Bab 2 Pesan Masuk
by Myra
10:01,Feb 22,2022
Saat Felix Liu pulang, Nina dan aku sedang bermain balok kayu di lantai ruang tamu. Saat melihat Felix Liu pulang, Nina langsung berlari menghampirinya, "Ayah, cium aku!"
Felix Liu menggendong Nina dan mencium pipinya. Lalu melihatku dengan senyuman, "Istriku, mana hadiahmu?"
"Tidak ada!" Aku menatapnya sinis.
Nina tertawa riang, "Ayah, aku mewakili Ibu menghadiahimu." Lalu Nina mengecup pipinya Felix Liu.
Felix Liu memancarkan ekspresi bahagia, "Putriku memang baik."
Saat melihat senyumannya yang tulus itu, keresahan hatiku mulai sirna. Mungkin saja Felix Liu tidak berbohong padaku. Bisa saja mobilnya dikemudikan oleh supirnya ke hotel karena alasan pribadi.
Suasana hatiku jadi lebih baik saat berpemikiran demikian. Setelah membuat putri tidur, kami balik ke kamar bersama-sama. Felix Liu pergi mandi, sedangkan aku bersandar di ranjang membaca majalah sambil menunggunya.
Ponselku berdering saat halaman pertama baru kubuka. Shella Xu yang meneleponku. Tapi baterai ponselku kebetulan habis saat mengangkat panggilan. Makanya aku mengambil ponsel Felix Liu yang diletakkan di rak samping ranjang untuk menelepon Shella Xu. Namun, ponselnya Felix Liu malah ada kunci layar.
Hatiku tertegun. Aku selama ini tidak pernah membuka ponselnya Felix Liu, juga tidak tertarik untuk mencari tahu hal pribadinya. Kenapa Felix Liu mengunci layar ponselnya? Apakah karena ada hal yang dirahasiakan dariku?
Hatiku mulai merasa resah. Juga sudah tidak berniat balik menelepon Shella Xu lagi.
Teman baikku ini sudah sering memperingatiku untuk terus mengawasi Felix Liu. Felix Liu sekarang sudah berjaya, merupakan mangsa incaran para wanita licik. Shella Xu menyuruhku memantaunya baik-baik, jangan sampai diterkam oleh wanita lain.
Aku sama sekali tidak percaya Felix Liu akan berselingkuh. Jadi tidak begitu memedulikan ucapan Shella Xu, tapi hari ini malah tidak begitu yakin lagi.
Mumpung Felix Liu masih mandi, aku mulai mencoba membuka kunci layar ponsel. Mencoba memasukkan tanggal lahir Felix Liu, tanggal lahirku, tanggal pernikahan kami, lalu terakhir kucoba memasukkan tanggal lahir Nina dan akhirnya berhasil terbuka.
Ponsel Felix Liu sangat bersih, tidak ada isi yang tidak-tidak. Ketegangan hatiku mulai berkurang. Mungkin saja aku salah kira. Felix Liu begitu mencintaiku dan Nina, aku seharusnya tidak meragukannya.
Tepat pada saat ini ponsel Felix Liu menerima sebuah pesan baru. Aku membaca pesan yang muncul di layar, "Aku hari ini sangat senang. Jangan lupa janji pertemuan besok jam 7 malam di Hyatt."
Maksud dari pesan ini tidaklah begitu jelas, tapi telah membuat keresahan hatiku bertambah kuat.
Aku meletakkan ponsel ke tempat semula, sama sekali tidak bersemangat membaca majalah lagi. Pikiranku penuh dengan pesan dari nomor asing itu. Hyatt adalah hotel termewah di kota ini. Felix Liu sebenarnya mau bertemu dengan siapa?
Teman? Atau klien? Saat aku sedang merenung, Felix Liu sudah selesai mandi.
Dia mengelap rambut sambil tersenyum dan berjalan ke arahku, "Istriku, aku besok mau pergi dinas di Kota Hai."
Aku tertegun, secara tanpa sadar bertanya, "Bukankah kamu baru saja pergi ke sana?"
"Ada sedikit masalah yang sedikit rumit muncul di perusahaan." jawab Felix Liu. Ekspresinya sangat tenang. Sama sekali tidak merasa panik.
Aku teringat dengan pesan tadi. Kenapa bisa begitu kebetulan. Jelas-jelas dia telah janjian bertemu dengan seseorang di Hotel Hyatt besok jam 7 malam, tapi kenapa malah bilang mau pergi dinas? Apakah ada rahasia di balik hal ini?
Malam ini aku terus berbolak-balik karena tidak bisa tertidur.
Felix Liu menggendong Nina dan mencium pipinya. Lalu melihatku dengan senyuman, "Istriku, mana hadiahmu?"
"Tidak ada!" Aku menatapnya sinis.
Nina tertawa riang, "Ayah, aku mewakili Ibu menghadiahimu." Lalu Nina mengecup pipinya Felix Liu.
Felix Liu memancarkan ekspresi bahagia, "Putriku memang baik."
Saat melihat senyumannya yang tulus itu, keresahan hatiku mulai sirna. Mungkin saja Felix Liu tidak berbohong padaku. Bisa saja mobilnya dikemudikan oleh supirnya ke hotel karena alasan pribadi.
Suasana hatiku jadi lebih baik saat berpemikiran demikian. Setelah membuat putri tidur, kami balik ke kamar bersama-sama. Felix Liu pergi mandi, sedangkan aku bersandar di ranjang membaca majalah sambil menunggunya.
Ponselku berdering saat halaman pertama baru kubuka. Shella Xu yang meneleponku. Tapi baterai ponselku kebetulan habis saat mengangkat panggilan. Makanya aku mengambil ponsel Felix Liu yang diletakkan di rak samping ranjang untuk menelepon Shella Xu. Namun, ponselnya Felix Liu malah ada kunci layar.
Hatiku tertegun. Aku selama ini tidak pernah membuka ponselnya Felix Liu, juga tidak tertarik untuk mencari tahu hal pribadinya. Kenapa Felix Liu mengunci layar ponselnya? Apakah karena ada hal yang dirahasiakan dariku?
Hatiku mulai merasa resah. Juga sudah tidak berniat balik menelepon Shella Xu lagi.
Teman baikku ini sudah sering memperingatiku untuk terus mengawasi Felix Liu. Felix Liu sekarang sudah berjaya, merupakan mangsa incaran para wanita licik. Shella Xu menyuruhku memantaunya baik-baik, jangan sampai diterkam oleh wanita lain.
Aku sama sekali tidak percaya Felix Liu akan berselingkuh. Jadi tidak begitu memedulikan ucapan Shella Xu, tapi hari ini malah tidak begitu yakin lagi.
Mumpung Felix Liu masih mandi, aku mulai mencoba membuka kunci layar ponsel. Mencoba memasukkan tanggal lahir Felix Liu, tanggal lahirku, tanggal pernikahan kami, lalu terakhir kucoba memasukkan tanggal lahir Nina dan akhirnya berhasil terbuka.
Ponsel Felix Liu sangat bersih, tidak ada isi yang tidak-tidak. Ketegangan hatiku mulai berkurang. Mungkin saja aku salah kira. Felix Liu begitu mencintaiku dan Nina, aku seharusnya tidak meragukannya.
Tepat pada saat ini ponsel Felix Liu menerima sebuah pesan baru. Aku membaca pesan yang muncul di layar, "Aku hari ini sangat senang. Jangan lupa janji pertemuan besok jam 7 malam di Hyatt."
Maksud dari pesan ini tidaklah begitu jelas, tapi telah membuat keresahan hatiku bertambah kuat.
Aku meletakkan ponsel ke tempat semula, sama sekali tidak bersemangat membaca majalah lagi. Pikiranku penuh dengan pesan dari nomor asing itu. Hyatt adalah hotel termewah di kota ini. Felix Liu sebenarnya mau bertemu dengan siapa?
Teman? Atau klien? Saat aku sedang merenung, Felix Liu sudah selesai mandi.
Dia mengelap rambut sambil tersenyum dan berjalan ke arahku, "Istriku, aku besok mau pergi dinas di Kota Hai."
Aku tertegun, secara tanpa sadar bertanya, "Bukankah kamu baru saja pergi ke sana?"
"Ada sedikit masalah yang sedikit rumit muncul di perusahaan." jawab Felix Liu. Ekspresinya sangat tenang. Sama sekali tidak merasa panik.
Aku teringat dengan pesan tadi. Kenapa bisa begitu kebetulan. Jelas-jelas dia telah janjian bertemu dengan seseorang di Hotel Hyatt besok jam 7 malam, tapi kenapa malah bilang mau pergi dinas? Apakah ada rahasia di balik hal ini?
Malam ini aku terus berbolak-balik karena tidak bisa tertidur.
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved