Bab 3 Keren

by Mia Chelsey 18:45,Feb 18,2020
"Iya!" Yanti menjawab dan menganggukkan kepala, Steven kembali membuka kancing lengan sebelah kiri, menunjukkan kembali lengan sebelah kiri.

Wajah Yanti memerah, sudah tidak tahu masih bisa berbohong apa lagi.

"Aku percaya para tamu undangan disini juga tahu, dari awal perempuan ini datang hanya untuk menghancurkan pernikahan kami. Muncul gangguan seperti ini, saya meminta maaf kepada semua tamu undangan. Tentu saja, saya juga minta maaf kepada istriku, Laura. Laura, tolong kamu percaya padaku, cintaku tulus padamu. Tidak peduli siapapun, tidak bisa menghancurkan pernikahan indah kita, karena kita sudah ditakdirkan untuk saling mencintai selamanya." Dengan perasaan mendalam dia menyatakan di depan seluruh undangan kemudian memberikan pelukan hangat kepada mempelai wanita diikuti dengan suara tepuk tangan yang meriah dari tamu undangan.

Saat mereka saling berpelukan, Amelia merasa pandangan Steven mengarah ke dia lagi, terlihat ada kemarahan di matanya.

Suasana kembali seperti semula, baru saja mendapat tepuk tangan yang meriah dari seluruh tamu undangan, lama sekali belum berhenti, ayah Steven tersenyum sambil mengangguk-anggukkan kepala.

Awalnya Amelia mengira dengan mengutus seorang perempuan datang mengacau, Laura pasti tidak akan memaafkan pasangannya yang menjalin hubungan dengan orang lain, akan langsung memberikan tamparan kepada Steven di tempat. Tidak disangka dia begitu tenang, tenang sampai membuat orang ketakutan, sama sekali tidak ada ekspresi di wajahnya.

Sekarang dia hanya ingin lari, tapi di telinganya terdengar Stefanus sedang berbicara: "Halo, gadis cantik, kamu kenapa tidak tepuk tangan, kakakku barusan keren sekali kan?"

Dia melirik ke arahnya, menjawab dalam hati, keren kepalamu, rencananya gagal total, tidak berhasil menyelamatkan sahabat baiknya.

Ayah Steven memberi tanda kepada satpam, kemudian satpam membawa perempuan hamil itu mencari tempat minum teh, prosesi pernikahan kembali dilanjutkan.

Prosesi selesai, Amelia belum makan sama sekali bergegas meninggalkan tempat.

Stefanus hari ini bertemu dia yang tidak mempedulikannya, terus memperhatikan setiap gerak geriknya, melihat dia meninggalkan ruang acara, Stefanus ikut keluar.

"Gadis cantik, kamu pergi kemana, aku antar kamu!" Mobil sportnya, masih baru, dia dapatkan dari kakaknya, sangat keren sekali, dia gunakan untuk menggoda perempuan. Sampai saat ini, belum pernah ada perempuan yang menolak dia.

"Pacarku akan datang menjemput, terima kasih."

"Baiklah kalau begitu, kapan kalau ingin ganti pacar, bisa pertimbangkan aku, orang-orang mengatakan aku ini tampan dan kaya." Stefanus berkata dengan arogan.

Amelia bahkan tidak melirik dia sama sekali, memberhentikan sebuah taksi kemudian pergi.

Stefanus melihat taksi yang dia naiki sudah pergi, berpikir dalam hati, perempuan ini sama sekali tidak tertarik dengan wajah tampan dan statusnya, menarik sekali, dia suka perempuan yang seperti itu, lihat saja nanti, tidak lama kita akan bertemu kembali.

Amelia kembali ke apartemen yang Steven sediakan untuknya, letaknya di pusat kota. Dia ingin mandi dulu, ingin membersihkan jejak yang ditinggalkan lelaki memalukan itu.

Dia terus menerus menggosok kulitnya berulang-ulang kali, sampai merah, hatinya terasa begitu sakit.

"Amelia, kamu sedih sama sekali bukan karena kamu mencintai dia, tapi karena dia mempermalukanmu." Dia berkata kepada dirinya sendiri.

Kak Harry pernah berkata: "Kamu ingin membuat Steven mencintaimu, kamu harus mencintai dia. Kalau kamu tidak mencintai dia, kamu bisa berpura-pura mencintai dia, kemudian kamu bisa benar-benar mencintai dia. Sampai pada saat itu, dia bisa merasakan kesungguhan cintamu, dia juga bisa mencintaimu."

Saat itu dia yang polos masih berumur 20 puluh tahun, menjadikan kata-kata Kak Harry ini sebagai motto, dia mengira dia sudah menjadi kekasih Steven, jadi harus mencari cara membuat Steven mencintai dia, bersama selamanya.

Steven menyelamatkan ayahnya, sudah seharusnya dia berterima kasih, sudah seharusnya membalas kebaikan Steven dengan memberikan hatinya.

Oleh karena itu dia berusaha membuat dirinya melupakan Jefferson, melupakan perasaan yang mendalam itu, berusaha menerima Steven, sungguh-sungguh mengingat apa yang disukai dan tidak disukai Steven, fokus hanya kepada Steven saja.

Awalnya dia mengira sedikit banyak Steven bisa mencintai dia, kalau tidak kenapa begitu sangat menginginkan tubuhnya?

Saat dia melihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana dia begitu melindungi Laura, dia baru tahu perbuatan dan pemikirannya begitu kekanak-kanakan.

Dia terbangun, mulai hari ini dan seterusnya tidak akan lagi hidup dalam angan-angan, dia akan menyingkirkan Steven dari hatinya.

92 hari, masih ada 92 hari, perjanjian akan berakhir…… Dia ingin menggunakan waktu tiga bulan ini untuk mengembalikan rasa percaya dirinya, kembali ke dunia kerja.

Hari ini Steven menikah, pasti tidak akan mempedulikan apa yang sedang dia lakukan, dengan bebas dia pergi jalan-jalan ke toko buku, membeli beberapa buku.

Menghabiskan waktu satu malam dengan membaca buku, suasana hatinya membaik,

Tengah malam pukul setengah sebelas, dia pergi mandi, mengeringkan rambut, menarik selimut dan tidur.

Sudah hampir dua tahun, ini pertama kalinya dia melewati malam tanpa rasa khawatir, dia ingin melewatkan malam ini dengan tidur yang nyenyak.

Dalam keadaan setengah sadar, Amelia merasa ada sesuatu yang membuat telinganya gatal. Dia menjulurkan tangan ingin memukul, tapi kemudian tangan kecilnya dipegang oleh sebuah tangan yang besar.

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

140