Bab 5 Memiliki Anak Tanpa Menikah

by Tyas Kusuma13 12:34,Aug 09,2023
Maria menatap Yvan dengan kesal. Bagaimana bisa putranya itu bercinta dengan wanita lain yang dia tidak tahu asal usulnya, dan parahnya lagi wanita penjaja tubuh!

“Keterlaluan sekali kau, Yvan! Mommy tidak percaya kamu bisa sembarangan memakai jasa wanita yang seperti itu!” Maria melirik sebal kepada pria dewasa yang ada di sebelahnya.

“Asal Mommy tahu, dia masih virgin saat aku pakai,” ujar Yvan membuat Maria menoleh menatap ke arahnya.

“Jadi … dia bukan wanita bayaran?” tanya Maria. Yvan hanya mengangkat kedua bahunya tinggi-tinggi.

“Aku tidak tahu, tapi dia ada di klub yang sama denganku malam itu,” jawab Yvan.

“Cari dia!” ujar Maria. Yvan menolehkan kepalanya pada sang mommy. “Cari dia! Kau harus tanggung jawab dengan apa yang sudah kau lakukan!”

Yvan mendecih kesal. Tidak tahu lagi harus mencari wanita itu di mana. Tulisan yang wanita itu tinggalkan, yang membuat dirinya kesal, masih ada padanya.

“Oh, sialan!” ujar Yvan mengumpat. Dia baru ingat, tulisan itu dia lempar dan dia injak saat tadi di kantor.

“Kenapa?” tanya Maria.

“Tidak. Asal Mommy tahu saja, aku sudah mencari wanita itu sedari dulu, tapi aku belum juga menemukan dia,” ujar Yvan semakin kesal. Dia ingat tulisan itu, dan khawatir jika ada yang menemukannya.

“Dulu? Kapan? Apa kejadian itu sudah lama?” tanya Maria lagi.

“Enam tahun.”

Maria melemparkan pandangannya dari sang putra dengan kesal ke arah lain.

“Oh, my gosh! Selama itu?”

“Iya,” jawab Yvan dengan datar.

“Astaga! Kenapa kau memalukan sekali. Enam tahun dan kau tidak bisa menemukan dia? Pria macam apa kau ini. Gunakan seluruh akses yang kau miliki sebagai seorang pengusaha besar, Yvan!” seru Maria kesal.

“Dan mempermalukan namaku sendiri?” tanya Yvan melirik pada sang mommy.

“No! Akan sangat memalukan jika wanita itu kemudian hamil dan mempunyai anak hasil percintaan kalian semalam!”

“Jangan mengada-ngada, Mom. Kami hanya melakukannya sekali saja. Tidak mungkin jika wanita itu hamil,” sergah Yvan

Maria memukul pundak putranya sekali lagi. “Semua itu bisa saja terjadi, Yvan. Awas saja kalau kau sudah membuat seseorang menderita karena ulahmu itu.” Maria menunjuk tepat ke kepala sang putra.

Yvan mendesah pelan, seorang pengusaha hebat, tetap saja harus tunduk dan kalah jika di hadapan ibunya.

“Itu bukan hanya ulahku saja. Aku pikir malam itu aku juga tidak terlalu mabuk, Mom.” Yvan masih membela dirinya.

“Mommy tidak mau tahu, kau harus mencari dia secepatnya. Harus sampai dapat! Kalau tidak, jangan harap posisimu sekarang ini akan sama dengan hari esok,” ucap Maria.

Yvan menghentikan laju mobilnya secara mendadak, membuat Maria tersentak karena ulah putranya barusan.

“What? Apa maksud Mommy?” tanya Yvan tak percaya, seakan dia ingin mendengar sekali lagi ucapan kalimat terakhir Maria.

Maria mendelik kesal, karena dadanya sedikit sakit akibat Yvan yang mengerem mendadak, untung saja seat belt yang dia pakai kuat. Bagaimana jika dia tidak memakai seat belt? Tentu saja kepalanya akan terantuk ke dashboard.

“Kau tidak tuli. Mommy akan ambil alih perusahaan itu sampai kau bisa menemukan wanita yang membuat anak Mommy hilang perjaka,” ucap Maria berkata dengan senyum seringai di bibirnya.

Yvan menatap Maria tidak percaya. Hanya karena seorang wanita asing, dia akan diturunkan jabatan oleh sang mommy? 

“Yang benar saja!” gumam Yvan kesal. Dia kembali melajukan mobil hitam mewahnya diantara jalanan yang padat.

“Mommy tidak menyangka, kau akan melepas perjaka dengan seorang wanita yang tidak kau kenal,” ucap Maria kesal. Dia tidak tahu dengan wanita yang telah mampu membuat putranya ini akhirnya bisa melepas perjakanya. “Yvan, apa kau pikir karena kejadian itu kalian punya anak?” tanya Maria dengan penasaran.

Yvan mengurut pangkal hidungnya yang tiba-tiba berdenyut mendengar celotehan sang mommy.

“Aku tidak tahu. Jangan banyak berharap. Mungkin saja dia tidak sehebat itu untuk mempunyai anak dengan satu kali tembakan dariku,” ucap Yvan mulai kesal. Yvan tidak ingin mendengar ibunya, tapi sepertinya Maria tidak ingin menghentikan pembicaraan mereka.

Maria mendelik kesal pada sang putra.

“Dia yang tidak hebat, atau kau yang payah?”

Pertanyaan Maria semakin membuat Yvan menjadi kesal. Sama dengan apa yang wanita itu tuliskan di dalam kertas itu. Payah di atas ranjang!

“Hentikan, Mom!” ucap Yvan kesal.

***

Steve menatap anak berusia lima tahun yang kini sedang menikmati makan malamnya. Sudah hampir tiga hari Clara dan Cloud ada di rumah ini, tapi Steve masih tidak percaya dengan apa yang dia lihat dengan wujud seorang anak lelaki yang sangat tampan yang dia lihat di hadapannya.

“Aku sudah selesai, Mom.” Cloud turun dari kursinya dan meninggalkan dua orang yang kini masih belum menyelesaikan makan malamnya.

“Cloud, habiskan makananmu!” teriak Clara pada Cloud. Makanan yang ada di piring Cloud masih tersisa lumayan banyak.

“Aku tidak bisa makan dengan tenang jika ditatap seperti itu,” jawab Cloud. Anak itu pergi dengan cepat dari ruang makan.

Steve menggelengkan kepalanya, sikap dan sifat dari anak itu sangat persis sekali dengan wanita yang ada di hadapannya ini.

“Kenapa dia mirip sekali dengan seseorang saat kecil?” gumam Steve mendelik ke arah Clara.

Clara menatap Steve dengan tajam, menyimpan sendok dan garpu yang ada di tangannya hingga terdengar dentingan kedua benda itu dengan piringnya.

“Kakek, bisa kau berhenti melakukan hal itu?” tanya Clara pada Steve.

“Aku melakukan apa?” Steve balik bertanya.

“Berhenti untuk terus memandangi putraku. Kau dengar kan tadi dia bicara apa?” tanya Clara kesal.

Steve pun sama, menyimpan sendok dan garpu dari tangannya kemudian dia lipat tangan itu di depan perutnya. Terdengar helaan napas yang berat dari pria berusia kepala tujuh itu.

“Aku hanya tidak menyangka. Bagaimana bisa kau mempunyai anak itu? Kau ….”

“Belum menikah?” tanya Clara memotong ucapan kakeknya.

Clara tertawa kecil saat tatapan tajam diberikan Steve padanya.

“Kakek. Apa salahnya kalau aku tidak menikah, tapi sudah punya anak? Sekarang banyak yang sama seperti ku. Aku bebas menentukan apakah aku punya pasangan atau tidak. Kakek jangan hiraukan hal itu. Bukankah yang terpenting aku sudah berikan apa yang kau mau? Aku tidak peduli dengan pasangan, yang terpenting aku sudah punya Cloud. Jangan lagi kakek bebankan aku dengan menyuruhku menikah dengan orang lain. Bukankah yang kakek minta dariku selama ini hanya seorang anak?” tanya Clara.

Steve sudah tidak bisa mendebat lagi. Dia kalah dengan ucapan Clara yang benar adanya. Akan tetapi, hal itu masih tidak bisa dia terima. Membayangkan cucu buyutnya hidup tanpa seorang ayah dan cucu satu-satunya ini bekerja keras menghidupi putranya dengan sekuat tenaga.

“Besok aku akan kembali. Tugasku untuk membawa Cloud datang ke sini sudah cukup, bukan?”

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

36