Bab 10 Aku Bilang Tidak Boleh Ya Tidak Boleh

by Mia Chelsey 18:48,Feb 18,2020
Amelia tidak berbicara, didalam hatinya sedang berpikir, kenapa dia begitu galak?

Adiknya menjalin hubungan dengan siapa, dia bisa mengurus? Juga karena Amelia dan dia sudah lebih dulu membuat perjanjian, kalau tidak Amelia juga tidak mau bersamanya lagi, lihat dia akan bagaimana!

Wajah Stefanus yang memerah menjadi pucat, dengan canggung terpaku disana, sekian lama baru berbicara kembali.

"Kak, kamu selalu mengajariku untuk bersungguh-sungguh dalam hal perasaan......"

Steven melambaikan tangan menahan ucapannya, ekspresinya masih membuat orang takut.

"Apa kamu serius? Baru bertemu sekali sudah memutuskan mau bersama sampai tua, apa ini namanya serius? Kamu selain melihat dia cantik, sudah seberapa banyak mengenal dia? Ada sebagian perempuan yang cantik, sebenarnya banyak akalnya......"

"Steven, Amelia bukan orang seperti itu." Laura mengerutkan alis, melawan ucapannya dengan marah.

"Aku tidak berkata dia seperti itu, hanya saja Stefanus sama sekali tidak mengerti, seperti ini sangat gegabah sekali." Steven menjelaskan dengan tampang yang tegas.

"Aku tidak cukup mengenalnya, tapi kamu harus memberiku kesempatan untuk mengenalnya! Kakak ipar begitu baik, Amelia pasti juga baik. Aku berani menjamin, aku tidak akan menyakiti dia!"

"Tidak boleh!" Sikap Steven masih sama, bahkan semakin keras.

"Kenapa?"

"Aku bilang tidak boleh ya tidak boleh!"

Stefanus benar-benar sedikit terkejut, meskipun kakaknya biasanya juga sangat serius, tapi sama sekali tidak akan seperti ini.

Dia dewasa dan mantap, oleh karena itu Stefanus menghormatinya, bahkan sedikit mengidolakannya.

Tapi ada apa dengan hari ini, begitu ingin menghalangi dia berpacaran. Sifat kasar Steven akhirnya membuat Stefanus meledak.

Karena emosi, Stefanus mengungkit kembali hal yang sudah sekian tahun dipendam didalam hati.

"Kak, aku adik kandungmu bukan? Kalau Stevan, kamu pasti akan setuju kan? Stevan lebih baik, lebih mirip denganmu. Aku dan kamu dilahirkan dari perut ibu yang sama, kenapa apa yang aku lakukan selalu tidak baik?"

"Kamu......" Dari kecil sampai besar, Steven adalah kepala dari beberapa kakak beradik dalam keluarga.

Pertanyaan adiknya membuat Steven tiba-tiba merasa dirinya sedikit tidak masuk akal, bahkan dia sendiri juga tidak bisa menjelaskan kenapa dia bisa begitu marah karena adiknya mengejar Amelia.

Pasti karena Amelia kekasihnya, kalau masih berhubungan dengan adiknya, tidak cocok.

"Bicara omong kosong apa? Aku dengar Amelia sudah punya pacar, oleh karena itu aku mengatakan kalian tidak cocok." Sikap Steven berubah menjadi lebih hangat.

"Sejak kapan Amelia punya pacar? Aku tidak tahu, kamu dengar dari mana?" Laura bertanya dengan penasaran.

"Aku menebak, dia begitu cantik pasti sudah punya pacar." Steven memaksa menjawab, dia membenci Amelia karena sudah menyebabkan ini semua.

Karena dia, sengaja menggoda adiknya, merusak hubungan kakak beradik, lihat nanti bagaimana dia akan memberinya pelajaran.

"Menebak?" Stefanus seperti disambar petir, jadi ini alasan kakaknya menghalangi dia?

"Amel, kamu sudah punya pacar kan?" Steven tidak mempedulikan Stefanus, langsung bertanya kepada yang bersangkutan.

Kalau dia berani berkata tidak punya pacar, Steven akan membuatnya mati dengan mengenaskan!

Pandangan mereka tertuju pada Amelia, Stefanus sudah bertanya pada kakak ipar, kakak ipar mengatakan dia tidak punya pacar.

Tapi dia masih khawatir, bagaimana kalau sampai kakak ipar juga tidak tahu dia punya pacar?

Amelia membuka mulut, ingin mengatakan tidak punya, tapi dia merasa kalau dia mengatakan seperti itu akan membuat Steven tersudut. Kalau mengatakan punya, Laura pasti akan terus menanyakan dengan detail.

Akhirnya, dia memutuskan menghindari pertanyaan ini.

"Aku masih ada urusan yang sangat penting yang perlu diurus, aku pergi dulu, sampai jumpa lagi semuanya!" Selesai berkata, dia beranjak dari kursinya.

"Aku antar kamu!" Stefanus juga berdiri, dia juga tidak ingin terus berada disini diatur oleh kakaknya.

Sudah berpamitan dengan mereka, berikutnya bagaimana mengejar dia, itu urusannya sendiri.

"Tidak perlu, terima kasih!" Amelia berkata dengan sopan.

"Meskipun kamu punya pacar, kita juga bisa menjadi teman, mengantarkan kamu hal yang sudah seharusnya dilakukan lelaki."

"Benar, Amel jangan terlalu sungkan. Aku dan Steven masih akan pulang kerumah bertemu dengan tetua keluarga, tidak bisa mengantar kamu, biar Stefanus yang mengantarmu."

"Silahkan!" Stefanus membungkukkan badan, Amelia tidak bisa menolak lagi, hanya bisa pergi bersamanya.

Dibalik tubuhnya, wajah Steven kembali membeku.

Duduk diatas mobil sport Stefanus yang atapnya terbuka, raut wajah Amelia terlihat tidak berdaya, dia tahu dirinya sudah membuat Steven marah.

"Biarkan aku mengejarmu ya?" Stefanus bertanya.

"Maaf sekali, aku sudah punya pacar." Amelia tidak ingin memberikan harapan padanya.

"Tapi kakak iparku......"

"Dia juga tidak tahu."

"Kamu jangan sengaja menolakku karena perkataan kakakku, aku punya kebebasan menjalin cinta, tidak melibatkan keuntungan, keluargaku tidak akan mengaturku."

"Kalau begitu pernikahan kakakmu dengan Laura karena ada keuntungan?" Amelia juga tidak tahu kenapa harus bertanya seperti ini, seperti menusuk orang dalam-dalam.

Perkataan sudah diucapkan, ingin diambil kembali sudah tidak mungkin lagi.

"Mereka ya, ada keuntungan, tapi mereka sangat saling mencintai, aku merasa penyatuan yang sempurna."

Baru selesai menjawab, telepon Amelia berbunyi, ada pesan masuk.

"Dalam dua puluh menit tunggu aku di rumah!"

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

140