chapter 13 Peraturan Mesum
by Yanson
12:56,Nov 23,2023
Vila nomor sembilan terletak di puncak gunung yang tertutup kabut pada pagi. Ditambah lagi vila tersebut menghadap ke laut, bisa dibayangkan betapa indahnya pemandangan yang bisa dilihat dari vila tersebut.
Felicia memarkir mobilnya dan melihat sebuah danau.
Danau itu dipenuhi dengan teratai dan ikan koki yang berenang di bawahnya sambil menjulurkan kepala.
Felicia yang melihatnya merasa bersemangat dan berteriak pada Shawn. "Tuan, lihatlah! Ikan-ikan ni sedang menyambut kita!"
Shawn turun dari mobil sambil menatap vilanya.
Ini pertama kalinya dia tiba di vila itu dan belum tahu di mana letak pintu gerbangnya.
Felicia mendekatinya dan dengan kagum berkata, "Tuan, ini vila milikmu?"
"Tentu saja."
Dia meletakkan jarinya di kunci penindai.
Tidak lama setelah itu, pintu besar di depan mereka terbuka.
Begitu mereka masuk, di depan itu terlihat taman yang ditumbuhi rumput, bunga, bebatuan dan danau yang cukup luas. Taman itu terlihat sangat asri dan menenangkan.
Belum ada yang menghuni vila yang sepertinya baru saja ditata tersebut.
Tapi vila itu sangat bersih dan asri, dekorasinya ala Tiongkok,perabotan di dalamnya juga baru dan berkualitas tinggi.
Ada lukisan dan kaligrafi Tiongkok yang dipajang di dinding, selain itu juga ada porselen dan pajangan perunggu kuno yang diletakkan di buffet.
Felicia melihat foto Shawn waktu masih kecil dan keluarganya yang dipajang di dinding, dia pun yakin kalau pemuda itu memang pemilik vila mewah tersebut.
Di foto itu, Shawn kecil tersenyum senang sambil memakai kemeja berwarna putih.
Shawn yang melihatnya pun mengambil foto itu dan mengusapnya. Dia berkata, "Apa-apaan mereka ini!"
Felicia duduk di sofa yang terbuat dari kayu berkualitas tinggi dan terkejut saat melihat merk sofa tersebut.
Dia menyukai merk sofa itu dan pernah meminta kakeknya untuk mmebelikan sofa itu untukny. Tetapi karena terlalu mahal, kakeknya tidak membelikan sofa itu untuknya.
Ternyata si pemuda kampung itu sanggup membelinya?
Dia melihat-lihat karpet dan menyadari bahwa karpet itu terbuat dari wol murni.
Lampu yang tergantung di atasnya juga terbuat dari kristal murni.
Perabotannya terbuat dari kayu rosewood, jika dijumlahkan harga keseluruhannya pasti mencapai miliaran.
Felicia menatap seluruh isi ruangan itu dengan kagum.
Dia lantas pergi ke dapur dan menyeduh teh untuk Shawn.
Air yang berada di area itu dialirkan langsung dari mata air pegunungan yang sangat cocok untuk menambah kenikmatan air seduhan teh.
Dia mencari bungkus teh yang berada di lemari dapur.
Gadis itu terkejut saat melihat merk teh yang berada di depannya.
Teh itu adalah Royal Tea Garden yang berasal dari West Lake.
Dia pernah mendapatkan teh tersebut dari kakeknya yang kebetulan sedang mengobati pasien konglomerat.
Teh itu dibandrol dengan harga jutaan per gramnya.
Bungkus teh itu mempunyai berat satu kilogram, kira-kira harganya 250 juta?
Felicia penasaran, siapa Shawn sebenarnya ?
Apa sebenarnya pemuda itu adalah anak konglomerat dari dunia bawah tanah?
Felicia tidak habis pikir, dia lantas memanggil tuannya. "Tuan, aku sudah menyiapkan teh untukmu."
Shawn meletakkan foto itu dan duduk di seberang Felicia.
Tangan kecil menuangkan teh dengan terampil, tapi karena terllau gugup, dia malah menumpahkan tehnya yan masih panas.
Cangkir teh itu jatuh dan pecah.
"Aku terlalu gugup, aku akan mengambilkan cangkir yang baru untukmu dan segera menggantinya," ucap Felicia.
Gadis itu lantas membersihkan pecahan cangkir dan mengepel lantai.
"Kamu tidak perlu menggantinya," hibur Shawn.
Saat sedang membersihkan pecahan cangkir, Felicia melihat merk "Young System" di bagian bawah cangkir tersebut.
Dia lantas bertanya dengan ketakutan. "Apa ini merk cangkir yang sangat terkenal itu?"
"Ternyata kamu mengetahuinya," puji Shawn.
"Harganya ratusan juta, 'kan?"
Shawn menggelengkan kepalanya. "Ini cangkir twh white and blue dari Young System. Setidaknya harganya dua miliar."
"Jadi, aku berutang dua miliar padamu?" tanya Felicia dengan ketakutan.
"Yah... mungkin kamu bisa membayarnya dengan tubuhmu!"
Shawn akhirnya menunjukkan kemesumannya.
Felicia menutup dadanya dan berkta dengan wajah memerah. "Aku ke sini bukan untuk jual diri. Setidaknya aku harus menunggu sampai aku bisa mengambil alih properti keluargaku dan membayar utangku."
"Apa kamu yakin kalau kamu bisa mengambil alih properti milik keluargamu?"
"Kakekku sudah menjanjikannya padaku, asal aku menurutinya!"
"Apa Dokter Arman masih mempunyai keturunan lain?"
"Tentu!"
"Aku punya empat om, sepupuku ada lebih dari selusin!"
"Kalau begitu kemungkinan untuk mendapatkan properti sangat sulit untukmu."
"Maksudmu, Kakek tidak akan menepati janjinya?" tanya Felicia dengan mata melotot.
"Kakekmu hanya membuat perjanjian secara oral, perjanjian itu tidak resmi. Setidaknya kamu harus punya kemampuan untuk mengelola properti."
Felicia terdiam, dia merasa kalau apa yang dikatakan Shawn itu tidak salah.
"Kalau begitu aku rugi! Aku harus menjadi pelayanmu selama tiga tahun dengan perjanjian yang tidak tertulis?"
"Begitulah kenyataannya. Kalau kamu tidak bersedia, aku bisa membiarkanmu pergi."
"Benarkah? Apa aku boleh pergi?" tanya Felicia dengan curiga.
"Boleh-boleh saja!" jawab Shawn santai.
Felicia ragu, tentu saja dia tidak mau menjadi pelayan. Kalau bukan karena ancaman dari kakekunya, dia pasti sudah kabur.
Tapi sekarang hatinya malah tergerak.
Sepertinya Shawn tidak hanya hebat dalam ilmu medis, dia juga mungkin adalah anak konglomerat yang misterius.
Shawn sama sekali tidak marah saat dirinya tidak sengaja memecahkan cangkir teh segarga miliaran.
Mungkin tidak ada salahnya kalau dirinya menjadi pelayan anak konglomerat itu!
"Apa kamu sedang mengujiku? Kamu sedang mengetesku apakan aku ini adalah seseorang yang akan mengingkari janji?"
"Terserah kamu saja! Kalau kamu bersedia menjadi pelayanku, besok kamu harus menyiapkan beberapa pakaian kerjamu sendiri."
"Aku harus memakai seragam? Seragam apa?"
Shawn memperlihatkan beberapa pakaian maid dan berkata, "Seperti ini saja, aku tidak peduli dengan warna stoking."
Peraturan mesum macam apa ini?
"Apa aku boleh membatalkannya?"
"Terserah kamu, kamu bebas datang kemari kapan saja kamu mau."
Shawn masih saja terlihat tenang.
Felicia merasa sangat jengkel, dia sudah diperlakukan dengan seenaknya. Memangnya siapa yang mau mengenakan pakaian maid yang mesum itu?!
"Tentu saja aku akan memberimu gaji. Bagaimana dengan 200 juta per bulan? Kalau sikapmu baik, aku akan memberimu bonus akhir tahun. Aku juga bisa memberimu tambahan uang sewaktu-waktu saat suasana hatiku sedang baik."
Apa? Dua ratus juta?
Sulit bagi Felicia untuk menolak tawaran semenggiurkan itu.
Kakeknya hanya memberinya uang saku sebesar enam juta per bulan setelah dirinya membantunya di klinik.
Sekarang Shawn menawarinya gaji sebesar 200 juta???
Dia langsung menatap Shawn dengan manis, kemudian berkata, "Tuan, aku sangat menghargai kebaikanmu. Sekarang, aku harus pergi untuk membeli beberapa seragam."
Felicia pamit dan bergegas ke mall.
Dia membawa pecahan cangkir itu dan bertanya pada ahli untuk memastikan keasliannya. Gadis itu tidak mau ditipu dan Shawn tidak keberatan dengan hal itu.
Shawn meminum tehnya dan berkata, "Keluarlah!"
Dua laki-laki dan dua perempuan turn dari lantai atas. Mereka berlutut dengan satu kaki dan berkata sambil mengepalkan kedua tangan.
"Empat Penjaga Pintu Neraka: Juno Pengendali Angin, Maria Pengendali Hujan, Baron Pengendali Petir, Rexa Pengendali Listrik, memberi hormat pada Raja Yama."
Felicia memarkir mobilnya dan melihat sebuah danau.
Danau itu dipenuhi dengan teratai dan ikan koki yang berenang di bawahnya sambil menjulurkan kepala.
Felicia yang melihatnya merasa bersemangat dan berteriak pada Shawn. "Tuan, lihatlah! Ikan-ikan ni sedang menyambut kita!"
Shawn turun dari mobil sambil menatap vilanya.
Ini pertama kalinya dia tiba di vila itu dan belum tahu di mana letak pintu gerbangnya.
Felicia mendekatinya dan dengan kagum berkata, "Tuan, ini vila milikmu?"
"Tentu saja."
Dia meletakkan jarinya di kunci penindai.
Tidak lama setelah itu, pintu besar di depan mereka terbuka.
Begitu mereka masuk, di depan itu terlihat taman yang ditumbuhi rumput, bunga, bebatuan dan danau yang cukup luas. Taman itu terlihat sangat asri dan menenangkan.
Belum ada yang menghuni vila yang sepertinya baru saja ditata tersebut.
Tapi vila itu sangat bersih dan asri, dekorasinya ala Tiongkok,perabotan di dalamnya juga baru dan berkualitas tinggi.
Ada lukisan dan kaligrafi Tiongkok yang dipajang di dinding, selain itu juga ada porselen dan pajangan perunggu kuno yang diletakkan di buffet.
Felicia melihat foto Shawn waktu masih kecil dan keluarganya yang dipajang di dinding, dia pun yakin kalau pemuda itu memang pemilik vila mewah tersebut.
Di foto itu, Shawn kecil tersenyum senang sambil memakai kemeja berwarna putih.
Shawn yang melihatnya pun mengambil foto itu dan mengusapnya. Dia berkata, "Apa-apaan mereka ini!"
Felicia duduk di sofa yang terbuat dari kayu berkualitas tinggi dan terkejut saat melihat merk sofa tersebut.
Dia menyukai merk sofa itu dan pernah meminta kakeknya untuk mmebelikan sofa itu untukny. Tetapi karena terlalu mahal, kakeknya tidak membelikan sofa itu untuknya.
Ternyata si pemuda kampung itu sanggup membelinya?
Dia melihat-lihat karpet dan menyadari bahwa karpet itu terbuat dari wol murni.
Lampu yang tergantung di atasnya juga terbuat dari kristal murni.
Perabotannya terbuat dari kayu rosewood, jika dijumlahkan harga keseluruhannya pasti mencapai miliaran.
Felicia menatap seluruh isi ruangan itu dengan kagum.
Dia lantas pergi ke dapur dan menyeduh teh untuk Shawn.
Air yang berada di area itu dialirkan langsung dari mata air pegunungan yang sangat cocok untuk menambah kenikmatan air seduhan teh.
Dia mencari bungkus teh yang berada di lemari dapur.
Gadis itu terkejut saat melihat merk teh yang berada di depannya.
Teh itu adalah Royal Tea Garden yang berasal dari West Lake.
Dia pernah mendapatkan teh tersebut dari kakeknya yang kebetulan sedang mengobati pasien konglomerat.
Teh itu dibandrol dengan harga jutaan per gramnya.
Bungkus teh itu mempunyai berat satu kilogram, kira-kira harganya 250 juta?
Felicia penasaran, siapa Shawn sebenarnya ?
Apa sebenarnya pemuda itu adalah anak konglomerat dari dunia bawah tanah?
Felicia tidak habis pikir, dia lantas memanggil tuannya. "Tuan, aku sudah menyiapkan teh untukmu."
Shawn meletakkan foto itu dan duduk di seberang Felicia.
Tangan kecil menuangkan teh dengan terampil, tapi karena terllau gugup, dia malah menumpahkan tehnya yan masih panas.
Cangkir teh itu jatuh dan pecah.
"Aku terlalu gugup, aku akan mengambilkan cangkir yang baru untukmu dan segera menggantinya," ucap Felicia.
Gadis itu lantas membersihkan pecahan cangkir dan mengepel lantai.
"Kamu tidak perlu menggantinya," hibur Shawn.
Saat sedang membersihkan pecahan cangkir, Felicia melihat merk "Young System" di bagian bawah cangkir tersebut.
Dia lantas bertanya dengan ketakutan. "Apa ini merk cangkir yang sangat terkenal itu?"
"Ternyata kamu mengetahuinya," puji Shawn.
"Harganya ratusan juta, 'kan?"
Shawn menggelengkan kepalanya. "Ini cangkir twh white and blue dari Young System. Setidaknya harganya dua miliar."
"Jadi, aku berutang dua miliar padamu?" tanya Felicia dengan ketakutan.
"Yah... mungkin kamu bisa membayarnya dengan tubuhmu!"
Shawn akhirnya menunjukkan kemesumannya.
Felicia menutup dadanya dan berkta dengan wajah memerah. "Aku ke sini bukan untuk jual diri. Setidaknya aku harus menunggu sampai aku bisa mengambil alih properti keluargaku dan membayar utangku."
"Apa kamu yakin kalau kamu bisa mengambil alih properti milik keluargamu?"
"Kakekku sudah menjanjikannya padaku, asal aku menurutinya!"
"Apa Dokter Arman masih mempunyai keturunan lain?"
"Tentu!"
"Aku punya empat om, sepupuku ada lebih dari selusin!"
"Kalau begitu kemungkinan untuk mendapatkan properti sangat sulit untukmu."
"Maksudmu, Kakek tidak akan menepati janjinya?" tanya Felicia dengan mata melotot.
"Kakekmu hanya membuat perjanjian secara oral, perjanjian itu tidak resmi. Setidaknya kamu harus punya kemampuan untuk mengelola properti."
Felicia terdiam, dia merasa kalau apa yang dikatakan Shawn itu tidak salah.
"Kalau begitu aku rugi! Aku harus menjadi pelayanmu selama tiga tahun dengan perjanjian yang tidak tertulis?"
"Begitulah kenyataannya. Kalau kamu tidak bersedia, aku bisa membiarkanmu pergi."
"Benarkah? Apa aku boleh pergi?" tanya Felicia dengan curiga.
"Boleh-boleh saja!" jawab Shawn santai.
Felicia ragu, tentu saja dia tidak mau menjadi pelayan. Kalau bukan karena ancaman dari kakekunya, dia pasti sudah kabur.
Tapi sekarang hatinya malah tergerak.
Sepertinya Shawn tidak hanya hebat dalam ilmu medis, dia juga mungkin adalah anak konglomerat yang misterius.
Shawn sama sekali tidak marah saat dirinya tidak sengaja memecahkan cangkir teh segarga miliaran.
Mungkin tidak ada salahnya kalau dirinya menjadi pelayan anak konglomerat itu!
"Apa kamu sedang mengujiku? Kamu sedang mengetesku apakan aku ini adalah seseorang yang akan mengingkari janji?"
"Terserah kamu saja! Kalau kamu bersedia menjadi pelayanku, besok kamu harus menyiapkan beberapa pakaian kerjamu sendiri."
"Aku harus memakai seragam? Seragam apa?"
Shawn memperlihatkan beberapa pakaian maid dan berkata, "Seperti ini saja, aku tidak peduli dengan warna stoking."
Peraturan mesum macam apa ini?
"Apa aku boleh membatalkannya?"
"Terserah kamu, kamu bebas datang kemari kapan saja kamu mau."
Shawn masih saja terlihat tenang.
Felicia merasa sangat jengkel, dia sudah diperlakukan dengan seenaknya. Memangnya siapa yang mau mengenakan pakaian maid yang mesum itu?!
"Tentu saja aku akan memberimu gaji. Bagaimana dengan 200 juta per bulan? Kalau sikapmu baik, aku akan memberimu bonus akhir tahun. Aku juga bisa memberimu tambahan uang sewaktu-waktu saat suasana hatiku sedang baik."
Apa? Dua ratus juta?
Sulit bagi Felicia untuk menolak tawaran semenggiurkan itu.
Kakeknya hanya memberinya uang saku sebesar enam juta per bulan setelah dirinya membantunya di klinik.
Sekarang Shawn menawarinya gaji sebesar 200 juta???
Dia langsung menatap Shawn dengan manis, kemudian berkata, "Tuan, aku sangat menghargai kebaikanmu. Sekarang, aku harus pergi untuk membeli beberapa seragam."
Felicia pamit dan bergegas ke mall.
Dia membawa pecahan cangkir itu dan bertanya pada ahli untuk memastikan keasliannya. Gadis itu tidak mau ditipu dan Shawn tidak keberatan dengan hal itu.
Shawn meminum tehnya dan berkata, "Keluarlah!"
Dua laki-laki dan dua perempuan turn dari lantai atas. Mereka berlutut dengan satu kaki dan berkata sambil mengepalkan kedua tangan.
"Empat Penjaga Pintu Neraka: Juno Pengendali Angin, Maria Pengendali Hujan, Baron Pengendali Petir, Rexa Pengendali Listrik, memberi hormat pada Raja Yama."
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved