Bab 11 Tidak Boleh Begitu Cepat Berlari ke Pangkuan Pria Lain
by Zoe Levana
13:21,May 04,2022
Di dalam kedai kopi.
“Ini uang tunai 3 milyar, aku tau kamu butuh uang, setelah kamu mengambil 3 milyar ini, tolong segera menghilang di depan Marco di masa depan, kamu enggak layak untuknya!”
Wanita itu tidak lain adalah ibu Marco, dia merupakan Nyonya dari keluarga bergengsi dan berpakaian sangat anggun dan elegan.
Uang tunai 3 milyar itu ada di kantong plastik di atas meja kopi.
Audrey mengaduk kopi di cangkirnya dan berkata dengan tersenyum, “Bibi, kamu kayaknya salah paham, aku dan Marco enggak memiliki hubungan seperti yang kamu pikirkan.”
“Oh, maksudmu kamu enggak mau menerima uang ini?”
Wanita itu kemudian mengangkat alisnya dan berkata, “Kalian udah tinggal bersama, apakah itu bisa dibilang salah paham? Kamu harus mengambil uang ini, meskipun kamu enggak mau mengambilnya, di masa depan kamu tetap enggak boleh merayu Marco, jangan salahkan aku jika aku melakukan hal yang kejam kepadamu!”
Ketika wanita itu pergi, dia membayar kopinya. Tindakannya barusan cukup menghina Audrey.
Audrey keluar dari kedai kopi dengan membawa kantong kresek yang beratnya puluhan kilogram, hingga membuat sendi-sendi tulangnya menonjol.
Uang, hahaha…
Ternyata suatu hari dia akan dipermalukan seperti itu karena uang.
Audrey tiba-tiba melemparkan kantong uang itu ke atas udara dengan sekuat tenaga. Untuk sementara waktu, uang kertas merah beterbangan di langit.
“Ada yang membagi uang!”
“Cepat ambil uangnya, jangan sampai hujan, nanti basah!”
Seseorang menatapnya dengan mata aneh, “Apakah dia orang gila? Kenapa dia enggak suka uang?”
“Dia terlihat akrab, bukankah dia mantan istri Tuan Tenggara yang ayahnya baru saja meninggal dan perusahaannya bangkrut?”
“Udahlah enggak udah pikirin itu, mending kita ambil uangnya dulu! Dia enggak menginginkannya, tapi bagaimanapun juga kita membutuhkannya. Wanita cantik sepertinya bisa pergi ke mana aja untuk menghasilkan uang!”
Suara-suara tersebut terdengar sampai ke telinga Audrey, menyebabkan alisnya sedikit berkerut.
Audrey ingat jika di pemakaman ayahnya, dia di seret oleh Ericko dan melakukan hal seperti itu di depan peti mati ayahnya.
Di club Peony, meskipun dia telah mempermalukan Ericko di depan umum, tapi itu tidak cukup untuk membalas apa yang telah pria itu lakukan kepadanya.
Di depan pintu masuk perusahaan wawancara yang menolaknya, Leona dengan provokatif memberikan kartu nama kepadanya.
Dalam waktu satu bulan, statusnya sebagi gadis terhormat benar-benar jatuh ke dalam lumpur.
Itu begitu menyakitkan.
Suara sirene terdengar, jalanan menjadi kacau, para pejalan kaki saling berebutan untuk mengambil uang yang beterbangan.
Di tengah hujan lebat, Audrey melihat sebuah mobil yang berhenti di sampingnya. Dia bisa melihat samar-samar wajah yang dingin di kursi belakang melalui jendela mobil.
Itu adalah Ericko.
Tidak lama kemudian, pintu mobil terbuka dan tubuh kokoh Ericko berjalan tanpa tergesa-gesa ke depan Audrey dengan sopir yang memegang payung untuknya.
“Kamu yang melakukannya bukan?”
Nyonya Rhodes selalu berada di ruang kerjanya tanpa mengerti dunia luar, bagaimana dia bisa tiba-tiba datang kepadanya dan membuat kekacauan seperti itu?
Selain Ericko, Audrey tidak bisa memikirkan orang lain.
“Audrey, aku udah cukup baik kepadamu.”
Di tengah hujan lebat, tubuh Ericko yang ramping dan tatapan acuh tak acuhnya menyapu setiap inci wajah Audrey.
Setelah itu jari-jarinya yang ramping dan kuat menarik dagunya tanpa belas kasihan, “Aku ingin melepaskanmu, tapi kamu benar-benar enggak boleh begitu cepat berlari ke pangkuan pria lain.”
Di telinga Audrey, dalam ucapan pria itu terdengar ada sedikit kecemburuan.
Wajah basah dan dingin itu sedikit tergerak.
Tapi kemudian hawa dingin kelar dari lubuk hatinya, menyebar ke seluruh tubuhnya dalam sekejap.
Kemudian suara magnetik Ericko terdengar, “Aku enggak akan membiarkan keluarga Leandra menjalani kehidupan yang bahagia sesederhana itu.”
“Ini uang tunai 3 milyar, aku tau kamu butuh uang, setelah kamu mengambil 3 milyar ini, tolong segera menghilang di depan Marco di masa depan, kamu enggak layak untuknya!”
Wanita itu tidak lain adalah ibu Marco, dia merupakan Nyonya dari keluarga bergengsi dan berpakaian sangat anggun dan elegan.
Uang tunai 3 milyar itu ada di kantong plastik di atas meja kopi.
Audrey mengaduk kopi di cangkirnya dan berkata dengan tersenyum, “Bibi, kamu kayaknya salah paham, aku dan Marco enggak memiliki hubungan seperti yang kamu pikirkan.”
“Oh, maksudmu kamu enggak mau menerima uang ini?”
Wanita itu kemudian mengangkat alisnya dan berkata, “Kalian udah tinggal bersama, apakah itu bisa dibilang salah paham? Kamu harus mengambil uang ini, meskipun kamu enggak mau mengambilnya, di masa depan kamu tetap enggak boleh merayu Marco, jangan salahkan aku jika aku melakukan hal yang kejam kepadamu!”
Ketika wanita itu pergi, dia membayar kopinya. Tindakannya barusan cukup menghina Audrey.
Audrey keluar dari kedai kopi dengan membawa kantong kresek yang beratnya puluhan kilogram, hingga membuat sendi-sendi tulangnya menonjol.
Uang, hahaha…
Ternyata suatu hari dia akan dipermalukan seperti itu karena uang.
Audrey tiba-tiba melemparkan kantong uang itu ke atas udara dengan sekuat tenaga. Untuk sementara waktu, uang kertas merah beterbangan di langit.
“Ada yang membagi uang!”
“Cepat ambil uangnya, jangan sampai hujan, nanti basah!”
Seseorang menatapnya dengan mata aneh, “Apakah dia orang gila? Kenapa dia enggak suka uang?”
“Dia terlihat akrab, bukankah dia mantan istri Tuan Tenggara yang ayahnya baru saja meninggal dan perusahaannya bangkrut?”
“Udahlah enggak udah pikirin itu, mending kita ambil uangnya dulu! Dia enggak menginginkannya, tapi bagaimanapun juga kita membutuhkannya. Wanita cantik sepertinya bisa pergi ke mana aja untuk menghasilkan uang!”
Suara-suara tersebut terdengar sampai ke telinga Audrey, menyebabkan alisnya sedikit berkerut.
Audrey ingat jika di pemakaman ayahnya, dia di seret oleh Ericko dan melakukan hal seperti itu di depan peti mati ayahnya.
Di club Peony, meskipun dia telah mempermalukan Ericko di depan umum, tapi itu tidak cukup untuk membalas apa yang telah pria itu lakukan kepadanya.
Di depan pintu masuk perusahaan wawancara yang menolaknya, Leona dengan provokatif memberikan kartu nama kepadanya.
Dalam waktu satu bulan, statusnya sebagi gadis terhormat benar-benar jatuh ke dalam lumpur.
Itu begitu menyakitkan.
Suara sirene terdengar, jalanan menjadi kacau, para pejalan kaki saling berebutan untuk mengambil uang yang beterbangan.
Di tengah hujan lebat, Audrey melihat sebuah mobil yang berhenti di sampingnya. Dia bisa melihat samar-samar wajah yang dingin di kursi belakang melalui jendela mobil.
Itu adalah Ericko.
Tidak lama kemudian, pintu mobil terbuka dan tubuh kokoh Ericko berjalan tanpa tergesa-gesa ke depan Audrey dengan sopir yang memegang payung untuknya.
“Kamu yang melakukannya bukan?”
Nyonya Rhodes selalu berada di ruang kerjanya tanpa mengerti dunia luar, bagaimana dia bisa tiba-tiba datang kepadanya dan membuat kekacauan seperti itu?
Selain Ericko, Audrey tidak bisa memikirkan orang lain.
“Audrey, aku udah cukup baik kepadamu.”
Di tengah hujan lebat, tubuh Ericko yang ramping dan tatapan acuh tak acuhnya menyapu setiap inci wajah Audrey.
Setelah itu jari-jarinya yang ramping dan kuat menarik dagunya tanpa belas kasihan, “Aku ingin melepaskanmu, tapi kamu benar-benar enggak boleh begitu cepat berlari ke pangkuan pria lain.”
Di telinga Audrey, dalam ucapan pria itu terdengar ada sedikit kecemburuan.
Wajah basah dan dingin itu sedikit tergerak.
Tapi kemudian hawa dingin kelar dari lubuk hatinya, menyebar ke seluruh tubuhnya dalam sekejap.
Kemudian suara magnetik Ericko terdengar, “Aku enggak akan membiarkan keluarga Leandra menjalani kehidupan yang bahagia sesederhana itu.”
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved