Bab 4 Ditekan Oleh Dada
by Sukasa Hojo
14:41,Dec 14,2022
Kartika buru-buru pergi, wanita galak ini sebenarnya pemalu.
Ryo terkekeh, saat menoleh ke belakang, dia melihat Si Tua Omuriz dan sekelompok orang yang mengintip ke arahnya, Si Tua Omuriz terkekeh dan berkata, "Dasar anak nakal, adegan barusan begitu cepat, kami bahkan tidak lihat dengan jelas tapi kamu udah tiduran aja di lantai.”
Seorang satpam bernama Abun, berkata sambil bercanda, "Bang Ryo, gimara rasanya ditekan oleh dada Kartika? Aku iri sekali denganmu!"
Ryo terbatuk dan berkata, "Jangan bergosip tentang orang lain di belakang mereka!" Ini adalah pelajaran dari masa lalu, dia tidak berani lagi berbicara omong kosong.
Semua orang langsung tertawa terbahak-bahak.
Kehebohan itu pun mereda.
Ryo berganti ke seragam satpamnya, membawa tongkat listriknya, lalu berkeliling seperti tentara kekaisaran yang memasuki kota, dengan kata lain berpatroli di sekitar untuk menemukan bahaya pada waktu yang tepat.
Di perusahaan Mustika, kebanyakan dari mereka adalah wanita.
Sebagai perusahaan kosmetik, syarat berpakaian karyawan adalah harus cantik, jadi sebagian besar energi Ryo dihabiskan untuk melihat wanita cantik, mereka semua terlihat menawan dan indah!
Sepanjang jalan, rasanya seperti berjalan di surga, sungguh menyenangkan.
Bertahun-tahun sebelumnya, dia selalu menjalani hari berdarah di luar negeri yang menegangkan.
Setelah kembali, Ryo merasa bahwa kehidupan kecil yang damai dan tenang seperti inilah yang dia sukai, dia bisa bebas dan tidak terkekang.
Pada sore hari, Ryo sedang istirahat makan siang di ruang tunggu.
Tiba-tiba ponselnya berdering.
Ryo mengambilnya, itu adalah panggilan dari Si Tua Omuriz, Si Tua Omuriz berkata dengan suara serius, "Ryo, cepat datang ke kantor CEO."
Jantung Ryo berdetak kencang, mungkinkah sesuatu terjadi pada Miyuki?
Miyuki adalah adik perempuan Matias.
Ryo tidak sempat mengambil tongkat listriknya, dia segera meninggalkan ruang tunggu dan berlari menuju kantor CEO.
Kantor CEO ada di lantai 4, saat ini di depan kantor, Si Tua Omuriz dan sekelompok orang berada di luar.
Kartika juga ada di sana dengan wajah suram.
"Ada apa? Bagaimana situasinya?" Ryo bertanya pada Kartika.
Ketika Kartika melihat Ryo, seolah dia sudah melihat penyelamat, karena Si Tua Omuriz sama sekali tidak tahu.
Kartika berkata dengan suara rendah, "Jamilah Tobing dari perusahaan Fantinus sudah membawa pria galak bermata satu untuk bicarakan bisnis sama Nona Marlo, aku takut terjadi sesuatu di dalam, jadi aku suruh semua orang waspada, kalau-kalau sesuatu terjadi, kita bisa langsung masuk.”
Ryo langsung mengerti, dia berkata, "Nona Marlo ngobrol sendirian sama mereka?"
Kartika berkata, “Ada Saeko Nasution dari Kementerian Perdagangan yang temani Nona Marlo."
Ryo berpikir sejenak, kemudian berkata pada Kartika, "Suruh semua orang lanjut pekerjaan, aku akan masuk buat nemenin Nona Marlo." Setelah mengatakan itu, Ryo langsung mengetuk pintu.
Kartika tidak bisa menahan diri untuk tidak berkata dalam hatinya, “Kenapa orang ini begitu ceroboh.”
Suara Miyuki terdengar dari dalam, "Siapa?"
Ryo segera berkata, "Nona Marlo, aku Ryo dari Departemen Keamanan, Direktur Ramlan suruh aku datang, katanya kamu lagi bicarakan bisnis dan butuh orang untuk mendampingi."
Mendengar ini, Kartika buru-buru setuju, "Ya, Nona Marlo."
Miyuki dan Saeko yang berada di dalam kantor sangat gembira, Jamilah dan Si Mata Satu terlalu sombong dan mendominasi, aura mereka berdua sebagai wanita lemah oleh penindasan, ada baiknya memiliki pria saat ini.
Miyuki langsung berkata, "Masuklah."
Ryo mendorong pintu dan masuk, lalu menutup pintu.
Kantor tersebut luas dan cerah, Miyuki dan Jamilah duduk berseberangan, Saeko duduk di samping Miyuki, sementara Si Mata Satu berdiri dengan dingin di belakang Jamilah.
Jamilah sangat menggoda, riasannya tebal, dia berkata dengan dingin, "Nona Marlo, kata-kataku masih sama, perusahaan Mustika, termasuk resep rahasia parfum No. 1 yang baru kamu teliti, jual semuanya ke aku, aku bakal bayar 160 milyar, 160 milyar cukup buat kamu hambur-hamburin selama sisa hidupmu.”
Sebelum Miyuki dapat berbicara, Saeko sudah sangat marah, dia berkata dengan marah, "Nona Tobing, keuntungan tahunan perusahaan Mustika kami mencapai 30 milyar, nilai totalnya udah mendekati 300 milyar, ditambah kali ini parfum No.1 yang diteliti Nona Marlo bahkan lebih tidak ternilai harganya, begitu diluncurkan, penjualan kami mungkin akan berlipat ganda, terus kamu cuman mau bayar 160 milyar? Kalau mau nipu tidak gitu juga!”
Si Mata Satu itu adalah pria botak dengan aura membunuh yang ganas di sekelilingnya, tidak ada yang tahu namanya. Tapi reputasinya sangat terkenal di Kota Agape, dia memiliki perusahaan keamanan bernama Prakasa, semua satpam di bawahnya berani, Si Mata Satu adalah Raja Keamanan.
Si Mata Satu memandang Saeko, dia tersenyum tipis, lalu berkata, "Nona Nasution, ini kan Nona Tobing dan Nona Marlo lagi ngobrol, lebih baik kamu tidak ikut campur, kamu masih sangat muda, aku merasa tidak enak kalau sesuatu terjadi padamu.”
Wajah Saeko langsung pucat, dia bisa mendengar ancaman dalam ucapan Si Mata Satu.
Si Mata Satu memandang Miyuki lagi, lalu berkata, "Nona Marlo, ada peribahasa negara Timuraya yang mengatakan, lebih baik berhenti sebelum terlambat, kota Agape penuh dengan orang jahat, kamu seorang wanita lemah, lebih baik timbang untung rugi, daripada hilang uang dan nyawa, tentu aku tidak maksud buat ancam kamu, aku cuman ingatin kamu, ini adalah niat baikku.”
Ini adalah ancaman terang-terangan! Miyuki selalu dingin dan tenang, tapi bagaimanapun juga dia adalah seorang gadis, pada saat ini, dia tidak bisa menahan takut.
Tapi dengan cepat, Miyuki menarik napas dalam-dalam dan berkata, "Maaf, perusahaan Mustika adalah hasil kerja kerasku, tidak peduli berapa banyak yang kalian tawarkan, aku tidak akan menjualnya, aku percaya negara Timuraya adalah negara yang diatur oleh hukum, tidak ada yang bisa seenaknya."
Jamilah tertawa, lalu berkata, "Nona Marlo, kamu benar-benar seperti gadis kecil yang belum bangun dari mimpimu, masih belum tahu kekejaman dari dunia ini."
"Kalian pergilah." Miyuki bebar-benar sudah muak, dia berkata dengan dingin.
Jamilah berkata, "Miyuki, lebih baik kamu pikirin lagi."
"Aku tidak perlu pikirin lagi." Miyuki berkata dengan sangat tegas.
Jamilah hendak berbicara lagi, tapi Ryo berbicara lebih dulu, "Apakah telinga kalian bermasalah? Nona Marlo udah usir kalian, kenapa masih di sini?"
Begitu kalimat ini diucapkan, ruangan langsung sunyi.
Miyuki dan Saeko membuka mulut mereka menjadi bentuk O, satpam kecil ini terlalu ceroboh, beraninya dia berbicara seperti itu pada Jamilah dan Si Mata Satu.
Jamilah dan Si Mata Satu juga tertegun, mereka tercengang sejenak.
Setelah kembali sadar, Jamilah dan Si Mata Satu sangat marah.
Baik Jamilah dan Si Mata Satu adalah tokoh terkemuka di Kota Agape, bagaimana mereka bisa mentolerir penghinaan dari seorang satpam kecil?
Tatapan dingin muncul di mata Jamilah, dia berdiri dan menghadap Ryo, tapi berkata kepada Si Mata Satu, "Bang, kayaknya kamu perlu ajarin bajingan kecil ini sopan santun."
Si Mata Satu memandang Ryo dengan dingin dan berkata, "Kamu adalah orang pertama yang berani menghinaku secara langsung selama aku hidup."
Ryo menggosok hidungnya, tiba-tiba menyeringai dan berkata, "Kayaknya kamu hebat, aku masih muda dan gatau apa-apa, jika ucapanku menyinggung perasaanmu, pukul aku aja!"
“Bosan hidup!” Si Mata Satu memandang Ryo dengan dingin, saat dia menggerakkan kakinya, ubin yang keras dan halus itu tiba-tiba retak.
Ryo terkekeh, saat menoleh ke belakang, dia melihat Si Tua Omuriz dan sekelompok orang yang mengintip ke arahnya, Si Tua Omuriz terkekeh dan berkata, "Dasar anak nakal, adegan barusan begitu cepat, kami bahkan tidak lihat dengan jelas tapi kamu udah tiduran aja di lantai.”
Seorang satpam bernama Abun, berkata sambil bercanda, "Bang Ryo, gimara rasanya ditekan oleh dada Kartika? Aku iri sekali denganmu!"
Ryo terbatuk dan berkata, "Jangan bergosip tentang orang lain di belakang mereka!" Ini adalah pelajaran dari masa lalu, dia tidak berani lagi berbicara omong kosong.
Semua orang langsung tertawa terbahak-bahak.
Kehebohan itu pun mereda.
Ryo berganti ke seragam satpamnya, membawa tongkat listriknya, lalu berkeliling seperti tentara kekaisaran yang memasuki kota, dengan kata lain berpatroli di sekitar untuk menemukan bahaya pada waktu yang tepat.
Di perusahaan Mustika, kebanyakan dari mereka adalah wanita.
Sebagai perusahaan kosmetik, syarat berpakaian karyawan adalah harus cantik, jadi sebagian besar energi Ryo dihabiskan untuk melihat wanita cantik, mereka semua terlihat menawan dan indah!
Sepanjang jalan, rasanya seperti berjalan di surga, sungguh menyenangkan.
Bertahun-tahun sebelumnya, dia selalu menjalani hari berdarah di luar negeri yang menegangkan.
Setelah kembali, Ryo merasa bahwa kehidupan kecil yang damai dan tenang seperti inilah yang dia sukai, dia bisa bebas dan tidak terkekang.
Pada sore hari, Ryo sedang istirahat makan siang di ruang tunggu.
Tiba-tiba ponselnya berdering.
Ryo mengambilnya, itu adalah panggilan dari Si Tua Omuriz, Si Tua Omuriz berkata dengan suara serius, "Ryo, cepat datang ke kantor CEO."
Jantung Ryo berdetak kencang, mungkinkah sesuatu terjadi pada Miyuki?
Miyuki adalah adik perempuan Matias.
Ryo tidak sempat mengambil tongkat listriknya, dia segera meninggalkan ruang tunggu dan berlari menuju kantor CEO.
Kantor CEO ada di lantai 4, saat ini di depan kantor, Si Tua Omuriz dan sekelompok orang berada di luar.
Kartika juga ada di sana dengan wajah suram.
"Ada apa? Bagaimana situasinya?" Ryo bertanya pada Kartika.
Ketika Kartika melihat Ryo, seolah dia sudah melihat penyelamat, karena Si Tua Omuriz sama sekali tidak tahu.
Kartika berkata dengan suara rendah, "Jamilah Tobing dari perusahaan Fantinus sudah membawa pria galak bermata satu untuk bicarakan bisnis sama Nona Marlo, aku takut terjadi sesuatu di dalam, jadi aku suruh semua orang waspada, kalau-kalau sesuatu terjadi, kita bisa langsung masuk.”
Ryo langsung mengerti, dia berkata, "Nona Marlo ngobrol sendirian sama mereka?"
Kartika berkata, “Ada Saeko Nasution dari Kementerian Perdagangan yang temani Nona Marlo."
Ryo berpikir sejenak, kemudian berkata pada Kartika, "Suruh semua orang lanjut pekerjaan, aku akan masuk buat nemenin Nona Marlo." Setelah mengatakan itu, Ryo langsung mengetuk pintu.
Kartika tidak bisa menahan diri untuk tidak berkata dalam hatinya, “Kenapa orang ini begitu ceroboh.”
Suara Miyuki terdengar dari dalam, "Siapa?"
Ryo segera berkata, "Nona Marlo, aku Ryo dari Departemen Keamanan, Direktur Ramlan suruh aku datang, katanya kamu lagi bicarakan bisnis dan butuh orang untuk mendampingi."
Mendengar ini, Kartika buru-buru setuju, "Ya, Nona Marlo."
Miyuki dan Saeko yang berada di dalam kantor sangat gembira, Jamilah dan Si Mata Satu terlalu sombong dan mendominasi, aura mereka berdua sebagai wanita lemah oleh penindasan, ada baiknya memiliki pria saat ini.
Miyuki langsung berkata, "Masuklah."
Ryo mendorong pintu dan masuk, lalu menutup pintu.
Kantor tersebut luas dan cerah, Miyuki dan Jamilah duduk berseberangan, Saeko duduk di samping Miyuki, sementara Si Mata Satu berdiri dengan dingin di belakang Jamilah.
Jamilah sangat menggoda, riasannya tebal, dia berkata dengan dingin, "Nona Marlo, kata-kataku masih sama, perusahaan Mustika, termasuk resep rahasia parfum No. 1 yang baru kamu teliti, jual semuanya ke aku, aku bakal bayar 160 milyar, 160 milyar cukup buat kamu hambur-hamburin selama sisa hidupmu.”
Sebelum Miyuki dapat berbicara, Saeko sudah sangat marah, dia berkata dengan marah, "Nona Tobing, keuntungan tahunan perusahaan Mustika kami mencapai 30 milyar, nilai totalnya udah mendekati 300 milyar, ditambah kali ini parfum No.1 yang diteliti Nona Marlo bahkan lebih tidak ternilai harganya, begitu diluncurkan, penjualan kami mungkin akan berlipat ganda, terus kamu cuman mau bayar 160 milyar? Kalau mau nipu tidak gitu juga!”
Si Mata Satu itu adalah pria botak dengan aura membunuh yang ganas di sekelilingnya, tidak ada yang tahu namanya. Tapi reputasinya sangat terkenal di Kota Agape, dia memiliki perusahaan keamanan bernama Prakasa, semua satpam di bawahnya berani, Si Mata Satu adalah Raja Keamanan.
Si Mata Satu memandang Saeko, dia tersenyum tipis, lalu berkata, "Nona Nasution, ini kan Nona Tobing dan Nona Marlo lagi ngobrol, lebih baik kamu tidak ikut campur, kamu masih sangat muda, aku merasa tidak enak kalau sesuatu terjadi padamu.”
Wajah Saeko langsung pucat, dia bisa mendengar ancaman dalam ucapan Si Mata Satu.
Si Mata Satu memandang Miyuki lagi, lalu berkata, "Nona Marlo, ada peribahasa negara Timuraya yang mengatakan, lebih baik berhenti sebelum terlambat, kota Agape penuh dengan orang jahat, kamu seorang wanita lemah, lebih baik timbang untung rugi, daripada hilang uang dan nyawa, tentu aku tidak maksud buat ancam kamu, aku cuman ingatin kamu, ini adalah niat baikku.”
Ini adalah ancaman terang-terangan! Miyuki selalu dingin dan tenang, tapi bagaimanapun juga dia adalah seorang gadis, pada saat ini, dia tidak bisa menahan takut.
Tapi dengan cepat, Miyuki menarik napas dalam-dalam dan berkata, "Maaf, perusahaan Mustika adalah hasil kerja kerasku, tidak peduli berapa banyak yang kalian tawarkan, aku tidak akan menjualnya, aku percaya negara Timuraya adalah negara yang diatur oleh hukum, tidak ada yang bisa seenaknya."
Jamilah tertawa, lalu berkata, "Nona Marlo, kamu benar-benar seperti gadis kecil yang belum bangun dari mimpimu, masih belum tahu kekejaman dari dunia ini."
"Kalian pergilah." Miyuki bebar-benar sudah muak, dia berkata dengan dingin.
Jamilah berkata, "Miyuki, lebih baik kamu pikirin lagi."
"Aku tidak perlu pikirin lagi." Miyuki berkata dengan sangat tegas.
Jamilah hendak berbicara lagi, tapi Ryo berbicara lebih dulu, "Apakah telinga kalian bermasalah? Nona Marlo udah usir kalian, kenapa masih di sini?"
Begitu kalimat ini diucapkan, ruangan langsung sunyi.
Miyuki dan Saeko membuka mulut mereka menjadi bentuk O, satpam kecil ini terlalu ceroboh, beraninya dia berbicara seperti itu pada Jamilah dan Si Mata Satu.
Jamilah dan Si Mata Satu juga tertegun, mereka tercengang sejenak.
Setelah kembali sadar, Jamilah dan Si Mata Satu sangat marah.
Baik Jamilah dan Si Mata Satu adalah tokoh terkemuka di Kota Agape, bagaimana mereka bisa mentolerir penghinaan dari seorang satpam kecil?
Tatapan dingin muncul di mata Jamilah, dia berdiri dan menghadap Ryo, tapi berkata kepada Si Mata Satu, "Bang, kayaknya kamu perlu ajarin bajingan kecil ini sopan santun."
Si Mata Satu memandang Ryo dengan dingin dan berkata, "Kamu adalah orang pertama yang berani menghinaku secara langsung selama aku hidup."
Ryo menggosok hidungnya, tiba-tiba menyeringai dan berkata, "Kayaknya kamu hebat, aku masih muda dan gatau apa-apa, jika ucapanku menyinggung perasaanmu, pukul aku aja!"
“Bosan hidup!” Si Mata Satu memandang Ryo dengan dingin, saat dia menggerakkan kakinya, ubin yang keras dan halus itu tiba-tiba retak.
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved