Bab 2 Clara Dan Cloud
by Tyas Kusuma13
12:15,Aug 09,2023
Seorang wanita turun dari sebuah pesawat bersama dengan seorang anak laki-laki berusia lima tahun. Kacamata besar bertengger di wajahnya yang cantik. Baju hangat tebal dan syal yang melingkar di lehernya membuat tubuhnya terlindung dari rasa dingin di musim ini.
Dia adalah Clara, bersama dengan seorang anak laki-lakinya yang tampan. Keduanya kini berjalan menuju sebuah mobil yang telah menunggu mereka. Di belakang mereka tiga maid yang setia mengikuti, masuk di mobil yang berbeda.
“Bagaimana keadaan pria tua itu? Apa dia sering bertemu dengan dokter?” tanya Clara setelah masuk ke dalam mobil pada sopir yang merupakan asisten sang kakek.
“Ya, begitulah,” jawabnya singkat. Pria yang kini duduk di belakang kemudi itu sesekali melirik ke arah anak kecil yang duduk di samping nonanya. Memang sangat tampan, sama seperti yang diinfokan anak buahnya beberapa waktu yang lalu.
“Jangan menatap seperti itu pada putraku dia tidak akan suka dilihat seperti itu oleh pria asing!” bentak Clara. Dia tidak segan marah dengan pria manapun jika telah membuat putranya tidak nyaman.
“Maafkan saya, tapi putramu sangat tampan sekali.”
“Ya, tentu saja dia tampan. Dia mewarisi gen ayahnya!” ucap Clara bangga. Pria itu hanya tersenyum kecil, kemudian segera melajukan mobilnya perlahan keluar dari area bandara internasional. Di belakang mereka mengikuti beberapa mobil yang sama persis.
Clara mengusap kepala putranya dengan lembut. Cloud hanya bergeming tak peduli, dia lebih memilih sibuk dengan apa yang ada di tangannya. Sebuah tablet dengan permainan yang Clara sendiri tak mengerti bagaimana cara memainkannya. Terkadang dia kesal karena anaknya ini terlalu banyak bermain game. Ini dikarenakan asistennya selalu saja mengajarkan hal yang tak masuk akal pada anak usia lima tahun ini.
Clara ingat sekali malam itu. Malam dimana dirinya melakukan hal yang sama sekali tidak dia sangka sebelumnya. Bayangan sang kekasih yang sedang bercinta dengan wanita lain membuat dia mabuk dan akhirnya malah melakukan malam panas dengan seorang pria asing hingga membuahkan hasil, Cloud!
Clara sangat marah sekali waktu itu. Dia yang ingin memberikan kejutan pada sang kekasih karena telah kembali dari bisnisnya, tapi malah dia yang dibuat terkejut hingga setengah mati. Pria yang dia sangka setia dan bermulut manis, yang dia kira akan menjadi suaminya kelak, pria yang dia sangka baik dan juga bersih. Nyatanya, dia adalah pria yang kotor. Ketahuan tidur dengan seorang jalang.
‘Kau pikir siapa yang akan tahan menunggu hingga menikah, hah! Jangan jadi wanita munafik dan sok suci! Bisa jadi kau juga telah menghabiskan malam dengan banyak lelaki!’
Clara marah, menampar kekasihnya dan pergi berlalu dengan umpatan di bibirnya. Saat itu juga dia memutuskan hubungan dengan lelaki brengsek itu.
Tangis tak akan membuatnya lebih baik, hingga dia memutuskan untuk menghabiskan malam itu dengan minuman. Sial, pikirannya yang kacau karena memikirkan ucapan mantan kekasih malah membuatnya nekat bermalam dengan seorang gigolo. Untung saja dia tampan!
Mobil kini memasuki mansion yang berdiri dengan megah. Gerbang yang tinggi telah ditutup saat rombongan mobil itu sampai di halaman depan mansion.
Seorang pria dengan setelan jas hitam rapi membukakan pintu untuk Clara. Sejenak dia mengernyitkan kening tatkala yang keluar adalah seorang anak laki-laki. Tatapan anak laki-laki itu membuatnya sedikit aneh, berbeda dengan tatapan anak pada umumnya, anak ini memiliki kharismatik yang berbeda.
“Apa yang kau lihat? Bawakan semua barangku!” ucap Clara mengagetkan penjaga. Pria itu hanya mengangguk dan menggerakkan tangannya, tak lama dua orang pria berbadan kekar datang dan segera mengeluarkan barang milik Clara dari dalam mobil.
“Mari, Nona. Tuan Besar sudah menunggu,” ucap pria yang tadi menjadi sopirnya.
“Hah, aku bingung dengan lelaki tua itu. Apa yang dia mau sampai aku harus pulang kesini? Apakah dia akan memintaku menikah lagi? Sudah aku katakan jika soal anak dia tidak perlu khawatir, karena tanpa menikah pun aku sudah memilikinya!” ujar Clara dengan kesal. Dia mengikuti langkah kaki pria yang ada di depannya.
Ruangan mansion masih sama seperti terakhir saat Clara pulang, tak pernah ada yang berubah sejak dulu, bahkan mungkin sejak dia lahir. Karena dari foto neneknya yang Clara lihat saat muda dulu, tata letak ruangan ini masih tetap saja sama, dengan barang-barang yang sudah ketinggalan zaman. Huft, membosankan.
“Mana pria tua itu? Dia suruh aku pulang, tapi tidak menyambutku? Mengesalkan saja!” kesalnya saat tak melihat pria tua yang suka menyebalkan dan tukang ngatur ada di sana.
“Tuan Besar ada di ruang kerjanya.”
“Baiklah, aku akan pergi ke ruangannya dan akan protes karena mengganggu ketenanganku dan menyuruhku untuk pulang. Awas saja kalau dia suruh aku menikah lagi untuk ke sekian kalinya, satu perusahaannya akan aku hancurkan!” ancam Clara tak segan.
Mark -asisten- kakek, hanya memutar bola mata malas. Sifat Clara memang tidak pernah berubah. Selalu saja seenaknya, tapi apa yang dia katakan memang tidak pernah tidak bisa untuk diabaikan. Dia lebih kejam dari Ratu Irene dari Athena yang tega mencungkil mata putranya. Namun, bukan itu yang Clara lakukan, Clara Grim adalah wanita yang telah tega menghancurkan dua perusahaan besar kakeknya.
Clara kini masuk ke dalam ruangan sang kakek. Steve Grim, pria tua yang kini berdiri saat melihat cucunya datang tersenyum senang. Dia melebarkan kedua tangannya untuk menyambut cucu perempuan dan satu-satunya itu. Seketika senyumnya sirna saat Clara hanya duduk di depan mejanya.
“Apa kau tidak merindukanku?” Steve bertanya dengan nada kesal.
“Tidak! Katakan saja apa maumu sampai menyuruhku untuk pulang kemari?” Clara menyilangkan kedua tangannya di depan dada, menatap sang kakek dengan kesal. Karena titah sang kakek, dia harus melewatkan fashion show yang sangat penting. Kini gaun-gaun rancangannya sedang dipamerkan tanpa dirinya.
Steve kembali duduk. Cucunya yang dulu sangat lucu dan penurut kini tak ada lagi.
“Cepat katakan saja. Aku banyak pekerjaan yang harus dilakukan!” ketus Clara.
Steve menghela napas dengan berat.
“Ada seseorang yang ingin menikahimu!” ujar Steve. Clara tertawa kecil mendengar kabar yang sama sekali tidak mengejutkannya itu.
“Sudah aku bilang, Pria Tua. Berkali-kali aku bilang padamu, tanpa menikah pun aku sudah punya anak! Bukankah kau hanya ingin aku mempunyai anak? Siapa yang akan menerimaku yang sudah mempunyai seorang putra?” Clara menantang tatapan tajam dari sang kakek. Dia kemudian mengeluarkan sesuatu dari dalam tas dan menyimpannya di atas meja. Dengan menggunakan ujung telunjuknya, wanita itu menggeserkan kertas tersebut pada sang kakek.
Steve mengambil kertas yang ada di hadapannya dan membacanya. Matanya bulat sempurna saat melihat apa yang dia baca.
“Kau bercanda?” Kakek menatap tajam pada Clara. Clara hanya mengangkat kedua bahunya dengan acuh.
“Kalau kau ragu, mari kita lakukan tes sekali lagi!” Tantangnya.
Steve menyandarkan punggungnya dengan kasar pada sandaran kursi, memijat pangkal hidungnya yang terasa berdenyut.
"Astaga. Ini sungguhan?"
Dia adalah Clara, bersama dengan seorang anak laki-lakinya yang tampan. Keduanya kini berjalan menuju sebuah mobil yang telah menunggu mereka. Di belakang mereka tiga maid yang setia mengikuti, masuk di mobil yang berbeda.
“Bagaimana keadaan pria tua itu? Apa dia sering bertemu dengan dokter?” tanya Clara setelah masuk ke dalam mobil pada sopir yang merupakan asisten sang kakek.
“Ya, begitulah,” jawabnya singkat. Pria yang kini duduk di belakang kemudi itu sesekali melirik ke arah anak kecil yang duduk di samping nonanya. Memang sangat tampan, sama seperti yang diinfokan anak buahnya beberapa waktu yang lalu.
“Jangan menatap seperti itu pada putraku dia tidak akan suka dilihat seperti itu oleh pria asing!” bentak Clara. Dia tidak segan marah dengan pria manapun jika telah membuat putranya tidak nyaman.
“Maafkan saya, tapi putramu sangat tampan sekali.”
“Ya, tentu saja dia tampan. Dia mewarisi gen ayahnya!” ucap Clara bangga. Pria itu hanya tersenyum kecil, kemudian segera melajukan mobilnya perlahan keluar dari area bandara internasional. Di belakang mereka mengikuti beberapa mobil yang sama persis.
Clara mengusap kepala putranya dengan lembut. Cloud hanya bergeming tak peduli, dia lebih memilih sibuk dengan apa yang ada di tangannya. Sebuah tablet dengan permainan yang Clara sendiri tak mengerti bagaimana cara memainkannya. Terkadang dia kesal karena anaknya ini terlalu banyak bermain game. Ini dikarenakan asistennya selalu saja mengajarkan hal yang tak masuk akal pada anak usia lima tahun ini.
Clara ingat sekali malam itu. Malam dimana dirinya melakukan hal yang sama sekali tidak dia sangka sebelumnya. Bayangan sang kekasih yang sedang bercinta dengan wanita lain membuat dia mabuk dan akhirnya malah melakukan malam panas dengan seorang pria asing hingga membuahkan hasil, Cloud!
Clara sangat marah sekali waktu itu. Dia yang ingin memberikan kejutan pada sang kekasih karena telah kembali dari bisnisnya, tapi malah dia yang dibuat terkejut hingga setengah mati. Pria yang dia sangka setia dan bermulut manis, yang dia kira akan menjadi suaminya kelak, pria yang dia sangka baik dan juga bersih. Nyatanya, dia adalah pria yang kotor. Ketahuan tidur dengan seorang jalang.
‘Kau pikir siapa yang akan tahan menunggu hingga menikah, hah! Jangan jadi wanita munafik dan sok suci! Bisa jadi kau juga telah menghabiskan malam dengan banyak lelaki!’
Clara marah, menampar kekasihnya dan pergi berlalu dengan umpatan di bibirnya. Saat itu juga dia memutuskan hubungan dengan lelaki brengsek itu.
Tangis tak akan membuatnya lebih baik, hingga dia memutuskan untuk menghabiskan malam itu dengan minuman. Sial, pikirannya yang kacau karena memikirkan ucapan mantan kekasih malah membuatnya nekat bermalam dengan seorang gigolo. Untung saja dia tampan!
Mobil kini memasuki mansion yang berdiri dengan megah. Gerbang yang tinggi telah ditutup saat rombongan mobil itu sampai di halaman depan mansion.
Seorang pria dengan setelan jas hitam rapi membukakan pintu untuk Clara. Sejenak dia mengernyitkan kening tatkala yang keluar adalah seorang anak laki-laki. Tatapan anak laki-laki itu membuatnya sedikit aneh, berbeda dengan tatapan anak pada umumnya, anak ini memiliki kharismatik yang berbeda.
“Apa yang kau lihat? Bawakan semua barangku!” ucap Clara mengagetkan penjaga. Pria itu hanya mengangguk dan menggerakkan tangannya, tak lama dua orang pria berbadan kekar datang dan segera mengeluarkan barang milik Clara dari dalam mobil.
“Mari, Nona. Tuan Besar sudah menunggu,” ucap pria yang tadi menjadi sopirnya.
“Hah, aku bingung dengan lelaki tua itu. Apa yang dia mau sampai aku harus pulang kesini? Apakah dia akan memintaku menikah lagi? Sudah aku katakan jika soal anak dia tidak perlu khawatir, karena tanpa menikah pun aku sudah memilikinya!” ujar Clara dengan kesal. Dia mengikuti langkah kaki pria yang ada di depannya.
Ruangan mansion masih sama seperti terakhir saat Clara pulang, tak pernah ada yang berubah sejak dulu, bahkan mungkin sejak dia lahir. Karena dari foto neneknya yang Clara lihat saat muda dulu, tata letak ruangan ini masih tetap saja sama, dengan barang-barang yang sudah ketinggalan zaman. Huft, membosankan.
“Mana pria tua itu? Dia suruh aku pulang, tapi tidak menyambutku? Mengesalkan saja!” kesalnya saat tak melihat pria tua yang suka menyebalkan dan tukang ngatur ada di sana.
“Tuan Besar ada di ruang kerjanya.”
“Baiklah, aku akan pergi ke ruangannya dan akan protes karena mengganggu ketenanganku dan menyuruhku untuk pulang. Awas saja kalau dia suruh aku menikah lagi untuk ke sekian kalinya, satu perusahaannya akan aku hancurkan!” ancam Clara tak segan.
Mark -asisten- kakek, hanya memutar bola mata malas. Sifat Clara memang tidak pernah berubah. Selalu saja seenaknya, tapi apa yang dia katakan memang tidak pernah tidak bisa untuk diabaikan. Dia lebih kejam dari Ratu Irene dari Athena yang tega mencungkil mata putranya. Namun, bukan itu yang Clara lakukan, Clara Grim adalah wanita yang telah tega menghancurkan dua perusahaan besar kakeknya.
Clara kini masuk ke dalam ruangan sang kakek. Steve Grim, pria tua yang kini berdiri saat melihat cucunya datang tersenyum senang. Dia melebarkan kedua tangannya untuk menyambut cucu perempuan dan satu-satunya itu. Seketika senyumnya sirna saat Clara hanya duduk di depan mejanya.
“Apa kau tidak merindukanku?” Steve bertanya dengan nada kesal.
“Tidak! Katakan saja apa maumu sampai menyuruhku untuk pulang kemari?” Clara menyilangkan kedua tangannya di depan dada, menatap sang kakek dengan kesal. Karena titah sang kakek, dia harus melewatkan fashion show yang sangat penting. Kini gaun-gaun rancangannya sedang dipamerkan tanpa dirinya.
Steve kembali duduk. Cucunya yang dulu sangat lucu dan penurut kini tak ada lagi.
“Cepat katakan saja. Aku banyak pekerjaan yang harus dilakukan!” ketus Clara.
Steve menghela napas dengan berat.
“Ada seseorang yang ingin menikahimu!” ujar Steve. Clara tertawa kecil mendengar kabar yang sama sekali tidak mengejutkannya itu.
“Sudah aku bilang, Pria Tua. Berkali-kali aku bilang padamu, tanpa menikah pun aku sudah punya anak! Bukankah kau hanya ingin aku mempunyai anak? Siapa yang akan menerimaku yang sudah mempunyai seorang putra?” Clara menantang tatapan tajam dari sang kakek. Dia kemudian mengeluarkan sesuatu dari dalam tas dan menyimpannya di atas meja. Dengan menggunakan ujung telunjuknya, wanita itu menggeserkan kertas tersebut pada sang kakek.
Steve mengambil kertas yang ada di hadapannya dan membacanya. Matanya bulat sempurna saat melihat apa yang dia baca.
“Kau bercanda?” Kakek menatap tajam pada Clara. Clara hanya mengangkat kedua bahunya dengan acuh.
“Kalau kau ragu, mari kita lakukan tes sekali lagi!” Tantangnya.
Steve menyandarkan punggungnya dengan kasar pada sandaran kursi, memijat pangkal hidungnya yang terasa berdenyut.
"Astaga. Ini sungguhan?"
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved