Mommy menunggu?” teriak suara dari kejauhan sana. Yvan sempat menjauhkan ponsel itu dari telinganya, suara ibunya yang khas memang sangat luar biasa, bisa memecahkan gendang telinga.

“Aku sudah ada di bandara sejak sepuluh menit yang lalu,” jawab Yvan.

“Lalu? Dimana kau sekarang, hah!”

“Di mana Mommy? Aku akan menyusul kesana.”

Yvan menutup teleponnya dan berdiri setelah Maria mengatakan dimana posisinya.

“Hai, Mom. Bagaimana kabarmu?”

Yvan melebarkan kedua tangannya, bersiap untuk memeluk sang ibu yang sangat dia rindukan.

“Dasar anak nakal!” seru Maria. Satu pukulan di kepala anaknya membuat Yvan meringis kesakitan.

“Aku sudah setua ini, anak macam apa kau yang tidak mau menjenguk ibumu di rumahnya sampai aku harus datang kemari, huh?” cerca Maria kesal. Yvan mengusap kepalanya yang sakit.

“Mom, aku sibuk dengan urusan perusahaan.”

“Jadi, kau lebih sayang dengan pekerjaanmu daripada Mommy?” Maria berkacak pinggang. “Ckckck, jadi begini caramu membalas semua yang telah aku berikan padamu selama ini? Kau tidak tahu kalau ibumu ini sangat merindukan anaknya. Dan kau hanya memikirkan pekerjaan? Keterlaluan sekali kau ini,” ucap Maria kesal. Matanya bulat melotot pada sang putra satu-satunya

Yvan melirik ke sekitarnya, beberapa orang menatap mereka dengan tatapan mengejek. Ah, tentu saja. Seorang dewasa kini sedang dimarahi ibunya dan tidak bisa melawan. Seperti anak TK yang melakukan kesalahan.

“Mom. Bisakah kita pergi dari sini? Hujan bisa datang kapan saja, dan aku benci menyetir di tengah hujan.” Yvan beralasan. Maria menatap kesal putranya yang ingin menghindar dari omelannya.

“Kenapa kau tidak ajak saja Tim, supaya aku puas mengomel padamu?” 

Yvan ingin menghilang saja kalau Mommy sudah mulai dengan ceramahnya. Nanti pasti ujungnya ….

“Kapan kau akan membawa menantu pada Mommy?” 

Astaga! baru saja Yvan memikirkan ujung dari omelan Maria. Sudah dapat diduga jika Maria akan menanyakan hal itu.

“Jika Mommy mengizinkan aku untuk mengambilnya dari jalanan, akan aku lakukan.”

“Yvan! Kau tahu Mommy tidak akan mengampunimu jika kau melakukan hal itu.” geram Maria.

“Maka jangan paksa aku untuk membawakan menantu untukmu.”

Yvan tidak ingin berdebat, dia memilih membawakan koper milik Maria dan menyeretnya.

“Ingat dengan usiamu. Kau sudah lebih dari seperempat abad dan Mommy inginkan cucu. Apa kau tidak kasihan dengan Mommy? Harus kesepian di masa tuanya?” Maria kembali mengoceh, mencerca Yvan dengan pertanyaan.

Yvan mencoba untuk tidak peduli, jika sudah lelah tentu Maria akan diam.

“Heh, anak nakal! Aku bicara denganmu, apa kau tidak mendengarkan?” teriak Maria di dalam keramaian.

Yvan berhenti melangkah, jika Maria sudah mengatakan hal itu berarti dia sedang marah besar.

Yvan menghentikan langkahnya. Dia berbalik arah kembali melangkah pada Maria yang masih bergeming di tempatnya. Wajah cantik yang sudah tidak muda lagi, terlihat cemberut.

“Mom, kenapa juga harus pikirkan soal jodohku. Aku bahagia hidup seperti ini. Kalau saja kita bukan Ibu dan anak, maka aku akan jatuh cinta padamu dan akan menikahimu.”

“Kau adalah wanita pertama yang membuat aku jatuh cinta, Mom. Dan aku tidak bisa membaginya dengan wanita lain.”

Maria menatap kesal Yvan, tapi tidak bisa melanjutkan marahnya lagi. Dia mendekat dan sekali lagi memukul kepala anaknya dengan keras.

“Apa salahku? Kenapa kau galak sekali?” Protes Yvan. Sungguh ibunya adalah makhluk penyayang, tapi juga pemarah.

“Jangan menggombal! Kau mau Daddy-mu marah mendengar ucapan seperti itu? Meskipun kau adalah putranya, tapi Daddy-mu tidak akan terima bersaing dengan anak sendiri!” Peringat Maria.

Yvan tertawa kecil. Maria menengadah, melihat putranya yang sudah tumbuh sangat tinggi. Serasa baru kemarin dia melahirkan Yvan, tapi pemuda yang ada di depannya ini adalah putranya yang sudah dewasa. Sungguh tidak adil. Maria merasa waktu berlalu begitu cepat.

“Sudahlah, ayo kita pulang. Aku benar-benar benci jika sudah turun hujan!” ucap Yvan. Dia menggandeng tangan Maria dan membawanya keluar dari area bandara.

Mobil hitam mewah keluar dari bandara dengan kecepatan sedang. Yvan merasa bosan mengendarai dengan kecepatan seperti ini, tapi sang ibu tidak suka jika dirinya terlalu mengebut.

“Haruskan aku mencarikan seseorang untuk kau nikahi?” tanya Maria tiba-tiba. Ini bukan pertama kalinya Maria menanyakan hal ini pada Yvan.

“Sudah berapa kali aku katakan padamu, Mom. Jangan ikut campur dengan urusan jodohku. Kau tidak perlu repot mencarikan aku wanita. Aku akan menemukannya sendiri.” Ucapan Yvan terdengar sedikit sebal.

“Ah … apa itu berarti kau sudah menemukan wanita itu?” tanya Maria penasaran. Maria menelisik wajah putranya yang berubah kesal.

Yvan tidak menjawab sama sekali. Hal itu sudah membuktikan jika Yvan benar adanya, sudah menemukan seorang wanita.

“Siapa? Apa aku mengenal dia? Dari keluarga mana?” Maria mendekat demi ingin mendapat jawaban dari putranya.

“Sudahlah. Mommy tidak akan tahu,” jawaban tersebut membuat Maria kesal. Satu pukulan mendarat di pundak Yvan dengan cukup keras.

“Kenapa kau selalu saja membuat Mommy ingin mati penasaran?”

“Mom! Can you stop it? Ini sakit, awwh!” Yvan mengaduh.

“Katakan, siapa wanita itu?”

“I don’t know, Mom! Aku juga tidak tahu siapa dia!” ujar Yvan tak ingin kalah.

“What? Kau bercinta … Apa kau bercinta dengan seorang wanita yang belum kau kenal?” Maria terkejut mendengar ucapan Yvan.

“Yeah! Kau benar. Aku mabuk saat itu dan aku tidak tahu. Ku kira dia wanita penjaja seperti yang lainnya. So, jangan lagi cari dia dan menanyakan wanita itu lagi.”

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

36