Bab 8 Wawancara Kerja
by Zoe Levana
13:21,May 04,2022
Selama beberapa hari ini, Audrey tinggal di apartemen seluas 400 meter persegi itu. Marco memberikan kamar tidur utama untuknya dan pergi balapan di siang hari, lalu kembai dan membawakan makanan untuknya di malam hari.
Berbaring di tempat tidur, setiap kali Audrey memejamkan mata, dia akan mengingat tatapan mata dan nada suara Ericko yang sangat keras. Hatinya masih sakit, tapi dia berusaha untuk menenangkan dirinya sendiri.
Moto keluarga Leandra adalah hidup 100 tahun dengan peningkatan diri tanpa akhir.
Jadi Audrey juga tidak akan membiarkan dirinya hancur.
Hari ini, Audrey merias diri dengan riasan tipis setelah selesai mandi dan mengenakan setelan profesional, memamerkan tubuhnya yang indah. Dia bertemu dengan Marco yang baru saja kembali setelah membeli sarapan dalam perjalanan keluar.
“Kamu mau kemana?” Marco mengehentikannya.
“Aku punya janji untuk wawancara kerja.” Kata Audrey sambil mengenakan sepatu hak tingginya dan memberi ciuman udara ke arahnya, “Semoga aku beruntung.”
“Kamu sarapan dulu baru pergi.”
“Udah terlambat.” Audrey menggelengkan kepalanya dan melangkahkan sepatu hak tingginya keluar pintu.”
Marco tidak berdaya, tapi dia juga tahu karakter Audrey. Dia adalah wanita kuat dan kompetitif serta tidak pernah bergantung pada orang lain. Jadi tidak peduli seberapa banyak dia berkata, itu tidak ada gunanya.
Perusahaan yang mewawancara Audrey adalah perusahaan Sandsurf, dia melamar di posisi penjualan. Audrey tahu jika dia memiliki fisik dan penampilan yang bagus, jadi posisi penjualan sangat cocok untuknya, terlebih lagi dia bisa menghasilkan uang dengan cepat.
HRD yang mewawancarainya sepertinya juga puas dengannya, ditambah dengan fakta jika Audrey sering dibawa oleh Pradipta untuk mengikuti acara bisnis, dia pasti adalah wanita yang berbakat.
“Nona Leandra, resume mu sangat bagus, kami juga tau latar belakangmu. Nona dari keluarga Leandra pasti memiliki kemampuan yang bagus.” Sikap HRD sangat ramah, dengan pena di tangannya dan kekaguman di matanya, “Aku cuman khawatir perusahaan kecil ini enggak menjanjikan untukmu.”
Audrey segera memahami maksud HRD, “Aku tau gaji pokoknya rendah, tapi aku enggak peduli dengan gajinya, aku akan berusaha yang terbaik untuk mendapatkan komisi yang tinggi.”
Keteguhan Audrey benar-benar membuat HRD terkesan dan siap untuk mengambil keputusan.
Namun, pada saat ini Asistennya tiba-tiba masuk.
“Bos.” Asistennya masuk dan berkata di sebelahnya, “Ada panggilan di luar.”
“Oke, Nona Leandra, mohon tunggu sebentar, aku terima telepon dulu.”
Audrey mengangguk dengan sopan, lalu HRD itu bangkit dan meninggalkan ruang wawancara.
Beberapa menit kemudian, dia buru-buru masuk lagi dengan ekspresi malu di wajahnya, “Nona Leandra, aku minta maaf, perusahaan kami enggak bisa menerimamu.”
Audrey jelas tidak mengharapkan ini, “Kenapa?”
“Ini…ada masalah di perusahaan kami, aku percaya Nona Leandra pasti dapt mencapai kesuksesan besar…” HRD tentu saja tidak mengatakan jika ada seseorang di belakang layar yang menyuruhnya untuk menolak wanita itu.
Dengan begitu, wawancara pertama Audrey dinyatakan gagal.
Audrey menggigit sandwich dan duduk di kursi lantai bawah gedung.
Selain Ericko, dia benar-benar tidak bisa memikirkan orang lain yang akan menggunakan trikkotor itu untuk mengusik kehidupannya.
Pada saat ini di kantor presiden perusahaan Tenggara, Ericko yang baru saja menyelesaikan rapat, duduk di kursi kulit dan mendengarkan laporan asistennya, alisnya dipenuhi dengan hawa dingin.
“Maksudmu dia pergi ke Sandsurf untuk wawancara kerja dan ditolak?”
“Ya, Tuan Tenggara, Nona Everett lah yang melakukannya.” Meskipun Mark Leonidas tidak tahu alasannya, namun jelas jika Nona Leandra dan Tuan Tenggara telah berbalik melawan satu sama lain, namun Tuan Tenggara tidak melakukan apa-apa, hanya menyuruhnya untuk mengawasi setiap gerak-gerik Nona Leandra.”
Kemudian Mark dengan berani bertanya, “Bos, apakah kamu membutuhkanku untuk mengatur seseorang membantu Nona Leandra…”
Sebelum dia selesai berbicara, Ericko mengangkat matanya yang tajam membuat dia dengan cepat menghentikan mulutnya.
Kemudian Ericko memutar kursinya menghadap ke jendela. Mata hitammnya mengingat tindakan keras kepala Audrey di club Peony yang membuat hatinya merasa sedikit kesal.
“Semua ini adalah apa yang pantas diterima oleh keluarga Leandra.” Ericko memperingatkan dirinya sendiri untuk tidak berhati lembut, “Terus perhatikan dia dan laporkan berita apapun tepat waktu.”
“Ya, Tuan Tenggara.”
Berbaring di tempat tidur, setiap kali Audrey memejamkan mata, dia akan mengingat tatapan mata dan nada suara Ericko yang sangat keras. Hatinya masih sakit, tapi dia berusaha untuk menenangkan dirinya sendiri.
Moto keluarga Leandra adalah hidup 100 tahun dengan peningkatan diri tanpa akhir.
Jadi Audrey juga tidak akan membiarkan dirinya hancur.
Hari ini, Audrey merias diri dengan riasan tipis setelah selesai mandi dan mengenakan setelan profesional, memamerkan tubuhnya yang indah. Dia bertemu dengan Marco yang baru saja kembali setelah membeli sarapan dalam perjalanan keluar.
“Kamu mau kemana?” Marco mengehentikannya.
“Aku punya janji untuk wawancara kerja.” Kata Audrey sambil mengenakan sepatu hak tingginya dan memberi ciuman udara ke arahnya, “Semoga aku beruntung.”
“Kamu sarapan dulu baru pergi.”
“Udah terlambat.” Audrey menggelengkan kepalanya dan melangkahkan sepatu hak tingginya keluar pintu.”
Marco tidak berdaya, tapi dia juga tahu karakter Audrey. Dia adalah wanita kuat dan kompetitif serta tidak pernah bergantung pada orang lain. Jadi tidak peduli seberapa banyak dia berkata, itu tidak ada gunanya.
Perusahaan yang mewawancara Audrey adalah perusahaan Sandsurf, dia melamar di posisi penjualan. Audrey tahu jika dia memiliki fisik dan penampilan yang bagus, jadi posisi penjualan sangat cocok untuknya, terlebih lagi dia bisa menghasilkan uang dengan cepat.
HRD yang mewawancarainya sepertinya juga puas dengannya, ditambah dengan fakta jika Audrey sering dibawa oleh Pradipta untuk mengikuti acara bisnis, dia pasti adalah wanita yang berbakat.
“Nona Leandra, resume mu sangat bagus, kami juga tau latar belakangmu. Nona dari keluarga Leandra pasti memiliki kemampuan yang bagus.” Sikap HRD sangat ramah, dengan pena di tangannya dan kekaguman di matanya, “Aku cuman khawatir perusahaan kecil ini enggak menjanjikan untukmu.”
Audrey segera memahami maksud HRD, “Aku tau gaji pokoknya rendah, tapi aku enggak peduli dengan gajinya, aku akan berusaha yang terbaik untuk mendapatkan komisi yang tinggi.”
Keteguhan Audrey benar-benar membuat HRD terkesan dan siap untuk mengambil keputusan.
Namun, pada saat ini Asistennya tiba-tiba masuk.
“Bos.” Asistennya masuk dan berkata di sebelahnya, “Ada panggilan di luar.”
“Oke, Nona Leandra, mohon tunggu sebentar, aku terima telepon dulu.”
Audrey mengangguk dengan sopan, lalu HRD itu bangkit dan meninggalkan ruang wawancara.
Beberapa menit kemudian, dia buru-buru masuk lagi dengan ekspresi malu di wajahnya, “Nona Leandra, aku minta maaf, perusahaan kami enggak bisa menerimamu.”
Audrey jelas tidak mengharapkan ini, “Kenapa?”
“Ini…ada masalah di perusahaan kami, aku percaya Nona Leandra pasti dapt mencapai kesuksesan besar…” HRD tentu saja tidak mengatakan jika ada seseorang di belakang layar yang menyuruhnya untuk menolak wanita itu.
Dengan begitu, wawancara pertama Audrey dinyatakan gagal.
Audrey menggigit sandwich dan duduk di kursi lantai bawah gedung.
Selain Ericko, dia benar-benar tidak bisa memikirkan orang lain yang akan menggunakan trikkotor itu untuk mengusik kehidupannya.
Pada saat ini di kantor presiden perusahaan Tenggara, Ericko yang baru saja menyelesaikan rapat, duduk di kursi kulit dan mendengarkan laporan asistennya, alisnya dipenuhi dengan hawa dingin.
“Maksudmu dia pergi ke Sandsurf untuk wawancara kerja dan ditolak?”
“Ya, Tuan Tenggara, Nona Everett lah yang melakukannya.” Meskipun Mark Leonidas tidak tahu alasannya, namun jelas jika Nona Leandra dan Tuan Tenggara telah berbalik melawan satu sama lain, namun Tuan Tenggara tidak melakukan apa-apa, hanya menyuruhnya untuk mengawasi setiap gerak-gerik Nona Leandra.”
Kemudian Mark dengan berani bertanya, “Bos, apakah kamu membutuhkanku untuk mengatur seseorang membantu Nona Leandra…”
Sebelum dia selesai berbicara, Ericko mengangkat matanya yang tajam membuat dia dengan cepat menghentikan mulutnya.
Kemudian Ericko memutar kursinya menghadap ke jendela. Mata hitammnya mengingat tindakan keras kepala Audrey di club Peony yang membuat hatinya merasa sedikit kesal.
“Semua ini adalah apa yang pantas diterima oleh keluarga Leandra.” Ericko memperingatkan dirinya sendiri untuk tidak berhati lembut, “Terus perhatikan dia dan laporkan berita apapun tepat waktu.”
“Ya, Tuan Tenggara.”
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved