Bab 9 Ayah Mertua Jatuh Sakit
by Myra
10:01,Feb 25,2022
Kalau dulu Shella Xu berkata seperti ini, aku pasti akan merasa dia terlalu membesar-besarkan masalah. Tapi sekarang aku sudah tidak berani berpemikiran begitu lagi, "Shella, maksudmu Felix diam-diam mengalihkan kekayaannya?"
Shella Xu melototiku, "Memangnya kamu sama sekali tidak pernah berpikir begitu? Shirley bisa membeli mobil, rumah, tas bermerek dan baju bermerek dengan gajinya yang hanya segitu, kamu tidak merasa ini aneh? Jangan-jangan kamu percaya pada omongannya kalau itu semua dibelikan oleh pacarnya? Kamu benar-benar bodoh."
Ucapan Shella Xu membuatku terbungkam dan tak mampu bicara untuk sesaat. Suasana menjadi sedikit murung. Tepat pada saat ini ponselku berdering, suara adik iparku terdengar saat mengangkat telepon, "Kakak Ipar, gawat! Penyakit ayahku kambuh!"
Ayah mertuaku mengidap penyakit jantung yang parah. Aku kaget, "Cepat telepon ambulans!"
"Sudah. Kakak Ipar, ponsel kakakku tidak bisa dihubungi, kamu bisa ke sini?"
"Kalian duluan ke rumah sakit dulu. Aku akan segera datang."
"Ada apa?" Shella Xu melihatku dengan khawatir.
"Penyakit ayah mertuaku kambuh. Aku harus ke rumah sakit." Aku mengambil tas dan berdiri.
"Pria sialan. Dia pergi bersenang-senang dan malah melemparkan masalah untukmu!" Shella Xu mengomel sambil mengejarku, "Dia saja tidak peduli, jadi untuk apa kamu memedulikan ayahnya?"
"Kalaupun dia jahat, aku tidak boleh menirunya. Aku pergi dulu." Shella Xu menghentakkan kaki saat melihat kepergianku.
Ketika tiba di rumah sakit, ayah mertua masih di ruang operasi menjalani pertolongan darurat. Ibu mertua dan adik ipar menunggu di luar dengan panik. Lalu merasa seperti ada sandaran saat melihat kedatanganku.
"Maltilda, kamu sudah datang!" Ibu mertua menghampiriku dan memegang tanganku, "Aku tadi benar-benar ketakutan."
"Ibu, jangan khawatir. Dokter sedang menyelamatkannya, Ayah pasti akan baik-baik saja." Aku mencoba menenangkannya.
Ibu mertuaku ketakutan sampai memegang tanganku, "Untung saja ada kamu. Dasar Felix, belakangan ini kenapa sering pergi dinas?"
"Dia sibuk." jawabku dengan singkat. Sama sekali tidak ingin mempermasalahkan perselingkuhannya pada saat-saat seperti ini.
Kami sudah menunggu sangat lama di luar, lalu akhirnya pintu ruang operasi di buka. Ayahnya Felix Liu didorong keluar, kami bertiga datang mendekatinya, "Bagaimana keadaannya?"
"Dia mendapatkan pertolongan secara tepat waktu. Sekarang sudah terlepas dari masa kritis. Tapi dia harus menginap di rumah sakit selama beberapa hari untuk pengamatan." jawab dokter.
Aku, ibu mertua, dan adik iparku menghela napas lega. Setelah berterima kasih pada dokter, adik ipar dan ibu mertua ikut mengantar ayah mertua ke kamar pasien. Sedangkan aku pergi mengurus prosedur rawat inap ayah mertua. Aku bertabrakan dengan seseorang karena berjalan terlalu buru-buru. Orang itu dengan ligat mengulurkan tangan menarikku, sehingga aku tidak terjatuh.
"Maaf!" Aku langsung meminta maaf tanpa melihatnya.
"Tidak apa." Suara pria ini sangat merdu. Kenapa suara ini sangat familier? Aku mengangkat kepala melihatnya, yang terlihat adalah sebuah wajah yang sangat rupawan. Tak kusangka orang yang menarikku adalah Willy Gu.
"Kenapa kamu ada di sini?" Aku spontan bertanya.
"Kenapa kamu ada di sini?" Willy malah mengulangi pertanyaanku. Dia sama sekali tidak berubah, tetap suka mengusiliku. Inilah salah satu alasan yang mendasariku dalam memilih antara dia atau Felix Liu.
"Ayah mertuaku sakit, harus rawat inap." jawabku dengan singkat.
"Pacarku sakit." Dia juga menjawab dengan singkat. Tapi tangannya masih tetap memegangku.
"Willy!" Sebuah suara yang lembut terdengar. Aku melihat ke arah sumber suara, lalu terlihat seorang wanita cantik bertubuh tinggi sedang berdiri di loket pembayaran sambil melihat kami. Saat melihat tangan Willy Gu berada di pinggangku, raut wajah wanita itu terlihat buruk.
Aku merasa canggung dan membuat tangan Willy Gu melepaskanku. Tidak lama kemudian pacarnya yang tinggi datang kemari dan merangkul lengan Willy Gu untuk menyatakan kepemilikannya. Aku tentu saja tidak akan mencari masalah dengan terus berada di sini, makanya langsung melewati Willy Gu dan pergi.
Suara wanita itu terdengar dari belakang saat baru berjalan beberapa langkah, "Willy, wanita itu siapa?"
"Mantan pacar!" Jawaban Willy Gu hampir membuatku berbalik memakinya. Pria ini sungguh senang bercanda, kenapa aku tidak tahu bahwa aku pernah menjadi pacarnya?
"Ternyata mantan pacar." Pacarnya Willy Gu menambah penekanan saat mengatakan kata "mantan pacar". Kalau dulu, aku pasti akan berbalik dan bertengkar dengannya. Tapi sekarang aku tidak ada semangat untuk berbuat begitu, juga tidak punya waktu meladeninya.
Shella Xu melototiku, "Memangnya kamu sama sekali tidak pernah berpikir begitu? Shirley bisa membeli mobil, rumah, tas bermerek dan baju bermerek dengan gajinya yang hanya segitu, kamu tidak merasa ini aneh? Jangan-jangan kamu percaya pada omongannya kalau itu semua dibelikan oleh pacarnya? Kamu benar-benar bodoh."
Ucapan Shella Xu membuatku terbungkam dan tak mampu bicara untuk sesaat. Suasana menjadi sedikit murung. Tepat pada saat ini ponselku berdering, suara adik iparku terdengar saat mengangkat telepon, "Kakak Ipar, gawat! Penyakit ayahku kambuh!"
Ayah mertuaku mengidap penyakit jantung yang parah. Aku kaget, "Cepat telepon ambulans!"
"Sudah. Kakak Ipar, ponsel kakakku tidak bisa dihubungi, kamu bisa ke sini?"
"Kalian duluan ke rumah sakit dulu. Aku akan segera datang."
"Ada apa?" Shella Xu melihatku dengan khawatir.
"Penyakit ayah mertuaku kambuh. Aku harus ke rumah sakit." Aku mengambil tas dan berdiri.
"Pria sialan. Dia pergi bersenang-senang dan malah melemparkan masalah untukmu!" Shella Xu mengomel sambil mengejarku, "Dia saja tidak peduli, jadi untuk apa kamu memedulikan ayahnya?"
"Kalaupun dia jahat, aku tidak boleh menirunya. Aku pergi dulu." Shella Xu menghentakkan kaki saat melihat kepergianku.
Ketika tiba di rumah sakit, ayah mertua masih di ruang operasi menjalani pertolongan darurat. Ibu mertua dan adik ipar menunggu di luar dengan panik. Lalu merasa seperti ada sandaran saat melihat kedatanganku.
"Maltilda, kamu sudah datang!" Ibu mertua menghampiriku dan memegang tanganku, "Aku tadi benar-benar ketakutan."
"Ibu, jangan khawatir. Dokter sedang menyelamatkannya, Ayah pasti akan baik-baik saja." Aku mencoba menenangkannya.
Ibu mertuaku ketakutan sampai memegang tanganku, "Untung saja ada kamu. Dasar Felix, belakangan ini kenapa sering pergi dinas?"
"Dia sibuk." jawabku dengan singkat. Sama sekali tidak ingin mempermasalahkan perselingkuhannya pada saat-saat seperti ini.
Kami sudah menunggu sangat lama di luar, lalu akhirnya pintu ruang operasi di buka. Ayahnya Felix Liu didorong keluar, kami bertiga datang mendekatinya, "Bagaimana keadaannya?"
"Dia mendapatkan pertolongan secara tepat waktu. Sekarang sudah terlepas dari masa kritis. Tapi dia harus menginap di rumah sakit selama beberapa hari untuk pengamatan." jawab dokter.
Aku, ibu mertua, dan adik iparku menghela napas lega. Setelah berterima kasih pada dokter, adik ipar dan ibu mertua ikut mengantar ayah mertua ke kamar pasien. Sedangkan aku pergi mengurus prosedur rawat inap ayah mertua. Aku bertabrakan dengan seseorang karena berjalan terlalu buru-buru. Orang itu dengan ligat mengulurkan tangan menarikku, sehingga aku tidak terjatuh.
"Maaf!" Aku langsung meminta maaf tanpa melihatnya.
"Tidak apa." Suara pria ini sangat merdu. Kenapa suara ini sangat familier? Aku mengangkat kepala melihatnya, yang terlihat adalah sebuah wajah yang sangat rupawan. Tak kusangka orang yang menarikku adalah Willy Gu.
"Kenapa kamu ada di sini?" Aku spontan bertanya.
"Kenapa kamu ada di sini?" Willy malah mengulangi pertanyaanku. Dia sama sekali tidak berubah, tetap suka mengusiliku. Inilah salah satu alasan yang mendasariku dalam memilih antara dia atau Felix Liu.
"Ayah mertuaku sakit, harus rawat inap." jawabku dengan singkat.
"Pacarku sakit." Dia juga menjawab dengan singkat. Tapi tangannya masih tetap memegangku.
"Willy!" Sebuah suara yang lembut terdengar. Aku melihat ke arah sumber suara, lalu terlihat seorang wanita cantik bertubuh tinggi sedang berdiri di loket pembayaran sambil melihat kami. Saat melihat tangan Willy Gu berada di pinggangku, raut wajah wanita itu terlihat buruk.
Aku merasa canggung dan membuat tangan Willy Gu melepaskanku. Tidak lama kemudian pacarnya yang tinggi datang kemari dan merangkul lengan Willy Gu untuk menyatakan kepemilikannya. Aku tentu saja tidak akan mencari masalah dengan terus berada di sini, makanya langsung melewati Willy Gu dan pergi.
Suara wanita itu terdengar dari belakang saat baru berjalan beberapa langkah, "Willy, wanita itu siapa?"
"Mantan pacar!" Jawaban Willy Gu hampir membuatku berbalik memakinya. Pria ini sungguh senang bercanda, kenapa aku tidak tahu bahwa aku pernah menjadi pacarnya?
"Ternyata mantan pacar." Pacarnya Willy Gu menambah penekanan saat mengatakan kata "mantan pacar". Kalau dulu, aku pasti akan berbalik dan bertengkar dengannya. Tapi sekarang aku tidak ada semangat untuk berbuat begitu, juga tidak punya waktu meladeninya.
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved