Bab 2 Hamil Anaknya

by Mia Chelsey 18:45,Feb 18,2020
"Apakah kamu puas?" Suara Steven, bertanya pelan.

"Perkataan ini seharusnya aku yang bertanya padamu, cuma kamu yang pantas untuk puas, aku tidak." Amelia menjawab dengan dingin, membalikkan badan, menatap dia dengan tatapan dingin, kemeja Steven ada bekas tumpahan anggur, berwarna merah.

Steven sambil merapikan bajunya, sambil tersenyum sinis.

“Bagus sekali kalau kamu tahu."

"Diantara kita sudah boleh selesai?" Amelia tidak ingin terus berurusan dengannya, dari dulu rasa terima kasihnya terhadap Steven, sudah sirna dan berganti menjadi benci.

"Masih ada 92 hari."

Dia masih ingat dengan sangat jelas, sekarang sudah tinggal hitungan hari, bukan lagi tahun atau bulan.

"Sekarang, tetap hadir di acara pernikahanku."

Selesai berbicara, membuka pintu toilet dan keluar.

Amelia dengan tidak bertenaga jongkok, menenangkan diri sebentar, mengumpulkan tenaga bangkit berdiri, merapikan pakaiannya kembali ke ruang acara.

Kembali duduk di tempatnya melihat ke arah depan, Steven sudah kembali, berganti kemeja, melanjutkan acara bersulang anggur.

"Hai, gadis cantik, perkenalkan, namaku Stefanus Qiao, nama kamu siapa?" Tidak tahu sejak kapan putra ketiga keluarga Qiao duduk di samping dia, mengajak bicara dia.

Stefanus terkenal sebagai seorang yang playboy, kata orang bahkan gadis yang sedikit cantik juga digoda Stefanus.

"Sstt!" Amelia membuat gerakan tanpa suara, dan menunjuk ke depan.

"Kamu bersedia menjadikan Laura sebagai istri……"

"Steven! Kamu laki-laki yang tidak setia, keluar kamu!" Dari luar terdengar suara teriakan seorang perempuan, menghentikan ucapan pendeta.

Hati Amelia tegang tapi kemudian dia melihat secercah harapan, orang yang diutus Kak Harry sudah datang.

Pandangan semua tamu undangan tertuju pada Steven, tiba-tiba seluruh ruangan menjadi hening, hening sampai kalau menjatuhkan sebuah jarum bisa terdengar suaranya.

"Tuan Steven, maaf, kami tidak bisa menahan perempuan itu, dia sedang hamil, kami takut melukai dia." Beberapa orang satpam berkeringat lari masuk ke dalam, menjelaskan kepada Steven.

"Biarkan dia masuk!" Steven berkata dengan datar.

Kalimat yang diucapkan Steven tiba-tiba membuat suasana menjadi ramai.

Para tamu undangan saling berbisik satu sama lain, laki-laki gentleman ini ternyata seorang playboy.

Raut wajah beberapa orang tetua keluarga sangat tidak bagus, untuk menjaga image, mereka tidak berani berkata apa-apa.

Seorang perempuan dengan perut yang besar diantar oleh dua orang satpam masuk kedalam ruang acara, menunjuk ke arah hidung Steven, memaki dan berkata: "Steven, bukankah kamu mengatakan kalau aku hamil anakmu, kamu akan menikahi aku? Sekarang kamu meninggalkan aku dan menikahi orang lain? Kalau kamu tidak segera membatalkan pernikahanmu, aku akan mati di depanmu sekarang juga!"

Steven tidak pernah bertemu dengan perempuan ini, dia tidak pernah melakukannya, ada perempuan yang sekarang datang mencarinya, dia tahu ada orang yang sengaja membuat kekacauan.

Kalimat yang diucapkan perempuan hamil itu sangat tajam, saat ini suasananya sangat berisik, tamu undangan sedang membicarakan mereka.

Steven melihat perempuan hamil ini, kemudian dia melihat tamu undangan yang ada disana, pandangannya berhenti beberapa detik di Amelia.

Tangan Amelia tanpa disadari memegang gelas, dia berpikir, seharusnya Steven tidak akan menebak dia yang merencanakan semua ini.

Dia tidak menjawab, dia tetap tenang dan akhirnya membuat para tamu undangan menjadi hening kembali.

Laura yang berada di samping juga terlihat tenang, masih terlihat dia tersenyum, seakan yang muncul bukan musuh dia.

"Nama kamu siapa?" Steven bertanya pada perempuan hamil itu.

"Jangan bilang kamu berencana tidak mau mengaku? Bahkan namaku siapa kamu sengaja tidak tahu? Aku Yanti!"

"Yanti……" Steven menyebut nama ini, membuat orang tidak bisa menebak apa maksud Steven.

"Aku sudah menjalin hubungan denganmu berapa lama?" Steven bertanya kembali.

"Dua tahun." Jawaban ini sudah disiapkan sebelumnya, jadi dia bisa menjawab dengan lancar.

"Sepertinya kita sangat akrab?"

"Tentu saja, bahkan sampai sudah ada anak, masih bisa tidak akrab?" Ada orang yang mulai tertawa dengan suara pelan.

"Akrab sekali ya! Kalau begitu kamu beritahu ke semua tamu undangan disini, aku punya tanda lahir sebesar koin, di lengan sebelah kiri atau kanan."

"Ehm……" Ini tidak ada di hafalan, bagaimana dia menjawabnya? Setiap pertanyaan Steven membuat dia sangat ketakutan, kalau bukan karena hadiah yang dijanjikan, saat ini juga dia ingin lari.

Yanti merasa dirinya mulai berkeringat, menarik nafas dalam-dalam berusaha tenang, menggertakkan gigi, dan mengucapkan dua kata: "tangan kanan!"

Steven menjulurkan tangan kiri membuka kancing lengan sebelah kanan, menggulung kemeja, dan menunjukkan kepada semua tamu undangan.

"Para tamu undangan, lengan kanan ku ada tanda lahirkah?"

"Aku…… Aku salah ingat, ehm…… lengan kiri." Yanti sudah mengerti maksud Steven, tidak bisa seperti ini, oleh karena itu dia segera menimpali.

"Kali ini sudah yakin?"

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

140