Bab 15 Tidak Dapat Berhenti Memikirkan Audrey
by Zoe Levana
13:21,May 04,2022
Ericko menghentikan langkahnya, asisten yang mengikuti di belakangnya dengan membawa kotak termal di tangannya juga berhenti.
Setelah rapat, Ericko menemukan jika hatinya tidak dapat berhenti memikirkan Audrey yang berada di rumah sakit.
Cara dia menabrakkan dirinya tanpa ragu-ragu dan fakta jika wanita itu tidak bisa hamil membuat hatinya merasa sedikit bersalah, jadi dia ingin mengirim beberapa suplemen untuknya.
“Kamu bajingan Ericko!!”
Marco yang terbakar kemarahan segera melangkah maju, detik berikutnya, tinjunya mengenai wajah Ericko secara langsung, “Apa yang harus dia lakukan agar kamu melepasnya? Kamu bajingan!!”
Rasa sakit yang membakar tubuhnya membuat Ericko langsung terbangum. Melihat Marco mendekat lagi, Ericko tidak ragu untuk mengangkat tinjunya dan melawan.
Pertarungan antara 2 orang itu membuat asisten di samping benar-benar tercengang, belum lagi seluruh orang yang berada di rumah sakit.
“Ada yang bertengkar!!!” Beberpa orang berteriak.
Kebisingaan di luar pintu menyebabkan alis Audrey berkerut, kemudian dia berbalik dari jendela dan menggerakan kursi rodanya ke arah pintu.
Pada saat ini, beberapa orang memanggil namanya dari luar pintu, “Nona Leandra, keluarlah, tamumu berkelahi.”
Tangan Audrey yang memegang kursi roda mengencang, kemudian dia mendengar makian Marco.
“Audrey benar-benar buta, bagaimana bisa dia menyukai bajingan sepertimu!”
Sebelum Marco melayangkan tinjunya lagi, suara dingin datang ke tellinganya, “Lalu bagaimana denganmu? Kamu bahkan enggak bisa mengurus ibumu sendiri dan melindunginya.”
Waktu seperti berhenti saat ini, Marco benar-benar tidak bisa mengeluarkan sepatah kata pun.
Tidak ada yang memperhatikan jika pintu ruangan yang sebelumnya tertutup rapat, terdapat sedikit celah, sosok wanita di dalamnya telah pergi dengan tenang dan tanpa jejak.
10 menit kemudian, departemen rawat inap menerima panggilan telepon, wajah perawat yang menerima panggilan tersebut seketika berubah, “Apa? Nona Leandra sudah menjalani prosedur pemulangan?”
“Apa?” Alis Marco berkerut, dia melonggarkan cengkeraman tangannya pada kerah Erickoo dan menerobos masuk ke bansal dan melihat jika ruangan tersebut memang kosong.
Kemudian dia melirik Ericko, alis dan mata pria itu sedingin biasanya, bahkan setelah mendengar jika Audrey telah keluar dari rumah sakit, ekspresinya masih tenang, namun wajahnya sedikit suram.
Marco melangkahi Ericko, berjalan ke arah perawat dan meraih telepon, “Ke mana dia pergi?”
Orang di ujung telepon tidak tahu bagaimana harus menjawab, “Ini..aku enggak tau Tuan, kamu bisa coba menghubungi pasien.”
Marco langsung menutup telepon.
Menghubungi? Bagaimana bisa? Audrey bahkan sangat bertekad untuk tidak berbicara dengannya, dia bahkan tidak diizinkan masuk, mana mungkin wanita itu menjawab panggilannya?
“Ericko, aku peringatkan padamu, jika terjadi sesuatu pada Audrey, kamu harus membayar semua itu bagaimanapun caranya demi keluarga Rhodes!” Setelah mengatakan itu, Marco pergi ke lift dan menekan tombol.
“Tuan Tenggara, apakah kamu pergi mengobati lukamu? Asisten Leonidas melihat luka-luka leban dan darah di sudut mulut Ericko.”
“Aku enggak papa.” Ericko mengangkat tangannya untuk menyeka darah di sudut mulutnya.
Saat Marco memasuki lift, Ericko merenung sejenak, “Audrey enggak akan bisa pergi jauh.”
Ericko memang benar, wanita itu tidak akan bisa pergi ke mana pun dengan semua hutang dan rentenir yang keluarga Leandra.
Setelah meninggalkan rumah sakit, pesan penagih hutang di ponselnya terus muncul, keluarga Leandra memiliki banyak hutang saat ini.
Setelah rapat, Ericko menemukan jika hatinya tidak dapat berhenti memikirkan Audrey yang berada di rumah sakit.
Cara dia menabrakkan dirinya tanpa ragu-ragu dan fakta jika wanita itu tidak bisa hamil membuat hatinya merasa sedikit bersalah, jadi dia ingin mengirim beberapa suplemen untuknya.
“Kamu bajingan Ericko!!”
Marco yang terbakar kemarahan segera melangkah maju, detik berikutnya, tinjunya mengenai wajah Ericko secara langsung, “Apa yang harus dia lakukan agar kamu melepasnya? Kamu bajingan!!”
Rasa sakit yang membakar tubuhnya membuat Ericko langsung terbangum. Melihat Marco mendekat lagi, Ericko tidak ragu untuk mengangkat tinjunya dan melawan.
Pertarungan antara 2 orang itu membuat asisten di samping benar-benar tercengang, belum lagi seluruh orang yang berada di rumah sakit.
“Ada yang bertengkar!!!” Beberpa orang berteriak.
Kebisingaan di luar pintu menyebabkan alis Audrey berkerut, kemudian dia berbalik dari jendela dan menggerakan kursi rodanya ke arah pintu.
Pada saat ini, beberapa orang memanggil namanya dari luar pintu, “Nona Leandra, keluarlah, tamumu berkelahi.”
Tangan Audrey yang memegang kursi roda mengencang, kemudian dia mendengar makian Marco.
“Audrey benar-benar buta, bagaimana bisa dia menyukai bajingan sepertimu!”
Sebelum Marco melayangkan tinjunya lagi, suara dingin datang ke tellinganya, “Lalu bagaimana denganmu? Kamu bahkan enggak bisa mengurus ibumu sendiri dan melindunginya.”
Waktu seperti berhenti saat ini, Marco benar-benar tidak bisa mengeluarkan sepatah kata pun.
Tidak ada yang memperhatikan jika pintu ruangan yang sebelumnya tertutup rapat, terdapat sedikit celah, sosok wanita di dalamnya telah pergi dengan tenang dan tanpa jejak.
10 menit kemudian, departemen rawat inap menerima panggilan telepon, wajah perawat yang menerima panggilan tersebut seketika berubah, “Apa? Nona Leandra sudah menjalani prosedur pemulangan?”
“Apa?” Alis Marco berkerut, dia melonggarkan cengkeraman tangannya pada kerah Erickoo dan menerobos masuk ke bansal dan melihat jika ruangan tersebut memang kosong.
Kemudian dia melirik Ericko, alis dan mata pria itu sedingin biasanya, bahkan setelah mendengar jika Audrey telah keluar dari rumah sakit, ekspresinya masih tenang, namun wajahnya sedikit suram.
Marco melangkahi Ericko, berjalan ke arah perawat dan meraih telepon, “Ke mana dia pergi?”
Orang di ujung telepon tidak tahu bagaimana harus menjawab, “Ini..aku enggak tau Tuan, kamu bisa coba menghubungi pasien.”
Marco langsung menutup telepon.
Menghubungi? Bagaimana bisa? Audrey bahkan sangat bertekad untuk tidak berbicara dengannya, dia bahkan tidak diizinkan masuk, mana mungkin wanita itu menjawab panggilannya?
“Ericko, aku peringatkan padamu, jika terjadi sesuatu pada Audrey, kamu harus membayar semua itu bagaimanapun caranya demi keluarga Rhodes!” Setelah mengatakan itu, Marco pergi ke lift dan menekan tombol.
“Tuan Tenggara, apakah kamu pergi mengobati lukamu? Asisten Leonidas melihat luka-luka leban dan darah di sudut mulut Ericko.”
“Aku enggak papa.” Ericko mengangkat tangannya untuk menyeka darah di sudut mulutnya.
Saat Marco memasuki lift, Ericko merenung sejenak, “Audrey enggak akan bisa pergi jauh.”
Ericko memang benar, wanita itu tidak akan bisa pergi ke mana pun dengan semua hutang dan rentenir yang keluarga Leandra.
Setelah meninggalkan rumah sakit, pesan penagih hutang di ponselnya terus muncul, keluarga Leandra memiliki banyak hutang saat ini.
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved