Bab 8 Menemukanmu
by Tyas Kusuma13
13:20,Aug 09,2023
"Kalian sudah sampai. Kalian tidak terlambat sama sekali," ucap Maria menyambut kedatangan wanita tersebut beserta dengan putrinya.
"Yvan apa aku bilang. Lihat anak itu mirip denganmu, kan?" Maria menyenggol lengan Ivan dan berkata dengan berbisik.
Wanita cantik itu duduk pada kursi yang telah ditarik oleh seorang pelayan.
"Terima kasih," ucapnya dengan lembut. Dia tersenyum kepada Yvan, tapi tidak dengan Yvan yang menatap dingin wanita tersebut.
"Ibu, bisakah kita berbicara sebentar?" tanya Yvan berbisik pada ibunya.
Maria tersenyum dan berpamitan sebentar kepada wanita muda itu.
"Apa yang kau lakukan? Dia bukan wanita yang aku cari!" ujar Yvan setelah mereka berdua jauh dari meja tempat wanita tadi berada.
"Mungkin memang dia bukan yang kau cari, tapi anak itu jelas mirip denganmu. Apa kau tidak melihat bagaimana matanya? Hidungnya?" tanya Maria dengan geram.
"Wanita itu. Dia bukan wanita yang tidur denganku enam tahun yang lalu."
"Mungkin wanita itu memang bukan. Tapi aku yakin jika anak itu adalah putrimu."
"Apa maksudmu?"
"Wanita itu bilang, jika ibu dari anak itu meninggal saat melahirkan. Dan aku yakin jika dia adalah wanita yang kau tiduri malam itu. Lihat anak perempuan tadi? Senyumnya, matanya, mirip denganmu."
Yvan mengusap wajahnya kasar. Dia tidak mengerti dengan pemikiran ibunya ini. Bagaimana bisa wanita itu mengatakan jika anak tersebut adalah miliknya. Padahal masih belum jelas siapa mereka.
"Kau terlalu cepat memutuskan, Mom."
"Mungkin memang seperti itu. Tapi bagaimana jika memang benar dia adalah putrimu?"
"Rasanya tidak mungkin. Aku baru saja menerima laporan jika wanita itu masih hidup. Bagaimana ceritanya dia sudah meninggal saat melahirkan?"
"Mungkin saja mereka salah lihat?"
Maria meyakinkan putranya. Mau tidak mau Yvan menurut apa kata Maria. Setidaknya dia harus mencari tahu dulu apa yang terjadi pada anak kecil yang memang wajahnya mirip dengannya itu.
"Maafkan kami lama di belakang sana. Apakah kalian sudah memesan?" tanya Maria tersenyum dengan ramah pada wanita itu.
"Aunty apakah dia daddy-ku?" celetuk anak itu bertanya kepada wanita yang disebutnya aunty.
"Bisakah kita makan dulu sebelum berbicara yang lain? Tidak sopan seperti itu, Cherry."
"Sorry."
Maria menyukai Cherry dari pertama dia melihatnya beberapa hari yang lalu. Dia yakin dengan melihat wajahnya yang mirip Yvan, gadis kecil itu adalah keturunannya.
"Tidak apa-apa, Monica. Sayang, apa yang ingin kau makan?" Maria kini bertanya kepada gadis kecil itu.
"Aku mau makan spaghetti," jawab Cherry dengan nada yang riang.
Monica sesekali melirik ke arah Yvan yang memiliki ketampanan di atas rata-rata. Dia akui jika laki-laki itu sangat tampan dan juga tampak menggoda.
'Apakah dia akan menjodohkanku dengan putranya?' gumam Monica melirik penuh minat kepada Yvan, sementara Yvan memilih untuk fokus dengan makanannya.
**
Sesi makan malam telah berakhir. Maria memerintahkan seorang pengawalnya untuk mengantarkan Monica dan Cherry untuk pulang.
"Aku yakin gadis kecil itu bukan anakku." Yvan berkata setelah mereka meninggalkan restoran.
"Mom akan mencari tahu."
"Jadi, beberapa hari ini kau tidak mencari tahu dulu tentang kebenarannya?" Yvan melirik malas pada sang ibu.
"Aku terlalu senang melihat anak kecil yang wajahnya mirip denganmu. Dan aku berharap memiliki cucu yang cantik seperti dia."
Yvan lagi-lagi merasa kesal dengan ucapan ibunya. Meskipun wajah mereka mirip, tapi belum tentu jika mereka adalah ayah dan anak.
"Besok aku akan kembali ke negaraku."
"Secepat itu?"
"Iya."
"Tidakkah kau masih rindu dengan mommy mu ini?" ujar Maria cemberut.
"Jika kau mau, datanglah ke sana. Kau tahu aku tidak punya cukup banyak waktu untuk bermalas-malasan."
"Cih. Dasar penggila kerja!"
**
Yvan telah kembali ke negaranya dan kembali pada aktivitas yang sangat sibuk di perusahaan.
Pertemuannya dengan gadis kecil saat makan malam itu membuat Yvan memikirkannya hingga saat ini.
"Apakah dia memang benar anakku?" gumam Yvan di antara waktu kerjanya. Pekerjaan yang menumpuk dia abaikan karena memikirkan gadis kecil yang menurut Maria adalah keturunannya.
Dia menghubungi tim, menyuruh pria itu untuk datang ke ruangannya.
"Apa kau sudah menemukan wanita itu?" tanya Yvan kepada sang asisten.
"Maafkan saya, Tuan. Saya belum bisa menemukan keberadaannya."
Yvan berdecak kesal mendengar laporan dari asisten kepercayaannya ini.
"Apa yang kau kerjakan selama ini? Apakah hanya bermalas-malasan saja?"
"Kami tidak bisa menemukan keberadaannya. Sepertinya wanita itu tidak tinggal di negara ini."
"Kalau begitu cari dia sampai dapat. Kerahkan banyak orang untuk mencari keberadaan wanita itu dalam keadaan hidup atau mati."
Tim menganggukan kepalanya dan permisi pergi dari ruangan tersebut. Tugasnya sudah sangat banyak dan kali ini bertambah tugas lainnya yang harus dia kerjakan.
"Ke mana aku harus mencari wanita itu?" gumam Tim tidak habis pikir dengan keinginan dari atasannya tersebut. Mencari seorang wanita di negara ini seperti mencari jarum di tumpukan jerami. Bagaimana caranya agar dia bisa menemukan wanita itu?
Yvan menurut pangkal hidungnya yang terasa berdenyut. Sudah hampir satu minggu ini dia mencari keberadaan wanita itu, tapi tidak ada satupun informasi yang benar.
Apakah dia memang tidak tinggal di negara ini? Lalu di mana dia berada?
Suara ketukan di pintu terdengar membuat lamunan Yvan teralihkan.
"Hai Yvan. Aku tidak mengganggumu kan?" tanya seorang wanita cantik yang baru saja masuk meski Yvan belum mempersilakannya.
Yvan menatap malas pada saudara sepupunya ini. Meski dilarang pun dia pasti akan bersikeras untuk masuk.
"Apa yang kau inginkan?" tanya Yvan kepada Veronica.
Wanita itu tersenyum dan mendekati Yvan dengan pelan dengan kedua tangannya yang bertautan di belakang tubuhnya. Yvan mengerti jika ada sesuatu yang wanita itu inginkan. Dia memicingkan matanya menatap sepupu yang berusia tak jauh darinya.
"Kau bisa menjadi pasanganku di suatu pertemuan?" tanya wanita itu meminta.
Yvan sudah menduga hal itu. Tidak ada hal lain yang membuat sepupunya itu datang kepadanya jika bukan untuk menjadi teman kencan atau teman pestanya.
"Kau atur saja waktunya."
Tanpa harus mendengarkan penjelasan Veronica, Yvan menyetujui seperti biasa.
"Kau memang sepupuku yang paling baik. Aku akan siapkan semuanya termasuk pakaian yang akan kau kenakan nanti. Aku mentraktirmu," ucap gadis itu sambil mengedipkan satu matanya.
Yvan mengabaikan Veronica yang berlari kembali keluar dari ruangan tersebut.
*
Malam pertemuan penting untuk Veronica, Yvan terpaksa ikut dengan wanita itu dan menjadi pasangannya malam ini. Dia tidak tahu pertemuan macam apa ini, tapi jika dilihat dari undangan yang ada ini adalah sebuah lelang.
"Menyebalkan sekali. Kenapa juga aku harus ikut ke tempat seperti ini," ujar Yvan sambil merapikan kerah kemejanya yang sebenarnya sudah rapi.
"Kau tahu apa alasanku mengajakmu ke sini kan?" bisik Veronica sedikit mendekat ke arah Yvan.
"Singkirkan saja bedebah itu. Jika kau tidak sanggup untuk melakukannya, biar aku yang akan melakukannya."
Veronica tertawa kecil dan menggerakkan tangannya. "Tidak perlu. Dengan adanya kau di sini membuat dia tidak akan bisa mendekatiku."
Saat Yvan hendak berbicara, dari kejauhan dia melihat seseorang yang rasa-rasanya pernah dia temui. Namun, saat dia ingin memastikannya, Veronica menarik tangannya untuk pergi ke tempat duduk yang tersedia di sana. Yvan kehilangan sosok wanita tersebut.
"Yvan apa aku bilang. Lihat anak itu mirip denganmu, kan?" Maria menyenggol lengan Ivan dan berkata dengan berbisik.
Wanita cantik itu duduk pada kursi yang telah ditarik oleh seorang pelayan.
"Terima kasih," ucapnya dengan lembut. Dia tersenyum kepada Yvan, tapi tidak dengan Yvan yang menatap dingin wanita tersebut.
"Ibu, bisakah kita berbicara sebentar?" tanya Yvan berbisik pada ibunya.
Maria tersenyum dan berpamitan sebentar kepada wanita muda itu.
"Apa yang kau lakukan? Dia bukan wanita yang aku cari!" ujar Yvan setelah mereka berdua jauh dari meja tempat wanita tadi berada.
"Mungkin memang dia bukan yang kau cari, tapi anak itu jelas mirip denganmu. Apa kau tidak melihat bagaimana matanya? Hidungnya?" tanya Maria dengan geram.
"Wanita itu. Dia bukan wanita yang tidur denganku enam tahun yang lalu."
"Mungkin wanita itu memang bukan. Tapi aku yakin jika anak itu adalah putrimu."
"Apa maksudmu?"
"Wanita itu bilang, jika ibu dari anak itu meninggal saat melahirkan. Dan aku yakin jika dia adalah wanita yang kau tiduri malam itu. Lihat anak perempuan tadi? Senyumnya, matanya, mirip denganmu."
Yvan mengusap wajahnya kasar. Dia tidak mengerti dengan pemikiran ibunya ini. Bagaimana bisa wanita itu mengatakan jika anak tersebut adalah miliknya. Padahal masih belum jelas siapa mereka.
"Kau terlalu cepat memutuskan, Mom."
"Mungkin memang seperti itu. Tapi bagaimana jika memang benar dia adalah putrimu?"
"Rasanya tidak mungkin. Aku baru saja menerima laporan jika wanita itu masih hidup. Bagaimana ceritanya dia sudah meninggal saat melahirkan?"
"Mungkin saja mereka salah lihat?"
Maria meyakinkan putranya. Mau tidak mau Yvan menurut apa kata Maria. Setidaknya dia harus mencari tahu dulu apa yang terjadi pada anak kecil yang memang wajahnya mirip dengannya itu.
"Maafkan kami lama di belakang sana. Apakah kalian sudah memesan?" tanya Maria tersenyum dengan ramah pada wanita itu.
"Aunty apakah dia daddy-ku?" celetuk anak itu bertanya kepada wanita yang disebutnya aunty.
"Bisakah kita makan dulu sebelum berbicara yang lain? Tidak sopan seperti itu, Cherry."
"Sorry."
Maria menyukai Cherry dari pertama dia melihatnya beberapa hari yang lalu. Dia yakin dengan melihat wajahnya yang mirip Yvan, gadis kecil itu adalah keturunannya.
"Tidak apa-apa, Monica. Sayang, apa yang ingin kau makan?" Maria kini bertanya kepada gadis kecil itu.
"Aku mau makan spaghetti," jawab Cherry dengan nada yang riang.
Monica sesekali melirik ke arah Yvan yang memiliki ketampanan di atas rata-rata. Dia akui jika laki-laki itu sangat tampan dan juga tampak menggoda.
'Apakah dia akan menjodohkanku dengan putranya?' gumam Monica melirik penuh minat kepada Yvan, sementara Yvan memilih untuk fokus dengan makanannya.
**
Sesi makan malam telah berakhir. Maria memerintahkan seorang pengawalnya untuk mengantarkan Monica dan Cherry untuk pulang.
"Aku yakin gadis kecil itu bukan anakku." Yvan berkata setelah mereka meninggalkan restoran.
"Mom akan mencari tahu."
"Jadi, beberapa hari ini kau tidak mencari tahu dulu tentang kebenarannya?" Yvan melirik malas pada sang ibu.
"Aku terlalu senang melihat anak kecil yang wajahnya mirip denganmu. Dan aku berharap memiliki cucu yang cantik seperti dia."
Yvan lagi-lagi merasa kesal dengan ucapan ibunya. Meskipun wajah mereka mirip, tapi belum tentu jika mereka adalah ayah dan anak.
"Besok aku akan kembali ke negaraku."
"Secepat itu?"
"Iya."
"Tidakkah kau masih rindu dengan mommy mu ini?" ujar Maria cemberut.
"Jika kau mau, datanglah ke sana. Kau tahu aku tidak punya cukup banyak waktu untuk bermalas-malasan."
"Cih. Dasar penggila kerja!"
**
Yvan telah kembali ke negaranya dan kembali pada aktivitas yang sangat sibuk di perusahaan.
Pertemuannya dengan gadis kecil saat makan malam itu membuat Yvan memikirkannya hingga saat ini.
"Apakah dia memang benar anakku?" gumam Yvan di antara waktu kerjanya. Pekerjaan yang menumpuk dia abaikan karena memikirkan gadis kecil yang menurut Maria adalah keturunannya.
Dia menghubungi tim, menyuruh pria itu untuk datang ke ruangannya.
"Apa kau sudah menemukan wanita itu?" tanya Yvan kepada sang asisten.
"Maafkan saya, Tuan. Saya belum bisa menemukan keberadaannya."
Yvan berdecak kesal mendengar laporan dari asisten kepercayaannya ini.
"Apa yang kau kerjakan selama ini? Apakah hanya bermalas-malasan saja?"
"Kami tidak bisa menemukan keberadaannya. Sepertinya wanita itu tidak tinggal di negara ini."
"Kalau begitu cari dia sampai dapat. Kerahkan banyak orang untuk mencari keberadaan wanita itu dalam keadaan hidup atau mati."
Tim menganggukan kepalanya dan permisi pergi dari ruangan tersebut. Tugasnya sudah sangat banyak dan kali ini bertambah tugas lainnya yang harus dia kerjakan.
"Ke mana aku harus mencari wanita itu?" gumam Tim tidak habis pikir dengan keinginan dari atasannya tersebut. Mencari seorang wanita di negara ini seperti mencari jarum di tumpukan jerami. Bagaimana caranya agar dia bisa menemukan wanita itu?
Yvan menurut pangkal hidungnya yang terasa berdenyut. Sudah hampir satu minggu ini dia mencari keberadaan wanita itu, tapi tidak ada satupun informasi yang benar.
Apakah dia memang tidak tinggal di negara ini? Lalu di mana dia berada?
Suara ketukan di pintu terdengar membuat lamunan Yvan teralihkan.
"Hai Yvan. Aku tidak mengganggumu kan?" tanya seorang wanita cantik yang baru saja masuk meski Yvan belum mempersilakannya.
Yvan menatap malas pada saudara sepupunya ini. Meski dilarang pun dia pasti akan bersikeras untuk masuk.
"Apa yang kau inginkan?" tanya Yvan kepada Veronica.
Wanita itu tersenyum dan mendekati Yvan dengan pelan dengan kedua tangannya yang bertautan di belakang tubuhnya. Yvan mengerti jika ada sesuatu yang wanita itu inginkan. Dia memicingkan matanya menatap sepupu yang berusia tak jauh darinya.
"Kau bisa menjadi pasanganku di suatu pertemuan?" tanya wanita itu meminta.
Yvan sudah menduga hal itu. Tidak ada hal lain yang membuat sepupunya itu datang kepadanya jika bukan untuk menjadi teman kencan atau teman pestanya.
"Kau atur saja waktunya."
Tanpa harus mendengarkan penjelasan Veronica, Yvan menyetujui seperti biasa.
"Kau memang sepupuku yang paling baik. Aku akan siapkan semuanya termasuk pakaian yang akan kau kenakan nanti. Aku mentraktirmu," ucap gadis itu sambil mengedipkan satu matanya.
Yvan mengabaikan Veronica yang berlari kembali keluar dari ruangan tersebut.
*
Malam pertemuan penting untuk Veronica, Yvan terpaksa ikut dengan wanita itu dan menjadi pasangannya malam ini. Dia tidak tahu pertemuan macam apa ini, tapi jika dilihat dari undangan yang ada ini adalah sebuah lelang.
"Menyebalkan sekali. Kenapa juga aku harus ikut ke tempat seperti ini," ujar Yvan sambil merapikan kerah kemejanya yang sebenarnya sudah rapi.
"Kau tahu apa alasanku mengajakmu ke sini kan?" bisik Veronica sedikit mendekat ke arah Yvan.
"Singkirkan saja bedebah itu. Jika kau tidak sanggup untuk melakukannya, biar aku yang akan melakukannya."
Veronica tertawa kecil dan menggerakkan tangannya. "Tidak perlu. Dengan adanya kau di sini membuat dia tidak akan bisa mendekatiku."
Saat Yvan hendak berbicara, dari kejauhan dia melihat seseorang yang rasa-rasanya pernah dia temui. Namun, saat dia ingin memastikannya, Veronica menarik tangannya untuk pergi ke tempat duduk yang tersedia di sana. Yvan kehilangan sosok wanita tersebut.
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved