Bab 3 Lihat dengan Mata Kepala Sendiri
by Myra
10:01,Feb 25,2022
Felix Liu benar-benar pergi dinas atau pergi menemui orang di Hyatt? Aku seharian ini tidak fokus bekerja. Demi menghilangkan kebingunan dalam hati, aku memutuskan malam nanti pergi berjaga di depan pintu Hotel Hyatt. Kalau Felix Liu benar-benar pergi menemui seseorang pada jam 7, aku pasti akan menemukannya.
Sepulang kerja aku mengantar Nina ke tempat neneknya, lalu pergi ke Hotel Hyatt.
Setibanya di Hotel Hyatt, waktu sudah pukul 7 malam. Aku membayar seseorang membantuku memilihkan posisi parkir yang paling bagus untuk mengamati situasi. Lalu berdiam di mobil dan terus mengamati pintu hotel.
Lampu-lampu menyala, mobil-mobil berlalu lintas. Pemandangan malam di kota sangat memikat, tapi aku malah tidak bersemangat untuk menikmati keindahan pemandangan malam.
Hatiku terus merasa resah, bahkan sedikit ketakutan. Suasana hati yang seperti ini baru pertama kalinya kualami.
Waktu di tengah penantian terasa teramat panjang. Setiap menit dan detik terasa menyesakkan. Sesaat kemudian, akhirnya aku melihat sebuah mobil Porsche Cayenne yang tidak asing datang mendekat.
Orang yang memiliki mobil Porsche Cayenne di kota ini sangat banyak. Aku kira aku salah lihat, tapi kenyataan tak bisa kubantah lagi saat tatapan mata tertuju pada plat nomor kendaraan.
Plat nomor kendaraan mobil itu adalah tanggal lahirku. Aku tahu di kota ini ada banyak orang yang tanggal lahirnya sama denganku, tapi mobil dengan plat nomor kendaraan ini yang kuketahui hanya ada satu.
Felix Liu benar-benar membohongiku! Lelucon macam apa ini?!
Padahal setengah jam yang lalu Felix Liu masih sempat berteleponan denganku. Dia bilang dia akan segera tiba di Kota Hai, sedang dalam perjalanan untuk pergi makan. Dia bilang dia mencintaiku, berpesan padaku untuk menjaga Nina dengan baik. Dia akan membawakan kejutan saat dia pulang nanti.
Aku rasa kejutan yang akan diberikan Felix Liu saat dia pulang nanti tidak akan sebanding dengan kejutan yang diberikannya sekarang.
Seorang pria yang seharusnya sedang dinas di luar kota malah muncul di depan pintu hotel. Orang bodoh pun tahu hal ini sangat tidak wajar.
Aku terus menatap mobil itu. Pintu mobil terbuka. Felix Liu yang mengenakan setelan jas biru dongker turun dari mobil dengan penuh karisma. Aku mampu merasakan sepasang tatapan mata yang sangat ramah terhadapnya dari seorang pelayan penyambut yang tidak begitu jauh darinya.
Felix Liu tidak langsung masuk ke hotel. Melainkan ke sisi mobil lain. Dengan mata kepalaku sendiri melihat dia membukakan pintu mobil dengan penuh perhatian, meletakkan tangannya di langit-langit mobil, lalu menggandeng seorang wanita keluar dari mobil dengan hati-hati.
Wanita itu mententeng tas Chanel keluaran terbaru. Begitu arogan bagaikan seekor merak.
Aku tertegun saat melihat wajah si merak itu. Pikiranku mulai kacau.
Sama sekali tidak pernah kuduga merak yang digandeng keluar oleh Felix Liu ternyata adalah orang yang kukenal. Tidak hanya kenal, bahkan sangat akrab.
Aku teringat dengan pesan masuk di ponsel Felix Liu yang dikirimkan oleh nomor asing itu, "Aku hari ini sangat senang. Jangan lupa janji pertemuan besok jam 7 malam di Hyatt." Pesan ini dari Shirley Hao?
Dilihat dari isi pesan, hubungan mereka tidaklah sederhana.
Aku tidak berani percaya. Sejak Shirley Hao hamil, aku sering membantunya. Sering berpesan untuk menjaga kesehatannya dengan baik, bahkan sering membawanya pergi makan makanan mewah saat dia sedang tidak berselera makan.
Aku tidak berani menyebut teman seperti ini adalah teman terbaik, tapi ini sudah termasuk cukup baik.
Aku sedikit pun tidak merasa bersalah terhadap Shirley Hao. Makanya tidak mengerti kenapa Felix Liu tega membohongiku. Sebuah pikiran yang tidak begitu jelas terbesit, tapi malah sangat mematikan. Jangan-jangan Felix Liu dan Shirley Hao pernah berhubungan?
Aku menggelengkan kepala. Tidak mungkin. Shirley Hao adalah temanku. Dia bahkan bersedia hamil di luar nikah demi pacarnya. Seorang wanita melakukan semua ini pasti karena sangat mencintai pria itu. Jadi hubungan antara Shirley Hao dan Felix Liu pasti bukanlah seperti apa yang kubayangkan. Mungkin saja Shirley Hao sedang menghadapi kesulitan dan ingin memohon bantuannya Felix Liu.
Di saat aku sedang berusaha menghilangkan keraguan terhadap mereka, tiba-tiba aku melihat adegan yang sangat mengejutkanku.
Entah apa yang telah dikatakan oleh Shirley Hao, lalu suamiku yang tampan itu malah menunduk dan mengecup Shirley Hao. Ciuman yang terang-terangan ini seketika membuat mataku silau.
Kenapa Tuhan membuatku melihat adegan ini? Aku tak kuasa menahan makian sambil memejamkan mata menahan rasa sakit. Dunia ini keterlaluan sekali. Sungguh keterlaluan.
Sepulang kerja aku mengantar Nina ke tempat neneknya, lalu pergi ke Hotel Hyatt.
Setibanya di Hotel Hyatt, waktu sudah pukul 7 malam. Aku membayar seseorang membantuku memilihkan posisi parkir yang paling bagus untuk mengamati situasi. Lalu berdiam di mobil dan terus mengamati pintu hotel.
Lampu-lampu menyala, mobil-mobil berlalu lintas. Pemandangan malam di kota sangat memikat, tapi aku malah tidak bersemangat untuk menikmati keindahan pemandangan malam.
Hatiku terus merasa resah, bahkan sedikit ketakutan. Suasana hati yang seperti ini baru pertama kalinya kualami.
Waktu di tengah penantian terasa teramat panjang. Setiap menit dan detik terasa menyesakkan. Sesaat kemudian, akhirnya aku melihat sebuah mobil Porsche Cayenne yang tidak asing datang mendekat.
Orang yang memiliki mobil Porsche Cayenne di kota ini sangat banyak. Aku kira aku salah lihat, tapi kenyataan tak bisa kubantah lagi saat tatapan mata tertuju pada plat nomor kendaraan.
Plat nomor kendaraan mobil itu adalah tanggal lahirku. Aku tahu di kota ini ada banyak orang yang tanggal lahirnya sama denganku, tapi mobil dengan plat nomor kendaraan ini yang kuketahui hanya ada satu.
Felix Liu benar-benar membohongiku! Lelucon macam apa ini?!
Padahal setengah jam yang lalu Felix Liu masih sempat berteleponan denganku. Dia bilang dia akan segera tiba di Kota Hai, sedang dalam perjalanan untuk pergi makan. Dia bilang dia mencintaiku, berpesan padaku untuk menjaga Nina dengan baik. Dia akan membawakan kejutan saat dia pulang nanti.
Aku rasa kejutan yang akan diberikan Felix Liu saat dia pulang nanti tidak akan sebanding dengan kejutan yang diberikannya sekarang.
Seorang pria yang seharusnya sedang dinas di luar kota malah muncul di depan pintu hotel. Orang bodoh pun tahu hal ini sangat tidak wajar.
Aku terus menatap mobil itu. Pintu mobil terbuka. Felix Liu yang mengenakan setelan jas biru dongker turun dari mobil dengan penuh karisma. Aku mampu merasakan sepasang tatapan mata yang sangat ramah terhadapnya dari seorang pelayan penyambut yang tidak begitu jauh darinya.
Felix Liu tidak langsung masuk ke hotel. Melainkan ke sisi mobil lain. Dengan mata kepalaku sendiri melihat dia membukakan pintu mobil dengan penuh perhatian, meletakkan tangannya di langit-langit mobil, lalu menggandeng seorang wanita keluar dari mobil dengan hati-hati.
Wanita itu mententeng tas Chanel keluaran terbaru. Begitu arogan bagaikan seekor merak.
Aku tertegun saat melihat wajah si merak itu. Pikiranku mulai kacau.
Sama sekali tidak pernah kuduga merak yang digandeng keluar oleh Felix Liu ternyata adalah orang yang kukenal. Tidak hanya kenal, bahkan sangat akrab.
Aku teringat dengan pesan masuk di ponsel Felix Liu yang dikirimkan oleh nomor asing itu, "Aku hari ini sangat senang. Jangan lupa janji pertemuan besok jam 7 malam di Hyatt." Pesan ini dari Shirley Hao?
Dilihat dari isi pesan, hubungan mereka tidaklah sederhana.
Aku tidak berani percaya. Sejak Shirley Hao hamil, aku sering membantunya. Sering berpesan untuk menjaga kesehatannya dengan baik, bahkan sering membawanya pergi makan makanan mewah saat dia sedang tidak berselera makan.
Aku tidak berani menyebut teman seperti ini adalah teman terbaik, tapi ini sudah termasuk cukup baik.
Aku sedikit pun tidak merasa bersalah terhadap Shirley Hao. Makanya tidak mengerti kenapa Felix Liu tega membohongiku. Sebuah pikiran yang tidak begitu jelas terbesit, tapi malah sangat mematikan. Jangan-jangan Felix Liu dan Shirley Hao pernah berhubungan?
Aku menggelengkan kepala. Tidak mungkin. Shirley Hao adalah temanku. Dia bahkan bersedia hamil di luar nikah demi pacarnya. Seorang wanita melakukan semua ini pasti karena sangat mencintai pria itu. Jadi hubungan antara Shirley Hao dan Felix Liu pasti bukanlah seperti apa yang kubayangkan. Mungkin saja Shirley Hao sedang menghadapi kesulitan dan ingin memohon bantuannya Felix Liu.
Di saat aku sedang berusaha menghilangkan keraguan terhadap mereka, tiba-tiba aku melihat adegan yang sangat mengejutkanku.
Entah apa yang telah dikatakan oleh Shirley Hao, lalu suamiku yang tampan itu malah menunduk dan mengecup Shirley Hao. Ciuman yang terang-terangan ini seketika membuat mataku silau.
Kenapa Tuhan membuatku melihat adegan ini? Aku tak kuasa menahan makian sambil memejamkan mata menahan rasa sakit. Dunia ini keterlaluan sekali. Sungguh keterlaluan.
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved