Bab 1 Pernikahan Mereka

by Mia Chelsey 18:45,Feb 18,2020
Sampai pada saat itu Amelia baru tahu, mempelai pria yang dinikahi sahabat baiknya adalah dia, laki-laki yang tadi malam tidak bisa mengontrol diri terhadap dia.

Dia suka makan steak, di pahanya ada tanda lahir, kalau dia sedang berpikir sesuatu alisnya naik.

Amelia mengira dirinya sangat mengenal dia, tapi pernikahan dia, Amelia justru orang terakhir yang mengetahuinya.

Ada rasa sakit di lubuk hatinya yang paling dalam, tanpa disadari dia menggenggam erat kedua tangannya, berusaha untuk tersenyum, berkata pelan kepada sahabat baiknya, Laura: "Laura, selamat ya!"

"Sahabat baikku, Amelia! Laura memperkenalkan.

Steven melihat Amelia dengan pandangan yang datar, ekspresinya tenang, seperti seolah sama sekali tidak pernah bertemu dengannya.

"Halo! Amelia!" Dia menyapa dengan sopan, menjulurkan tangannya, bersalaman dengan Amelia.

Mungkin cuaca di bulan Juni terlalu panas, tangan Amelia sedikit berkeringat, hanya menempel sebentar, dia segera menarik kembali tangannya.

Amelia tidak berani melihat matanya, takut kalau sampai ketahuan oleh Laura kalau dirinya dengan Steven ada hubungan yang tak biasa.

Amelia khawatir berlebihan, Steven seorang yang sangat berbeda, tentu saja tidak akan membiarkan hubungan mereka diketahui karena dia tidak ingin membuat istri yang dicintainya sedih.

Ada sehelai rambut di wajah Laura, Steven melihat Laura dari samping, wajah mungilnya terlihat sangat cantik, dengan perlahan membantu dia menyingkirkan. Seolah wajahnya adalah kristal yang mudah pecah, gerakan Steven sangat berhati-hati.

Hati Amelia seperti tertusuk, Steven sama sekali belum pernah selembut ini padanya. Amelia selalu merasa kalau Steven adalah seorang yang dingin, ternyata bukan, hanya saja dia tidak pantas untuk mendapatkan kelembutan Steven.

Pikirannya melayang kemana-mana, Amelia seperti boneka yang diarahkan untuk duduk di salah satu tempat duduk.

Pernikahan megah anak tertua dari keluarga Qiao, pasti sangat ramai sekali, suami Laura bisa diam-diam mempertahankan hubungan dengan orang lain, sama sekali bukan orang yang pantas untuk dijadikan pendamping hidup.

Amelia sangat mengkhawatirkan Laura, tapi juga tidak bisa memberitahukan ini semua kepadanya, lalu bagaimana?

Ada cara!

Dia segera mengirim pesan ke Kak Harry, di dalam hati dia terus berdoa, harus terburu waktunya.

Selesai semua ini, lagu pertanda dimulai acara terdengar, semua tamu undangan bangkit berdiri, bersama menyambut kedua mempelai.

Ayah mempelai wanita berjalan masuk dengan menggandeng mempelai wanita, sampai di depan, menyerahkan mempelai wanita kepada mempelai pria, Steven, terdengar tepuk tangan yang sangat meriah.

Amelia terus merasa Steven sedang mencari keberadaannya diantara kerumunan orang.

Mungkin hanya perasaan dia saja, saat dia sedang melihat Steven, Steven sedang dengan perasaan mendalam memandang Laura, istrinya.

Acara pernikahan masih sedang dilangsungkan, kedua mempelai sudah akan saling bersulang anggur, tanda pernikahan sudah sah, orang bayaran itu dimana, kenapa masih belum muncul?

Dia sudah tidak bisa lagi melihat senyum palsu Steven, dia berdiri membalikkan badan dan meninggalkan ruang acara.

Di dalam toilet, dia menekan tombol keyboard telepon genggamnya mau menelepon Kak Harry, punggungnya tiba-tiba merasakan kehangatan, ternyata ada seorang pria yang memeluk erat dirinya.

Amelia sangat terkejut, baru saja mau berteriak, mulutnya ditutup oleh sebuah tangan yang hangat. Aroma ini dia merasa sangat familiar, kalau bukan Steven siapa lagi?

Dia bukannya akan bersulang anggur? Kenapa bisa muncul disini? Apa jangan-jangan demi aku dia meninggalkan pernikahannya hari ini?

"Aku mau kamu, sekarang!" Dia berbicara di telinga Amelia, berbicara tanpa keraguan, angan-angannya tiba-tiba dihancurkan oleh kenyataan pada waktu itu.

Tanpa disadari alisnya mengkerut, menoleh melihat Steven, Amelia ingin bertanya padanya: Kamu gila ya?

Steven malah sama sekali tidak peduli apa yang Amelia ingin katakan padanya, tangannya yang besar memeluk erat pinggang Amelia, berjalan beberapa langkah mendorong dia masuk ke dalam bilik toilet, dengan satu tangan mengunci pintu.

"Aku tidak mau!" Amelia menggeram, pertama kalinya mengatakan tiga kata ini padanya.

Paling tidak saat ini, Steven adalah suami sahabat baiknya, dia tidak bisa menjadi orang ketiga.

Kalau seperti itu dia bisa merendahkan dirinya sendiri, harga dirinya juga akan hilang.

"Kamu tidak bisa melawan!" Dia berkata sekali lagi di telinganya.

Iya, dia tidak bisa melawan, kalau tidak dia tidak bisa menanggung akibatnya.

"Aku mohon! Lepaskan aku! Dia sahabat baikku, bukan demi kamu, tapi kamu pikirkan dia, oke?" Amelia memohon dengan suara pelan, air mata sudah mau jatuh dari matanya.

Steven boleh tidak mencintai dia, tapi dia tidak boleh seperti ini mempermalukan dia, mempermalukan pernikahan yang sakral.

Steven seperti tidak mendengar, memegang kedua tangan Amelia yang memberontak…… Amelia kesakitan, hatinya lebih sakit.

Steven tidak pernah memperdulikan perasaannya, Amelia merasa, di mata Steven dirinya bahkan tidak lebih dari seekor anjing.

Steven sudah menikah, dia mengira dia bisa sepenuhnya lepas, tidak disangka bisa terjadi seperti ini.

Dalam kesedihannya, air matanya menetes jatuh kebawah.

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

140