Bab 12 Aku Punya Hak Menyukai Orang Lain

by Mia Chelsey 18:48,Feb 18,2020
"Kamu buru-buru meminta aku pulang, hanya karena mau menanyakan masalah yang membosankan ini?" Amelia tersadar, mengusir pergi obsesinya saat itu.

Steven tidak menghiraukan Amelia yang sengaja bersikap dingin, tetap menatap matanya, mencari jawaban yang dia inginkan.

"Sengaja bersalaman dengan Stefanus didepanku, apa ingin menantangku, membuat aku cemburu padamu?"

Amelia hanya ingin membuatnya lebih marah, hanya ingin membalas dendam.

Bola mata Amelia berputar, tersenyum sinis.

"Kalau begini tujuanku sudah tercapai, kamu cemburu!"

"Kamu......"

Steven dari dulu kenapa tidak menyadari Amelia begitu pandai bicara, setiap ucapannya membuat Steven terlihat memalukan.

Suasana hati yang awalnya tenang dibuat kacau kembali olehnya, pusing dan marah.

Kembali menekan dagu Amelia, berkata padanya sepatah demi sepatah: "Kamu berkhayal"

"Aku berkhayal, bagaimana kamu menjelaskan kenyataan kalau kamu panik dan bergegas datang kemari? Mau mengatakan kalau aku milikmu?" Amelia menghiraukan rasa sakit dari dagunya, tanpa takut berhadapan dengannya.

"......"

Suasana hati Steven kembali buruk, lama baru membaik.

Tertawa dengan jahat dan berkata: "Tidak salah, aku memang datang untuk mengatakan kalau kamu milikku. Kamu adalah wanita yang pernah aku miliki, jangan tidak tahu malu masih ingin berhubungan dengan adikku."

Hati Amelia kembali tersayat, menyesal akan ingatannya yang hilang.

Didalam hati Steven, Amelia begitu buruk, tidak bernilai. Air matanya kembali memenuhi matanya, tapi dia tidak ingin membiarkan dirinya terlihat lemah di hadapannya. Tidak menjawab perkataannya, memejamkan mata, menunggu Steven memberi hukuman padanya.

Amelia tiba-tiba diam, kepandaian berbicara barusan sudah menghilang, seperti bola yang kehabisan udara.

Ada air mata di sudut matanya, dia ingin menahan agar tidak menetes keluar.

"Kenapa sedih? Bukankah ini hal yang seharusnya kamu lakukan?" Di dalam hati sebenarnya ingin menenangkannya, begitu membuka mulut malah keluar ucapan yang dingin dan keras.

"Kamu kira dengan kamu seperti ini aku akan melepaskan kamu?" Kamu kira aku tidak merelakan kamu? Berdasarkan apa?

"Aku tidak mengira seperti itu, kamu dari dulu tidak pernah bersikap lembut padaku. Tidak perduli aku senang atau tidak, sama sekali tidak berani memohon kamu untuk dapat mempedulikan perasaanku sebentar." Sikap dingin Steven membuat dia mengeluarkan isi hatinya.

Perasaanya? Hati Steven seperti dihantam sesuatu, sakit.

Steven melepaskan Amelia, tidak berkata apa-apa lagi, turun dari ranjang, mengambil dan memakai kembali pakaian dan celana yang berserakan diatas lantai.

Ucapan Amelia barusan membuat dia tidak mau lagi? Ini menjelaskan sedikit banyak Steven masih mempedulikan dia, benarkah?

Tapi Amelia tiba-tiba menyadari, dia lebih bersedia Steven tidak peduli, jahat dan kejam padanya, dengan begini dia baru bisa pergi. Dia tidak mau ada sedikitpun rasa tidak rela saat pergi, Steven itu suami dari sahabat baiknya, dia tidak seharusnya berhubungan dengan Steven.

Steven baru mau pergi, mendengar telepon Amelia yang ada diatas ranjang berdering, ada pesan masuk.

"Stefanus?" Steven bertanya, naik ranjang, mendahului Amelia mengambil teleponnya.

"Kamu tidak punya hak melihat teleponku!" Amelia berteriak.

"Kalau ada hubungan dengan adikku, aku punya hak!"

Amelia merebut, tapi tidak bisa merebut darinya, Steven dengan cepat membuka pesan itu, tapi bukan Stefanus.

"Amel, Stefanus menanyakan nomor teleponmu, aku berikan padanya atau tidak?" Laura yang mengirim pesan itu.

"Kembalikan!" Amelia berkata dengan panik, takut ada pesan dari Kak Harry dan dilihat Steven.

"Aku kembalikan setelah aku selesai membalas pesan ini!"

Steven bersikeras, Amelia juga tidak peduli dirinya masih telanjang, satu tangan menghalangi dia merebut telepon.

Tidak tahu bagaimana Steven melakukannya, sama sekali tidak mendapat pengaruh dari Amelia, satu tangan menahan Amelia, satu tangan lagi dengan cepat mengetik keyboard membalas pesan.

Melihat pesan itu terkirim, Steven tersenyum puas.

"Ini aku kembalikan!"

Amelia dengan penuh kebencian mengambil kembali telepon dari tangannya, membuka pesan terbaru yang ada di kotak pesan terkirim.

"Bantu aku beritahu Stefanus kalau aku sudah punya pacar, minta dia jangan mengganggu aku lagi, aku sangat tidak suka."

"Kenapa kamu begitu sok pintar?" Dia mengangkat kepalanya dan melihat dia yang tinggi besar, bertanya dengan emosi.

"Apa kamu kira dengan begini bisa menghalangi aku berpacaran dengan Stefanus?"

"Kamu bilang apa? Ulangi lagi perkataanmu!" Dia bukan tidak ada penyesalan setelah menggantikannya membalas pesan dengan ceroboh dan tidak mempedulikan perasaannya.

Tapi ucapan Amelia membuat penyesalannya tiba-tiba menghilang, kembali melakukan gerakan yang biasa dia lakukan, menekan dagunya, menatap dia.

Kalau Amelia masih berani mengatakannya lagi, lihat Steven pasti akan merobek dirinya.

Steven benar-benar marah, pandangannya dingin dan menakutkan, emosi yang Amelia belum pernah melihat sebelumnya.

Menyadari dirinya takut pada Steven, dalam hati Amelia diam-diam memberanikan diri, tidak boleh menjadi orang yang tidak berguna seperti ini, tidak boleh membuat Steven merendahkan dirinya.

Mengangkat wajah kecilnya, dengan rasa tidak takut berkata berhadapan dengan kedua mata Steven yang dingin: "Aku pernah mengatakan, kamu tidak berhak mengurusi hatiku, aku punya hak menyukai Stefanus, berpacaran dengannya."

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

140