Bab 10 Darah Lebih Kental dari Air
by Myra
10:01,Feb 25,2022
Pada malam ini, aku, adik ipar, dan ibu mertua berjaga di rumah sakit semalaman.
Adik ipar dan ibu mertuaku tidur di ranjang yang dipersiapkan untuk orang yang berjaga. Hanya aku yang duduk di sofa sambil menerungkan hal.
Aku menghabiskan waktu semalaman dengan berpikiran sembarangan. Keesokan paginya akhirnya ponsel Felix Liu bisa dihubungi. Aku menahan perasaanku dan mengatakan keadaan ayah mertua padanya. Bahkan secara khusus berkata padanya bahwa ayah mertua sudah terlepas dari masa kritis, dia boleh pergi dinas dengan tenang.
Tapi darah lebih kental daripada air. Felix Liu terkesan buru-buru datang dan muncul di rumah sakit di siang hari.
Aku melihat waktu sejenak saat dia masuk ke kamar pasien. Waktu hanya berlalu selama empat jam dari waktu aku meneleponnya. Waktu perjalanan dari Kota Hai untuk pulang ke sini pun kebetulan memerlukan waktu selama empat jam. Ini berarti Felix Liu datang ke sini dengan menghitung-hitung waktu.
Saat Felix Liu pergi mendekati ranjang ayah mertuaku dan menanyakan keadaannya, aku yang berdiri di samping melihat ke arah punggungnya. Tidak disangka sehelai rambut panjang menempel di punggungnya. Aku seketika langsung mengepalkan tanganku.
Mungkin Felix Liu mampu merasakan tatapan mataku, dia mulai mengangkat kepalanya. Tatapannya saat memandangku mengandung perasaan, "Istriku, kamu kemarin sudah berjaga di sini semalaman, sekarang pasti sangat lelah, mari kuantar pulang untuk istirahat!"
"Baik." jawabku, tapi hatiku sangat dingin. Kalau bukan karena aku menyaksikannya dengan mata kepalaku sendiri, siapa yang akan mencurigai kepalsuan perasaan di balik tatapan Felix Liu ini? Bisa-bisanya aku dulu mengatakan dia jujur dan setia. Aku benar-benar buta!
Felix Liu berinisiatif mengantarku pulang untuk beristirahat. Aku tidak bisa menolaknya, terpaksa menaiki mobilnya. Tapi aku tidak duduk di barisan depan, melainkan berbaring di barisan belakang dan memejamkan mata. Felix Liu mengira aku benar-benar kelelahan, bahkan bersikap perhatian padaku dengan menurunkan penghalang. Aku jadi merasa jijik saat teringat akan kemesraannya dengan Shirley Hao.
Ponselku berdering saat mobil baru pergi tidak begitu lama. Yang meneleponku malah adalah Shirley Hao, "Maltilda, kamu di mana?"
"Ada urusan?" Aku balik bertanya.
"Tidak ada. Aku hanya sedang merindukanmu." Dasar wanita murahan. Bisa-bisanya bicara semanis itu. Aku dalam hati mengomelinya.
Dulu setiap kali Shirley Hao bilang dia merindukanku, aku akan bilang aku akan pergi mencarinya. Lalu aku pergi membeli banyak makanan enak saat pergi menemuinya. Kami akan bermain hingga seharian penuh, malamnya Felix Liu akan datang menjemputku dan Shirley Hao makan malam bersama.
Sekarang aku baru sadar betapa menyedihkannya aku. Bisa-bisanya aku membantu mendekatkan mereka. Shirley Hao si wanita murahan ini mana mungkin merindukanku. Yang dia rindukan adalah Felix Liu.
Aku dalam hati mencoba membaca pemikiran Shirley Hao. Shirley Hao baru saja bersama dengan Felix Liu semalam. Sekarang dia meneleponku seharusnya bukan karena ingin bertemu dengan Felix Liu. Kalau begitu, dia mungkin ingin mencari tahu situasi karena telah mengetahui ayahnya Felix Liu masuk rumah sakit saat mendengar aku menelepon Felix Liu di pagi hari.
Dia perhatian sekali pada Felix Liu, aku dalam hati tertawa dingin. Kalau Shirley Hao begitu mengkhawatirkan Felix Liu, aku mana mungkin tega membuatnya terus khawatir.
Aku menceritakan keadaan ayahnya Felix Liu yang menginap di rumah sakit pada Shirley Hao. Shirley Hao terdengar sangat kaget, "Bagaimana keadaan Paman sekarang? Aku pergi menjenguknya, ya?"
"Baik." Aku menutup panggilan setelah menanggapinya. Mungkin tindakanku kali ini terlihat berbeda dari biasanya, Felix Liu bertanya dengan penuh perhatian, "Istriku, kamu tidak enak badan, ya?"
Aku mendengus kesal. Dia mencoba merayuku dengan berkata, "Kamu pergi istirahat dulu. Aku pergi masakkan sup untukmu."
Kalau dulu, aku pasti akan merasa terharu dan bilang, "Suamiku, kamu sungguh baik." Tapi hari ini aku sama sekali tidak merasa terharu.
Karena tidak tidur semalaman, aku langsung ketiduran saat baru berbaring di ranjang sepulangnya ke rumah.
Adik ipar dan ibu mertuaku tidur di ranjang yang dipersiapkan untuk orang yang berjaga. Hanya aku yang duduk di sofa sambil menerungkan hal.
Aku menghabiskan waktu semalaman dengan berpikiran sembarangan. Keesokan paginya akhirnya ponsel Felix Liu bisa dihubungi. Aku menahan perasaanku dan mengatakan keadaan ayah mertua padanya. Bahkan secara khusus berkata padanya bahwa ayah mertua sudah terlepas dari masa kritis, dia boleh pergi dinas dengan tenang.
Tapi darah lebih kental daripada air. Felix Liu terkesan buru-buru datang dan muncul di rumah sakit di siang hari.
Aku melihat waktu sejenak saat dia masuk ke kamar pasien. Waktu hanya berlalu selama empat jam dari waktu aku meneleponnya. Waktu perjalanan dari Kota Hai untuk pulang ke sini pun kebetulan memerlukan waktu selama empat jam. Ini berarti Felix Liu datang ke sini dengan menghitung-hitung waktu.
Saat Felix Liu pergi mendekati ranjang ayah mertuaku dan menanyakan keadaannya, aku yang berdiri di samping melihat ke arah punggungnya. Tidak disangka sehelai rambut panjang menempel di punggungnya. Aku seketika langsung mengepalkan tanganku.
Mungkin Felix Liu mampu merasakan tatapan mataku, dia mulai mengangkat kepalanya. Tatapannya saat memandangku mengandung perasaan, "Istriku, kamu kemarin sudah berjaga di sini semalaman, sekarang pasti sangat lelah, mari kuantar pulang untuk istirahat!"
"Baik." jawabku, tapi hatiku sangat dingin. Kalau bukan karena aku menyaksikannya dengan mata kepalaku sendiri, siapa yang akan mencurigai kepalsuan perasaan di balik tatapan Felix Liu ini? Bisa-bisanya aku dulu mengatakan dia jujur dan setia. Aku benar-benar buta!
Felix Liu berinisiatif mengantarku pulang untuk beristirahat. Aku tidak bisa menolaknya, terpaksa menaiki mobilnya. Tapi aku tidak duduk di barisan depan, melainkan berbaring di barisan belakang dan memejamkan mata. Felix Liu mengira aku benar-benar kelelahan, bahkan bersikap perhatian padaku dengan menurunkan penghalang. Aku jadi merasa jijik saat teringat akan kemesraannya dengan Shirley Hao.
Ponselku berdering saat mobil baru pergi tidak begitu lama. Yang meneleponku malah adalah Shirley Hao, "Maltilda, kamu di mana?"
"Ada urusan?" Aku balik bertanya.
"Tidak ada. Aku hanya sedang merindukanmu." Dasar wanita murahan. Bisa-bisanya bicara semanis itu. Aku dalam hati mengomelinya.
Dulu setiap kali Shirley Hao bilang dia merindukanku, aku akan bilang aku akan pergi mencarinya. Lalu aku pergi membeli banyak makanan enak saat pergi menemuinya. Kami akan bermain hingga seharian penuh, malamnya Felix Liu akan datang menjemputku dan Shirley Hao makan malam bersama.
Sekarang aku baru sadar betapa menyedihkannya aku. Bisa-bisanya aku membantu mendekatkan mereka. Shirley Hao si wanita murahan ini mana mungkin merindukanku. Yang dia rindukan adalah Felix Liu.
Aku dalam hati mencoba membaca pemikiran Shirley Hao. Shirley Hao baru saja bersama dengan Felix Liu semalam. Sekarang dia meneleponku seharusnya bukan karena ingin bertemu dengan Felix Liu. Kalau begitu, dia mungkin ingin mencari tahu situasi karena telah mengetahui ayahnya Felix Liu masuk rumah sakit saat mendengar aku menelepon Felix Liu di pagi hari.
Dia perhatian sekali pada Felix Liu, aku dalam hati tertawa dingin. Kalau Shirley Hao begitu mengkhawatirkan Felix Liu, aku mana mungkin tega membuatnya terus khawatir.
Aku menceritakan keadaan ayahnya Felix Liu yang menginap di rumah sakit pada Shirley Hao. Shirley Hao terdengar sangat kaget, "Bagaimana keadaan Paman sekarang? Aku pergi menjenguknya, ya?"
"Baik." Aku menutup panggilan setelah menanggapinya. Mungkin tindakanku kali ini terlihat berbeda dari biasanya, Felix Liu bertanya dengan penuh perhatian, "Istriku, kamu tidak enak badan, ya?"
Aku mendengus kesal. Dia mencoba merayuku dengan berkata, "Kamu pergi istirahat dulu. Aku pergi masakkan sup untukmu."
Kalau dulu, aku pasti akan merasa terharu dan bilang, "Suamiku, kamu sungguh baik." Tapi hari ini aku sama sekali tidak merasa terharu.
Karena tidak tidur semalaman, aku langsung ketiduran saat baru berbaring di ranjang sepulangnya ke rumah.
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved