Bab 9 Si Licik Ryo
by Sukasa Hojo
14:42,Dec 14,2022
Jamilah adalah wanita cerdas dengan banyak wajah, dia tahu jika hanya mengandalkan Norman bukanlah solusi jangka panjang, jadi dia diam-diam membuka restoran barat dengan uang Norman. Selain itu, dia juga harus membantu Norman menghasilkan lebih banyak uang untuk menunjukkan nilainya sendiri.
Ini juga merupakan alasan penting mengapa Jamilah mengincar perusahaan Mustika.
Jamilah juga berhubungan dengan Si Mata Satu, meskipun Si Mata Satu adalah bawahan Norman, Norman juga mengandalkan Si Mata Satu dan menghormati dia, karena Si Mata Satu adalah petarung yang hebat dan memiliki sekelompok senior junior yang semuanya kuat.
Pada saat ini, Jamilah meraih tangan nakal Si Mata Satu, lalu berkata, "Bang, apa sebenarnya latar belakang satpam kecil itu?"
Saat Si Mata Satu mendengar pertanyaan Jamilah, wajahnya langsung menjadi serius, dia berkata, "Aku udah suruh orang buat selidiki dia, namanya Ryo Saeba, dia baru aja balik dari Afrika empat bulan yang lalu, lalu dia langsung bekerja di perusahaan Mustika sebagai satpam."
"Balik dari Afrika?" Jamilah berkata, "Kayaknya dia punya latar belakang, kenapa orang seperti dia datang ke perusahaan Mustika buat kerja jadi satpam dengan kemampuan yang dia punya?"
Si Mata Satu berkata, "Huh, aku juga temukan satu hal lagi, Miyuki Marlo punya kakak laki-laki, tapi dia kabur ke luar negeri sangat awal karena pembunuhan yang tidak disengaja, untuk bisa jadikan master seperti Ryo sebagai satpam, kupikir ini sebagian besar terkait dengan kakak laki-laki Miyuki, jelas sekali keberadaan Ryo di sini buat lindungi Miyuki.”
Harus dikatakan bahwa Si Mata Satu ini sangat cerdas, dia bisa menebak dengan cepat dari potongan informasi yang tersebar.
Jamilah berkata, "Apa yang dilakukan Ryo di Afrika?"
Si Mata Satu berkata, "Aku bisa rasakan niat membunuh yang tersembunyi dalam dirinya, niat membunuh seperti gini cuman bisa muncul setelah membunuh banyak orang, kayaknya dia tentara bayaran atau hitman di Afrika."
Jamilah terkejut, lalu berkata, "Jadi dia orang jahat! Terus apa yang harus kita lakukan? Kalau kesepakatan sama perusahaan Mustika berhasil, kita berdua bisa hasilkan 100 milyar secara pribadi, selain itu, orang tua itu pasti bakal muji pekerjaan baik kita, sekarang kita harus gimana?”
Mata Si Mata Satu berlikat cerah, dia berkata, "Tentu aja kita tidak akan nyerah gitu aja, ini adalah kota Agape dan dia, Ryo Saeba, cuman sendirian, bahkan jika Ryo seekor naga, dia masih harus takut dengan ular penguasa wilayah.”
Jamilah berkata, "Benar, Bang, kamu kan punya banyak senior junior, kalau kamu tidak bisa atasi Ryo, panggil seniormu buat bantu, bukannya senior besarmu itu yang disebut Sang Budha?”
Si Mata Satu berkata, "Kecuali benar-benar diperlukan,aku tidak mau buat khawatir para saudara itu, terutama senior besarku."
Jamilah bingung dan bertanya, "Kenapa?"
Si Mata Satu sedikit menghela napas, lalu berkata, "Jamilah, kamu harus tahu kalau reputasi seseorang bisa membawa banyak kemudahan, tapi itu juga bisa jadi beban yang berat bagi seseorang. Aku adalah Raja Keamanan di kota Agape, kalau aku bahkan tidak bisa kalahkan Ryo dan minta bantuan mereka, reputasiku bisa rusak kalau berita ini tersebar, selain itu, bahkan di antara saudara, minta tolong sekali saja adalah balas budi besar.”
"Tapi bang, kita udah dipermalukan di tempat Miyuki kemarin, kita harus ambil kembali harga diri kita." kata Jamilah.
Rasa penghinaan yang kuat muncul di mata Si Mata Satu, dialah yang paling dipermalukan, "Untuk hal ini, aku udah atur seseorang buat peringatkan orang-orang perusahaan Mustika buat tidak berbicara omong kosong tentang masalah ini. Selain itu, tidak akan ada yang percaya tentan masalah ini, tapi begitu aku minta bantuan saudara-saudaraku, aku akan terlihat benar-benar tidak berdaya.
Jamilah tidak bisa menahan rasa cemasnya dan berkata, "Terus menurutmu, apa yang harus kita lakukan?"
Si Mata Satu sedikit tersenyum, mengulurkan tangannya untuk bergerak di atas payudara Jamilah yang putih dan besar,dia tersenyum dingin, lalu berkata, "Jamilah, identitas kita beda sekarang, kita bukan orang jahat, tidak semua hal harus diselesaiin pakai kekerasan, latar belakang Ryo ini tidak bersih, kita bisa gunakan kekuatan polisi.”
“Apa maksudmu?” Mata indah Jamilah berbinar.
Si Mata Satu berkata, "Kita bisa atur beberapa preman buat provokasi Ryo, Ryo cuman perlu pukul seseorang, suruh aja preman-preman ini buat panggil polisi, lalu kirim sejumlah uang ke Kapten Rojak dari Cabang Barat, Kapten Rojak akan tau apa yang harus dilakukan. Singkatnya, jika Ryo yang melawan pada saat itu, dia akan jadi buron yang dicari di masa depan, kalau dia tidak melawan, maka dia harus jalani hukuman penjara.”
Jamilah tidak bisa menahan diri untuk tidak bersemangat saat dia mendengar ucapan Si Mata Satu, dia mendekatkan bibirnya untuk memberikan ciuman pada pipi Si Mata Satu, segera, bekas bibir merah yang harum tertinggal di wajah bermata satu itu.
"Bang, kamu benar-benar pandai dalam hukum dan bela diri!" Jamilah memuji dengan sungguh-sungguh.
Si Mata Satu terkekeh, lalu mulai meraba-raba Jamilah, keduanya kemudian bermain hebat di atas sofa.
Ryo menghabiskan sepanjang pagi bermain dengan gembira, sebelumnya saat masih menjadi satpam, Ryo banyak mengganggur, sekarang setelah menjadi sopir bos, bahkan lebih sedikit orang yang memerintahnya.
Ryo bersenang-senang melewati beberapa kantor dan bercengkerama dengan para wanita, meskipun Ryo agak cabul, dia tidak dibenci oleh orang lain, kadang saat Ryo membuat lelucon mesum, para wanita muda lebih ganas darinya.
Misalnya saat Ryo duduk di kursi Kak Nurul.
Kak Nurul berkata, "Cepat bangun, aku mau duduk."
Ryo menepuk pahanya dan berkata, "Kursi empuk udah tersedia, Kak Nurul, duduklah."
Para wanita tertawa terbahak-bahak, tapi Kak Nurul berkata dengan sangat tenang, "Ayolah, aku tidak mau duduk di kursi empukmu, karena dalam sekejap kursi empukmu pasti akan berubah jadi keras, aku pasti tidak bisa pergi meskipun mau.”
Ryo tertegun sesaat, butuh beberapa saat baginya untuk bereaksi, "Kak Nurul, kamu ganas ya!"
Gadis-gadis kecil tersipu dan para wanita muda tertawa terbahak-bahak.
Pagi ini berlalu dengan menyenangkan.
Pada siang hari, Miyuki dan Saeko ingin makan camilan Starbucks dan minum kopi.
Para wanita, tidak peduli seberapa dewasa mereka, mereka masih memiliki beberapa fantasi kecil dan romantisme di dalam hati mereka.
Terlebih lagi, konsumsi kecil ini bukan apa-apa bagi Miyuki dan Saeko.
Sebagai pengemudi, Ryo tentu saja bertanggung jawab untuk mengantar dan menjemput, selain itu, dia juga bisa ikut makan bersama.
Begitu meninggalkan pintu gedung, Ryo langsung menyapanya.
“Oh, CEO, kamu sangat cantik hari ini.” Ryo memuji sambil tersenyum.
Sebelum Miyuki dapat berbicara, Saeko berkata terlebih dahulu, "Kamu tidak bisa cari kosakata baru? Selalu ucapin hal yang sama setiap hari."
Ryo terkekeh dan berkata, "Saeko, gausah cemburu! CEO emang sangat cantik, aku tidak puji kamu soalnya kamu galak dan payudaramu kecil, kamu akan sulit untuk menikah di masa depan!"
Saeko menyilangkan tangan di pinggangnya dan berkata dengan marah, "Bajingan, kecil? Kamu buta?" Setelah mengatakan itu, dia memberikan dorongan.
Itu masih cukup menakjubkan.
Sejujurnya payudara Saeko tidak kecil.
Ryo berkata, "Kan aku gatau, siapa yang tahu kalu kamu pakai sumpalan di dalamnya! Aku harus meremasnya dulu biar tau itu asli atau palsu."
“Dasar mesum!" Kata Saeko dengan marah.
Meskipun Miyuki cemberut, dia juga terhibur di dalam hatinya, Ryo ini seperti tukang bikin rame !
"CEO, tapi aku tau kalau kamu pasti tidak pakai sumpalan." Ryo berkata lagi.
Ini juga merupakan alasan penting mengapa Jamilah mengincar perusahaan Mustika.
Jamilah juga berhubungan dengan Si Mata Satu, meskipun Si Mata Satu adalah bawahan Norman, Norman juga mengandalkan Si Mata Satu dan menghormati dia, karena Si Mata Satu adalah petarung yang hebat dan memiliki sekelompok senior junior yang semuanya kuat.
Pada saat ini, Jamilah meraih tangan nakal Si Mata Satu, lalu berkata, "Bang, apa sebenarnya latar belakang satpam kecil itu?"
Saat Si Mata Satu mendengar pertanyaan Jamilah, wajahnya langsung menjadi serius, dia berkata, "Aku udah suruh orang buat selidiki dia, namanya Ryo Saeba, dia baru aja balik dari Afrika empat bulan yang lalu, lalu dia langsung bekerja di perusahaan Mustika sebagai satpam."
"Balik dari Afrika?" Jamilah berkata, "Kayaknya dia punya latar belakang, kenapa orang seperti dia datang ke perusahaan Mustika buat kerja jadi satpam dengan kemampuan yang dia punya?"
Si Mata Satu berkata, "Huh, aku juga temukan satu hal lagi, Miyuki Marlo punya kakak laki-laki, tapi dia kabur ke luar negeri sangat awal karena pembunuhan yang tidak disengaja, untuk bisa jadikan master seperti Ryo sebagai satpam, kupikir ini sebagian besar terkait dengan kakak laki-laki Miyuki, jelas sekali keberadaan Ryo di sini buat lindungi Miyuki.”
Harus dikatakan bahwa Si Mata Satu ini sangat cerdas, dia bisa menebak dengan cepat dari potongan informasi yang tersebar.
Jamilah berkata, "Apa yang dilakukan Ryo di Afrika?"
Si Mata Satu berkata, "Aku bisa rasakan niat membunuh yang tersembunyi dalam dirinya, niat membunuh seperti gini cuman bisa muncul setelah membunuh banyak orang, kayaknya dia tentara bayaran atau hitman di Afrika."
Jamilah terkejut, lalu berkata, "Jadi dia orang jahat! Terus apa yang harus kita lakukan? Kalau kesepakatan sama perusahaan Mustika berhasil, kita berdua bisa hasilkan 100 milyar secara pribadi, selain itu, orang tua itu pasti bakal muji pekerjaan baik kita, sekarang kita harus gimana?”
Mata Si Mata Satu berlikat cerah, dia berkata, "Tentu aja kita tidak akan nyerah gitu aja, ini adalah kota Agape dan dia, Ryo Saeba, cuman sendirian, bahkan jika Ryo seekor naga, dia masih harus takut dengan ular penguasa wilayah.”
Jamilah berkata, "Benar, Bang, kamu kan punya banyak senior junior, kalau kamu tidak bisa atasi Ryo, panggil seniormu buat bantu, bukannya senior besarmu itu yang disebut Sang Budha?”
Si Mata Satu berkata, "Kecuali benar-benar diperlukan,aku tidak mau buat khawatir para saudara itu, terutama senior besarku."
Jamilah bingung dan bertanya, "Kenapa?"
Si Mata Satu sedikit menghela napas, lalu berkata, "Jamilah, kamu harus tahu kalau reputasi seseorang bisa membawa banyak kemudahan, tapi itu juga bisa jadi beban yang berat bagi seseorang. Aku adalah Raja Keamanan di kota Agape, kalau aku bahkan tidak bisa kalahkan Ryo dan minta bantuan mereka, reputasiku bisa rusak kalau berita ini tersebar, selain itu, bahkan di antara saudara, minta tolong sekali saja adalah balas budi besar.”
"Tapi bang, kita udah dipermalukan di tempat Miyuki kemarin, kita harus ambil kembali harga diri kita." kata Jamilah.
Rasa penghinaan yang kuat muncul di mata Si Mata Satu, dialah yang paling dipermalukan, "Untuk hal ini, aku udah atur seseorang buat peringatkan orang-orang perusahaan Mustika buat tidak berbicara omong kosong tentang masalah ini. Selain itu, tidak akan ada yang percaya tentan masalah ini, tapi begitu aku minta bantuan saudara-saudaraku, aku akan terlihat benar-benar tidak berdaya.
Jamilah tidak bisa menahan rasa cemasnya dan berkata, "Terus menurutmu, apa yang harus kita lakukan?"
Si Mata Satu sedikit tersenyum, mengulurkan tangannya untuk bergerak di atas payudara Jamilah yang putih dan besar,dia tersenyum dingin, lalu berkata, "Jamilah, identitas kita beda sekarang, kita bukan orang jahat, tidak semua hal harus diselesaiin pakai kekerasan, latar belakang Ryo ini tidak bersih, kita bisa gunakan kekuatan polisi.”
“Apa maksudmu?” Mata indah Jamilah berbinar.
Si Mata Satu berkata, "Kita bisa atur beberapa preman buat provokasi Ryo, Ryo cuman perlu pukul seseorang, suruh aja preman-preman ini buat panggil polisi, lalu kirim sejumlah uang ke Kapten Rojak dari Cabang Barat, Kapten Rojak akan tau apa yang harus dilakukan. Singkatnya, jika Ryo yang melawan pada saat itu, dia akan jadi buron yang dicari di masa depan, kalau dia tidak melawan, maka dia harus jalani hukuman penjara.”
Jamilah tidak bisa menahan diri untuk tidak bersemangat saat dia mendengar ucapan Si Mata Satu, dia mendekatkan bibirnya untuk memberikan ciuman pada pipi Si Mata Satu, segera, bekas bibir merah yang harum tertinggal di wajah bermata satu itu.
"Bang, kamu benar-benar pandai dalam hukum dan bela diri!" Jamilah memuji dengan sungguh-sungguh.
Si Mata Satu terkekeh, lalu mulai meraba-raba Jamilah, keduanya kemudian bermain hebat di atas sofa.
Ryo menghabiskan sepanjang pagi bermain dengan gembira, sebelumnya saat masih menjadi satpam, Ryo banyak mengganggur, sekarang setelah menjadi sopir bos, bahkan lebih sedikit orang yang memerintahnya.
Ryo bersenang-senang melewati beberapa kantor dan bercengkerama dengan para wanita, meskipun Ryo agak cabul, dia tidak dibenci oleh orang lain, kadang saat Ryo membuat lelucon mesum, para wanita muda lebih ganas darinya.
Misalnya saat Ryo duduk di kursi Kak Nurul.
Kak Nurul berkata, "Cepat bangun, aku mau duduk."
Ryo menepuk pahanya dan berkata, "Kursi empuk udah tersedia, Kak Nurul, duduklah."
Para wanita tertawa terbahak-bahak, tapi Kak Nurul berkata dengan sangat tenang, "Ayolah, aku tidak mau duduk di kursi empukmu, karena dalam sekejap kursi empukmu pasti akan berubah jadi keras, aku pasti tidak bisa pergi meskipun mau.”
Ryo tertegun sesaat, butuh beberapa saat baginya untuk bereaksi, "Kak Nurul, kamu ganas ya!"
Gadis-gadis kecil tersipu dan para wanita muda tertawa terbahak-bahak.
Pagi ini berlalu dengan menyenangkan.
Pada siang hari, Miyuki dan Saeko ingin makan camilan Starbucks dan minum kopi.
Para wanita, tidak peduli seberapa dewasa mereka, mereka masih memiliki beberapa fantasi kecil dan romantisme di dalam hati mereka.
Terlebih lagi, konsumsi kecil ini bukan apa-apa bagi Miyuki dan Saeko.
Sebagai pengemudi, Ryo tentu saja bertanggung jawab untuk mengantar dan menjemput, selain itu, dia juga bisa ikut makan bersama.
Begitu meninggalkan pintu gedung, Ryo langsung menyapanya.
“Oh, CEO, kamu sangat cantik hari ini.” Ryo memuji sambil tersenyum.
Sebelum Miyuki dapat berbicara, Saeko berkata terlebih dahulu, "Kamu tidak bisa cari kosakata baru? Selalu ucapin hal yang sama setiap hari."
Ryo terkekeh dan berkata, "Saeko, gausah cemburu! CEO emang sangat cantik, aku tidak puji kamu soalnya kamu galak dan payudaramu kecil, kamu akan sulit untuk menikah di masa depan!"
Saeko menyilangkan tangan di pinggangnya dan berkata dengan marah, "Bajingan, kecil? Kamu buta?" Setelah mengatakan itu, dia memberikan dorongan.
Itu masih cukup menakjubkan.
Sejujurnya payudara Saeko tidak kecil.
Ryo berkata, "Kan aku gatau, siapa yang tahu kalu kamu pakai sumpalan di dalamnya! Aku harus meremasnya dulu biar tau itu asli atau palsu."
“Dasar mesum!" Kata Saeko dengan marah.
Meskipun Miyuki cemberut, dia juga terhibur di dalam hatinya, Ryo ini seperti tukang bikin rame !
"CEO, tapi aku tau kalau kamu pasti tidak pakai sumpalan." Ryo berkata lagi.
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved