Bab 7 Untuk Balas Dendam
by Zoe Levana
13:20,May 04,2022
“Ericko..”
Semua orang memandang Ericko dengan ekspresi yang rumit.
Ericko masih berdiri di tempat semula, menatap kepergian Audrey dengan tenang, setelah pintu dibanting keras oleh wanita itu, wajahnya menjadi sangat suram.
Setelah menikaah selama 2 tahun, dia sama sekali tidak mengerti temperamen wanita itu.
Itu benar-benar tidak sesuai dengan nama keluarga ‘Leandra’, sama seperti Pradipta, mereka berdua sangat keras kepala.
“Kalian lanjutkanlah!”
Setelah beberapa saat acuh tak acuh, Ericko duduk kembali dengan tenang dan memainkan kartu di atas meja.
Namun ekspresi wajahnya tidak bisa dimengerti.
“Ehem!”
Simor benar-benar pintar dalam mengendalikan suasana, dia dengan cepat menstabilkan semuanya,
“Apa yang kalian lakukan dengan berdiri di sana seperti orang bodoh? Kalian di bayar bukan buat berdiri doang, cepat menari!”
Mama San yang memiliki pengelihatan baik langsung berteriak kepada para gadis yang ada dalam ruangan tersebut, tidak lama kemudian ruangan tersebut langsung normal lagi.
Ruben dan Simon diam-diam saling melirik, karena takut mereka secara tidak sengaja akan menyinggung gunung es raksasa itu lagi.
Seluruh tubuh Ericko dipenuhi dengan hawa dingin.
..…
Audrey keluar dari club.
Hiruk pikuk kota seolah menariknya kembali ke dunia nyata.
Bagaimana dia bisa berani mempermalukan Ericko di depan umum seperti itu?
Awalnya dia ketakutan, tapi setelah itu merasa lega.
Audrey berpikir jika tampaknya dia telah membuat keputusan yang paling berani dan juga tepat dalam hidupnya.
Seharusnya 2 tahun yang lalu dia melihat niat Ericko dengan jelas.
Bagaimana bisa seoranng pria yang begitu mulia dan agung menggunakan pernikahan untuk memperluas kerajaan bisnisnya.
Kenapa harus dia?
Ternyata semuanya hanya untuk balas dendam.
Dia sudah tidak memiliki rumah, uang, bahkan semua kerabat telah menghindarinya. Di kota yang besar ini, dia tidak memiliki tempat tinggal sama sekali.
Audrey berjalan tanpa tujuan ke pintu sebuah kedai kopi saat ponselnya tiba-tiba berdering.
Begitu Audrey menjawab, dia dikejutkan oleh suara keras di ujung telepon.
“Hei, kemana aja kamu? Kenapa rumahmu kosong? Apakah bajingan itu yang melakukannya? Suara Marco Rhodes datang dengan sangat marah.
“Marco…” Semua pertahanan Audrey akhirnya runtuh saat ini, dia berjongkok di pinggir jalan,”Hiks,hiks, aku udah bercerai…”
“Jangan nangis oke, kamu di mana sekarang?”
Marco langsung panik, dia keluar dari vila dan langsung mengendarai Ferrari merahnya dengan cepat, “Tunggu di sana, jangan kemana-mana, tunggu aku datang!”
Audrey menunggunya selama 1 jam.
Audrey memarahi Marco karena terlalu lambat sambil duduk di mobil sportnya di bawah tatapan iri semua orang yang lewat, kemudian Marco mengendarai mobil sportnya itu ke apartemennya di pusat kota.
Kecepatannya sangat cepat, sehingga membuat mata Audrey menjadi merah karena terkena angin dan pasir.
“Aku udah bilang dari lama kalau Ericko enggak bisa diandalkan, kamu sendiri yang enggak percaya hingga keluargamu bangkrut.”
Marco membawa Audrey langsung ke lantai 24 dan menyalakan lampu apartemennya. Ternyata itu adalah apartemen seluar 400 meter persegi yang menghadap ke sungai dengan sudut 360 derajat.
Audrey yang bodoh buru-buru melepas sepatunya dan tanpa sadar berjalan ke jendela.
“Apartemenmu ini…paling enggak 50 Milyar kan?”
“Hmm..apakah kamu menyesalinya sekarang? Aku pergi berkomba untuk mengejar mimpiku, keluargaku juga punya banyak uang.”
Kemudian Marco memegang dinding dengan satu tangan dan menatap Audrey, “Maukah kamu memikirkan untuk menikah denganku? Aku enggak keberatan dengan pernikahan kedua.”
Tapi Marco tidak mengatakan yang sebenarnya jika dia sebenarnya juga memohon kepada ibunya untuk memberikan apartemen tersebut dan properti milik bisnis keluarga.
“Jangan memulai.” Audrey berbalik dan meniup hidungnya lalu melihat sekeliling, “Aku enggak punya tempat buat tinggal, aku akan meminjam apartemenmu dulu selama beberapa hari. Ketika aku menghasilkan uang, aku akan membayar uang sewa.”
Marco tahu jika sebenarnya wanita itu tidak perlu membayarnya, namun dia tidak menolaknya dan hanya berkata, “Kamu boleh tinggal di sini selamanya.”
Audrey memutar matanya.
Semua orang memandang Ericko dengan ekspresi yang rumit.
Ericko masih berdiri di tempat semula, menatap kepergian Audrey dengan tenang, setelah pintu dibanting keras oleh wanita itu, wajahnya menjadi sangat suram.
Setelah menikaah selama 2 tahun, dia sama sekali tidak mengerti temperamen wanita itu.
Itu benar-benar tidak sesuai dengan nama keluarga ‘Leandra’, sama seperti Pradipta, mereka berdua sangat keras kepala.
“Kalian lanjutkanlah!”
Setelah beberapa saat acuh tak acuh, Ericko duduk kembali dengan tenang dan memainkan kartu di atas meja.
Namun ekspresi wajahnya tidak bisa dimengerti.
“Ehem!”
Simor benar-benar pintar dalam mengendalikan suasana, dia dengan cepat menstabilkan semuanya,
“Apa yang kalian lakukan dengan berdiri di sana seperti orang bodoh? Kalian di bayar bukan buat berdiri doang, cepat menari!”
Mama San yang memiliki pengelihatan baik langsung berteriak kepada para gadis yang ada dalam ruangan tersebut, tidak lama kemudian ruangan tersebut langsung normal lagi.
Ruben dan Simon diam-diam saling melirik, karena takut mereka secara tidak sengaja akan menyinggung gunung es raksasa itu lagi.
Seluruh tubuh Ericko dipenuhi dengan hawa dingin.
..…
Audrey keluar dari club.
Hiruk pikuk kota seolah menariknya kembali ke dunia nyata.
Bagaimana dia bisa berani mempermalukan Ericko di depan umum seperti itu?
Awalnya dia ketakutan, tapi setelah itu merasa lega.
Audrey berpikir jika tampaknya dia telah membuat keputusan yang paling berani dan juga tepat dalam hidupnya.
Seharusnya 2 tahun yang lalu dia melihat niat Ericko dengan jelas.
Bagaimana bisa seoranng pria yang begitu mulia dan agung menggunakan pernikahan untuk memperluas kerajaan bisnisnya.
Kenapa harus dia?
Ternyata semuanya hanya untuk balas dendam.
Dia sudah tidak memiliki rumah, uang, bahkan semua kerabat telah menghindarinya. Di kota yang besar ini, dia tidak memiliki tempat tinggal sama sekali.
Audrey berjalan tanpa tujuan ke pintu sebuah kedai kopi saat ponselnya tiba-tiba berdering.
Begitu Audrey menjawab, dia dikejutkan oleh suara keras di ujung telepon.
“Hei, kemana aja kamu? Kenapa rumahmu kosong? Apakah bajingan itu yang melakukannya? Suara Marco Rhodes datang dengan sangat marah.
“Marco…” Semua pertahanan Audrey akhirnya runtuh saat ini, dia berjongkok di pinggir jalan,”Hiks,hiks, aku udah bercerai…”
“Jangan nangis oke, kamu di mana sekarang?”
Marco langsung panik, dia keluar dari vila dan langsung mengendarai Ferrari merahnya dengan cepat, “Tunggu di sana, jangan kemana-mana, tunggu aku datang!”
Audrey menunggunya selama 1 jam.
Audrey memarahi Marco karena terlalu lambat sambil duduk di mobil sportnya di bawah tatapan iri semua orang yang lewat, kemudian Marco mengendarai mobil sportnya itu ke apartemennya di pusat kota.
Kecepatannya sangat cepat, sehingga membuat mata Audrey menjadi merah karena terkena angin dan pasir.
“Aku udah bilang dari lama kalau Ericko enggak bisa diandalkan, kamu sendiri yang enggak percaya hingga keluargamu bangkrut.”
Marco membawa Audrey langsung ke lantai 24 dan menyalakan lampu apartemennya. Ternyata itu adalah apartemen seluar 400 meter persegi yang menghadap ke sungai dengan sudut 360 derajat.
Audrey yang bodoh buru-buru melepas sepatunya dan tanpa sadar berjalan ke jendela.
“Apartemenmu ini…paling enggak 50 Milyar kan?”
“Hmm..apakah kamu menyesalinya sekarang? Aku pergi berkomba untuk mengejar mimpiku, keluargaku juga punya banyak uang.”
Kemudian Marco memegang dinding dengan satu tangan dan menatap Audrey, “Maukah kamu memikirkan untuk menikah denganku? Aku enggak keberatan dengan pernikahan kedua.”
Tapi Marco tidak mengatakan yang sebenarnya jika dia sebenarnya juga memohon kepada ibunya untuk memberikan apartemen tersebut dan properti milik bisnis keluarga.
“Jangan memulai.” Audrey berbalik dan meniup hidungnya lalu melihat sekeliling, “Aku enggak punya tempat buat tinggal, aku akan meminjam apartemenmu dulu selama beberapa hari. Ketika aku menghasilkan uang, aku akan membayar uang sewa.”
Marco tahu jika sebenarnya wanita itu tidak perlu membayarnya, namun dia tidak menolaknya dan hanya berkata, “Kamu boleh tinggal di sini selamanya.”
Audrey memutar matanya.
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved