Bab 7 Undangan Makan Malam
by Tyas Kusuma13
13:06,Aug 09,2023
Yvan langsung pergi pada keesokan harinya terbang ke negara ibunya berada. Pria berusia tiga puluh tahunan itu memang tinggal jauh dari sang ibu, mengelola bisnis milik ayahnya berupa perusahaan besar dan juga bisnis yang dia kelola sendiri.
Pesawat yang membawa Yvan telah landing di bandara. Seorang laki-laki mendekat saat Ivan duduk di ruang tunggu VIP.
"Kenapa kau lama sekali?" ketus Yvan terdengar memarahi pria itu yang kemudian menundukkan kepalanya dalam-dalam.
"Maafkan saya, Tuan."
Tidak banyak bicara laki-laki itu mempersilahkan Yvan untuk berjalan terlebih dahulu.
Laki-laki tersebut paham jika Yvan tidak menerima segala alasan apapun juga. Maka dari itu dia tidak banyak berbicara mengenai keterlambatannya hingga sampai di bandara ini.
Mansion besar yang megah berada di sebuah lahan yang luas. Perjalanan dari gerbang ke dalam rumah tersebut memerlukan waktu yang cukup lama. Yvan duduk dengan santai dan mengabaikan orang-orang yang ada di luaran sana yang menundukkan kepala dengan hormat saat mobil yang dia naiki melewati mereka.
"Apakah Mom ada di rumah?" tanya laki-laki itu.
"Nyonya sedang berada di luar, Tuan."
Yvan mendelik kesal, menatap pria yang tadi menjemputnya yang kini berada di belakang kemudi.
"Dia menyuruhku untuk pulang, dan dia pergi. Kenapa aku harus percaya dan datang ke kota ini?" gumamnya kesal.
Saat Yvan turun beberapa maid menyambut kedatangannya dengan menundukkan kepala bersikap hormat, berjejer di kanan kiri hingga sampai ke teras mansion tersebut. Seorang kepala pelayan menyapa Yvan dan membukakan pintu utama mension itu.
"Selamat datang kembali, Tuan Muda," sambut kepala pelayan mempersilakan Yvan untuk masuk.
Yvan tidak menjawab sapaan dari laki-laki tua itu, dia hanya memberikan jas yang dipakainya pada pria tua tersebut.
"Apakah perjalanan Anda menyenangkan?"
"Kau juga tahu aku tidak suka pulang," jawab Yvan ketus pada pria yang mengikutinya dari belakang.
Pria itu tertawa kecil. Sedari dulu tuan mudanya ini memang tidak berubah sama sekali. Tetap dingin.
"Aku sudah mempersiapkan sup daging kesukaanmu. Aku sendiri yang telah memasaknya. Mari," ajak pria tua itu menggiring Yvan ke arah ruang makan.
Yvan tidak menolak dengan ajakan pria tua tersebut. Pria itu sudah mengasuhnya sejak kecil dan dia tahu jika dirinya sangat benci menaiki pesawat. Perutnya selalu tidak baik-baik saja setelah turun dari burung besi itu.
"Tanganmu tidak cukup kuat untuk membuatkanku makanan," ujar Yvan seraya menyeruput kuah kaldu yang ada di sendoknya.
Pelayan tua tertawa lagi sehingga matanya menyipit dan terlihat kerutan yang nyata di sana. "Aku masih kuat dan masih mampu untuk membuatkanmu sepuluh mangkuk sup daging. Anda jangan khawatir." Pria tua bernama Chen, pria keturunan dari timur, bermata sipit ini telah mengikuti keluarga Yvan semenjak 40 tahun yang lalu. Dia sangat hafal dengan karakter masing-masing anggota dari keluarga ini apalagi dengan Yvan yang dianggap seperti putranya sendiri.
"Nikmati makananmu, Tuan Muda. Dan segeralah beristirahat setelah itu." Chen meninggalkan Yvan yang menikmati makanannya sendirian.
Yvan menunggu tapi dia tidak melihat ibunya pulang ke mansion.
"Paman Chen, ke mana ibuku pergi?" Yvan menatap jam yang ada di pergelangan tangannya dan sudah dua jam menunggu wanita itu tidak kunjung juga pulang.
"Nyonya masih berada di luar. Apa kau tidak mau beristirahat terlebih dahulu?"
Yvan berdecak kesal saat mendengar ucapan dari pelayan tersebut. "Aku tidak cukup waktu untuk hanya menunggu wanita tua itu. Ini sangat menyebalkan sekali. Dia sudah menghabiskan banyak waktuku sekarang."
Paman Chen tertawa lagi mendengar kekesalan dari Yvan.
"Apakah ada yang ingin kau lakukan sambil menunggu nyonya pulang? Berenang misalnya?" tawar laki-laki tua itu.
Yvan tidak menjawab tapi dia berjalan menuju ke belakang mansion seraya membuka kancing kemejanya satu persatu.
Di area belakang terdapat sebuah kolam renang besar dengan dinding-dinding penuh hiasan yang estetik.
Yvan membuka semua pakaiannya dan meninggalkan celana pendek ketat yang hanya menutupi barang pribadinya. Tanpa melakukan pemanasan terlebih dahulu dia melompat dan masuk ke dalam kolam hingga air di kolam yang tenang itu beriak.
Paman Chen menunggu dengan setia di tepi kolam, sebuah handuk kering tersampir di lengannya. Yvan memang tidak perlu ditunggu saat dia berenang seperti itu. Akan tetapi, Paman Chen tidak mau meninggalkan Yvan dan melewatkan momen menyenangkan ini.
"Ah, tidak aku sangka anak ini cepat besar juga. Waktu memang berlalu dengan cepat," gumam Paman Chen tersenyum dengan mata yang menyipit.
"Yvan. Akhirnya kau datang juga!" Sebuah teriakan terdengar dari ambang pintu. Yvan yang sedang berenang menoleh dan mendapati sang ibu yang datang mendekat ke tepi kolam.
"Apa kau sudah lama?" Maria bisa melihat wajah kekesalan putranya dan dia mendapati jika sang putra sudah datang cukup lama. "Maafkan mom. Mom punya kesibukan sendiri. Hehe."
Lirikan tajam diberikan Yvan kepada wanita itu.
"Aku juga memiliki kesibukan sendiri. Tidak bisakah kau menungguku di rumah saat memintaku untuk pulang?" ketus pria itu.
Maria tersenyum tanpa merasa bersalah sama sekali.
"Aku sudah mengundang wanita itu datang dan makan malam bersama kita nanti."
"Nanti?"
"Hhum. Benar sekali. Berita baik tidak boleh ditunda-tunda. Kau bersiaplah, pakai pakaian terbaikmu."
Maria baru saja akan pergi, tapi Yvan berkata sehingga dia kembali mengurungkan kepergiannya.
"Apa kau yakin jika wanita itu adalah ibu dari anakku?" tanya Yvan ragu.
"Entahlah aku juga tidak tahu. Aku melihat anak itu sangat mirip denganmu. Bisa saja kan kalau memang dia wanita yang kau cari? Kau sungguh payah dalam mencari seseorang!"
Maria tidak ingin mendengarkan ocehan sang putra sehingga dia beranjak pergi dari sana.
"Paman Chen, tolong kau urus semuanya untuk nanti malam."
"Baik, Nyonya."
Yvan beranjak keluar dari dalam kolam, Paman Chen mendekat dan memberikan handuk kering kepada Yvan.
"Apa kau yakin dengan yang dikatakan oleh ibuku?"
Paman Chen mengangkat kedua bahunya. "Aku tidak tahu. Semoga saja benar."
Malam itu Yvan bersiap-siap untuk pergi bersama dengan ibunya menuju ke restoran ternama, tempat di mana ibunya mengundang wanita yang dimaksud. Meski hatinya merasa ragu, tapi Yvan mengikuti keinginan sang ibu untuk menemui wanita tersebut.
"Kau yakin wanita itu adalah orang yang aku cari?" tanya Yvan kepada Maria.
"Aku sangat yakin sekali."
Mereka telah sampai di restoran dan menunggu pada sebuah meja yang telah dipesan oleh Paman Chen,.Maria menunggu dengan tidak sabar, dia ingin melihat anak itu lagi, dan dia yakin jika wanita yang sedang Yvan cari adalah wanita yang dia undang untuk makan malam sekarang.
"Selamat malam. Maaf kami sedikit terlambat."
Yvan menoleh saat mendengar suara wanita dan terdiam menatapnya.
Pesawat yang membawa Yvan telah landing di bandara. Seorang laki-laki mendekat saat Ivan duduk di ruang tunggu VIP.
"Kenapa kau lama sekali?" ketus Yvan terdengar memarahi pria itu yang kemudian menundukkan kepalanya dalam-dalam.
"Maafkan saya, Tuan."
Tidak banyak bicara laki-laki itu mempersilahkan Yvan untuk berjalan terlebih dahulu.
Laki-laki tersebut paham jika Yvan tidak menerima segala alasan apapun juga. Maka dari itu dia tidak banyak berbicara mengenai keterlambatannya hingga sampai di bandara ini.
Mansion besar yang megah berada di sebuah lahan yang luas. Perjalanan dari gerbang ke dalam rumah tersebut memerlukan waktu yang cukup lama. Yvan duduk dengan santai dan mengabaikan orang-orang yang ada di luaran sana yang menundukkan kepala dengan hormat saat mobil yang dia naiki melewati mereka.
"Apakah Mom ada di rumah?" tanya laki-laki itu.
"Nyonya sedang berada di luar, Tuan."
Yvan mendelik kesal, menatap pria yang tadi menjemputnya yang kini berada di belakang kemudi.
"Dia menyuruhku untuk pulang, dan dia pergi. Kenapa aku harus percaya dan datang ke kota ini?" gumamnya kesal.
Saat Yvan turun beberapa maid menyambut kedatangannya dengan menundukkan kepala bersikap hormat, berjejer di kanan kiri hingga sampai ke teras mansion tersebut. Seorang kepala pelayan menyapa Yvan dan membukakan pintu utama mension itu.
"Selamat datang kembali, Tuan Muda," sambut kepala pelayan mempersilakan Yvan untuk masuk.
Yvan tidak menjawab sapaan dari laki-laki tua itu, dia hanya memberikan jas yang dipakainya pada pria tua tersebut.
"Apakah perjalanan Anda menyenangkan?"
"Kau juga tahu aku tidak suka pulang," jawab Yvan ketus pada pria yang mengikutinya dari belakang.
Pria itu tertawa kecil. Sedari dulu tuan mudanya ini memang tidak berubah sama sekali. Tetap dingin.
"Aku sudah mempersiapkan sup daging kesukaanmu. Aku sendiri yang telah memasaknya. Mari," ajak pria tua itu menggiring Yvan ke arah ruang makan.
Yvan tidak menolak dengan ajakan pria tua tersebut. Pria itu sudah mengasuhnya sejak kecil dan dia tahu jika dirinya sangat benci menaiki pesawat. Perutnya selalu tidak baik-baik saja setelah turun dari burung besi itu.
"Tanganmu tidak cukup kuat untuk membuatkanku makanan," ujar Yvan seraya menyeruput kuah kaldu yang ada di sendoknya.
Pelayan tua tertawa lagi sehingga matanya menyipit dan terlihat kerutan yang nyata di sana. "Aku masih kuat dan masih mampu untuk membuatkanmu sepuluh mangkuk sup daging. Anda jangan khawatir." Pria tua bernama Chen, pria keturunan dari timur, bermata sipit ini telah mengikuti keluarga Yvan semenjak 40 tahun yang lalu. Dia sangat hafal dengan karakter masing-masing anggota dari keluarga ini apalagi dengan Yvan yang dianggap seperti putranya sendiri.
"Nikmati makananmu, Tuan Muda. Dan segeralah beristirahat setelah itu." Chen meninggalkan Yvan yang menikmati makanannya sendirian.
Yvan menunggu tapi dia tidak melihat ibunya pulang ke mansion.
"Paman Chen, ke mana ibuku pergi?" Yvan menatap jam yang ada di pergelangan tangannya dan sudah dua jam menunggu wanita itu tidak kunjung juga pulang.
"Nyonya masih berada di luar. Apa kau tidak mau beristirahat terlebih dahulu?"
Yvan berdecak kesal saat mendengar ucapan dari pelayan tersebut. "Aku tidak cukup waktu untuk hanya menunggu wanita tua itu. Ini sangat menyebalkan sekali. Dia sudah menghabiskan banyak waktuku sekarang."
Paman Chen tertawa lagi mendengar kekesalan dari Yvan.
"Apakah ada yang ingin kau lakukan sambil menunggu nyonya pulang? Berenang misalnya?" tawar laki-laki tua itu.
Yvan tidak menjawab tapi dia berjalan menuju ke belakang mansion seraya membuka kancing kemejanya satu persatu.
Di area belakang terdapat sebuah kolam renang besar dengan dinding-dinding penuh hiasan yang estetik.
Yvan membuka semua pakaiannya dan meninggalkan celana pendek ketat yang hanya menutupi barang pribadinya. Tanpa melakukan pemanasan terlebih dahulu dia melompat dan masuk ke dalam kolam hingga air di kolam yang tenang itu beriak.
Paman Chen menunggu dengan setia di tepi kolam, sebuah handuk kering tersampir di lengannya. Yvan memang tidak perlu ditunggu saat dia berenang seperti itu. Akan tetapi, Paman Chen tidak mau meninggalkan Yvan dan melewatkan momen menyenangkan ini.
"Ah, tidak aku sangka anak ini cepat besar juga. Waktu memang berlalu dengan cepat," gumam Paman Chen tersenyum dengan mata yang menyipit.
"Yvan. Akhirnya kau datang juga!" Sebuah teriakan terdengar dari ambang pintu. Yvan yang sedang berenang menoleh dan mendapati sang ibu yang datang mendekat ke tepi kolam.
"Apa kau sudah lama?" Maria bisa melihat wajah kekesalan putranya dan dia mendapati jika sang putra sudah datang cukup lama. "Maafkan mom. Mom punya kesibukan sendiri. Hehe."
Lirikan tajam diberikan Yvan kepada wanita itu.
"Aku juga memiliki kesibukan sendiri. Tidak bisakah kau menungguku di rumah saat memintaku untuk pulang?" ketus pria itu.
Maria tersenyum tanpa merasa bersalah sama sekali.
"Aku sudah mengundang wanita itu datang dan makan malam bersama kita nanti."
"Nanti?"
"Hhum. Benar sekali. Berita baik tidak boleh ditunda-tunda. Kau bersiaplah, pakai pakaian terbaikmu."
Maria baru saja akan pergi, tapi Yvan berkata sehingga dia kembali mengurungkan kepergiannya.
"Apa kau yakin jika wanita itu adalah ibu dari anakku?" tanya Yvan ragu.
"Entahlah aku juga tidak tahu. Aku melihat anak itu sangat mirip denganmu. Bisa saja kan kalau memang dia wanita yang kau cari? Kau sungguh payah dalam mencari seseorang!"
Maria tidak ingin mendengarkan ocehan sang putra sehingga dia beranjak pergi dari sana.
"Paman Chen, tolong kau urus semuanya untuk nanti malam."
"Baik, Nyonya."
Yvan beranjak keluar dari dalam kolam, Paman Chen mendekat dan memberikan handuk kering kepada Yvan.
"Apa kau yakin dengan yang dikatakan oleh ibuku?"
Paman Chen mengangkat kedua bahunya. "Aku tidak tahu. Semoga saja benar."
Malam itu Yvan bersiap-siap untuk pergi bersama dengan ibunya menuju ke restoran ternama, tempat di mana ibunya mengundang wanita yang dimaksud. Meski hatinya merasa ragu, tapi Yvan mengikuti keinginan sang ibu untuk menemui wanita tersebut.
"Kau yakin wanita itu adalah orang yang aku cari?" tanya Yvan kepada Maria.
"Aku sangat yakin sekali."
Mereka telah sampai di restoran dan menunggu pada sebuah meja yang telah dipesan oleh Paman Chen,.Maria menunggu dengan tidak sabar, dia ingin melihat anak itu lagi, dan dia yakin jika wanita yang sedang Yvan cari adalah wanita yang dia undang untuk makan malam sekarang.
"Selamat malam. Maaf kami sedikit terlambat."
Yvan menoleh saat mendengar suara wanita dan terdiam menatapnya.
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved