Bab 14 Tidak Bisa Punya Anak
by Zoe Levana
13:21,May 04,2022
Tidak bisa punya anak adalah sesuatu yang bahkan tidak bisa ditanggung oleh setiap wanita!
Akun di antara mereka memang sudah diselesaikan.
Tapi kenapa suasana hatinya tidak bahagia sama sekali? Bahkan malah sebaliknya, terasa sangat berat.
Ericko berhenti di depan ruang bangsal sebentar, kemudian dia berbalik meninggalkan rumah sakit dan masuk ke mobil, tapi pikirannya tidak menentu.
Pak Joko melirik ke cara spion dan berkata, “Tuan Tenggara, aku sudah melunasi biaya rumah sakit dan pengobatan Nona Leandra selama hampri sebulan sesuai dengan instruksimu. Aku juga telah memberitahu perawat jika ada perubahan tagihan, mereka bisa menghubungiku kapan saja.”
“Ya.” Ericko menjawab dengan acuh tak acuh, dia melihat ke luar jendela mobil dan kebetulan tatapan matanya bertemu dengan Leona yang sedang kleuar dari rumah sakit mengenakan kacamata hitam besar.
“Tuan Tenggara, apakah kamu mau membawa Nona Everett ke dalam mobil?” Tanya sopir tersebut.
“Enggak perlu.” Memikirkan penampilan Leona yang arogan dan mendominasi di bangsal tadi, Ericko merasa sedikit kesal di hatinya.
Ericko memilih wanita itu karena dia adalah penyelamat masa kecilnya, namun setelah berhubungan dengannya selama beberapa saat, dia sebenarnya tidak pernah tertarik dan menyukai Leona.
Aura seorang wanita filistin di tubuhnya secara tak kasat mata dihancurkan oleh sikap acuh tak acuh dan arogan Audrey yang unik.
“Kembali ke perusahaan.” Kata Ericko dengan dingin.
“Baik Tuan Tenggara.”
…..
Setelah Leona pergi, bangsal Audrey akhirnya menjadi tenang.
Mengingat konfrontasi barusan, Audrey tenggelam dalam pikirannya sendiri.
Satu-satunya kemungkinan saat ini adalah Leona berbohong dan Ericko salah mengira penyelamatnya.
Itu benar-benar kebodohan yang hakiki, jika Ericko tahu kebenaran masalah itu, dia benar-benar tidak tahu betapa indahnya ekspresinya.
Selama 3 hari berikutnya, Audrey mengunci dirinya di bangsal sendirian, sesekali menatap ke luar jendela dengan tatapan kosong.
Saat melihat kereta bayi yang didorong oleh perawat di rumah sakit, Audrey secara tidak sadar langsung mengangkat tangannya untuk menyentuh perut bagian bawahnya dari waktu ke waktu, merasakan kehidupan yang pernah ada.
Dalam beberapa hari terakhir, Leona secara mengejutkan tidak datang untuk membuat keributan dan Ericko tampaknya telah menghilang.
Tidak lama kemudian, perawat mengetuk pintu dan masuk, “Halo Nona Leandra, Tuan Rhodes ingin bertemu denganmu, maukah kamu menemuinya?”
Selain Marco, Audrey tidak memiliki teman lain yang bermarga Rhodes.
Tapi penghinaan Nyonya Rhodes di kedai kopi beberapa hari yang lalu tampaknya masih teringat jelas di benaknya.
Audrey duduk di ambang jendela dan berkata dengan ringan, “Aku enggak ingin menemuinya, suruh dia pergi.”
Perawat menyampaikan maaksudnya, namun Marco yang berada di luar pintu tidak mau menyerah begitu saja. Kemudian dia mengetuk pintu dan berkata, “Audrey, aku tau ibuku datang kepadamu, aku berani bersumpah jika aku enggak tau kalau dia melakukan sesuatu yang enggak pantas. Aku minta maaf atas namanya, bisakah kamu buka pintu dulu dan bicara dengan baik?”
Marco baru saja menyelesaikan kompetisi di luar kota dan ketika turun dari pesawat, dia mendapat kabar jika Audrey berada di rumah sakit, dia segera membeli seikat mawar untuknya dan pergi ke rumah sakit
“Audrey, aku tau kamu marah, aku janji enggak akan membiarkan ibuku mengganggumu lagi.”
Penampilan Marco terlihat keren dalam setelan balap, membuat para perawat di rumah sakit terpana.
Namun mereka tetap harus mengingatkannya, “Tuan, Nona Leandra masih belum pulih dari kegugurannya, bisakah kamu menurunkan sedikit suaramu?”
“Keguguran?”
Marco membeku dan mengutuk di detik berikutnya.
“Bajingan!!”
Marco langsung melemparkan buket bunga mawar di meja resepsionis, dia langsung melangkahkan kakinya. Marco ingin langsung pergi ke perusahaan Tenggara untuk menyelesaikan akun. Saat dia hendak masuk ke dalam lift dengan terburu-buru, dia bertabrakan dengan Ericko yang baru saja keluar dari lift rumah sakit.
Akun di antara mereka memang sudah diselesaikan.
Tapi kenapa suasana hatinya tidak bahagia sama sekali? Bahkan malah sebaliknya, terasa sangat berat.
Ericko berhenti di depan ruang bangsal sebentar, kemudian dia berbalik meninggalkan rumah sakit dan masuk ke mobil, tapi pikirannya tidak menentu.
Pak Joko melirik ke cara spion dan berkata, “Tuan Tenggara, aku sudah melunasi biaya rumah sakit dan pengobatan Nona Leandra selama hampri sebulan sesuai dengan instruksimu. Aku juga telah memberitahu perawat jika ada perubahan tagihan, mereka bisa menghubungiku kapan saja.”
“Ya.” Ericko menjawab dengan acuh tak acuh, dia melihat ke luar jendela mobil dan kebetulan tatapan matanya bertemu dengan Leona yang sedang kleuar dari rumah sakit mengenakan kacamata hitam besar.
“Tuan Tenggara, apakah kamu mau membawa Nona Everett ke dalam mobil?” Tanya sopir tersebut.
“Enggak perlu.” Memikirkan penampilan Leona yang arogan dan mendominasi di bangsal tadi, Ericko merasa sedikit kesal di hatinya.
Ericko memilih wanita itu karena dia adalah penyelamat masa kecilnya, namun setelah berhubungan dengannya selama beberapa saat, dia sebenarnya tidak pernah tertarik dan menyukai Leona.
Aura seorang wanita filistin di tubuhnya secara tak kasat mata dihancurkan oleh sikap acuh tak acuh dan arogan Audrey yang unik.
“Kembali ke perusahaan.” Kata Ericko dengan dingin.
“Baik Tuan Tenggara.”
…..
Setelah Leona pergi, bangsal Audrey akhirnya menjadi tenang.
Mengingat konfrontasi barusan, Audrey tenggelam dalam pikirannya sendiri.
Satu-satunya kemungkinan saat ini adalah Leona berbohong dan Ericko salah mengira penyelamatnya.
Itu benar-benar kebodohan yang hakiki, jika Ericko tahu kebenaran masalah itu, dia benar-benar tidak tahu betapa indahnya ekspresinya.
Selama 3 hari berikutnya, Audrey mengunci dirinya di bangsal sendirian, sesekali menatap ke luar jendela dengan tatapan kosong.
Saat melihat kereta bayi yang didorong oleh perawat di rumah sakit, Audrey secara tidak sadar langsung mengangkat tangannya untuk menyentuh perut bagian bawahnya dari waktu ke waktu, merasakan kehidupan yang pernah ada.
Dalam beberapa hari terakhir, Leona secara mengejutkan tidak datang untuk membuat keributan dan Ericko tampaknya telah menghilang.
Tidak lama kemudian, perawat mengetuk pintu dan masuk, “Halo Nona Leandra, Tuan Rhodes ingin bertemu denganmu, maukah kamu menemuinya?”
Selain Marco, Audrey tidak memiliki teman lain yang bermarga Rhodes.
Tapi penghinaan Nyonya Rhodes di kedai kopi beberapa hari yang lalu tampaknya masih teringat jelas di benaknya.
Audrey duduk di ambang jendela dan berkata dengan ringan, “Aku enggak ingin menemuinya, suruh dia pergi.”
Perawat menyampaikan maaksudnya, namun Marco yang berada di luar pintu tidak mau menyerah begitu saja. Kemudian dia mengetuk pintu dan berkata, “Audrey, aku tau ibuku datang kepadamu, aku berani bersumpah jika aku enggak tau kalau dia melakukan sesuatu yang enggak pantas. Aku minta maaf atas namanya, bisakah kamu buka pintu dulu dan bicara dengan baik?”
Marco baru saja menyelesaikan kompetisi di luar kota dan ketika turun dari pesawat, dia mendapat kabar jika Audrey berada di rumah sakit, dia segera membeli seikat mawar untuknya dan pergi ke rumah sakit
“Audrey, aku tau kamu marah, aku janji enggak akan membiarkan ibuku mengganggumu lagi.”
Penampilan Marco terlihat keren dalam setelan balap, membuat para perawat di rumah sakit terpana.
Namun mereka tetap harus mengingatkannya, “Tuan, Nona Leandra masih belum pulih dari kegugurannya, bisakah kamu menurunkan sedikit suaramu?”
“Keguguran?”
Marco membeku dan mengutuk di detik berikutnya.
“Bajingan!!”
Marco langsung melemparkan buket bunga mawar di meja resepsionis, dia langsung melangkahkan kakinya. Marco ingin langsung pergi ke perusahaan Tenggara untuk menyelesaikan akun. Saat dia hendak masuk ke dalam lift dengan terburu-buru, dia bertabrakan dengan Ericko yang baru saja keluar dari lift rumah sakit.
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved