chapter 4 Hadiah Dari Malaikat
by Yanson
12:56,Nov 23,2023
Doni yang memegang senter adalah orang yang pertama menyerang Shawn.
Dia melayangkan tinjunya dan berteriak, "Mampus kamu sekarang juga!"
"Sebaiknya kamu tenang." Shawn memberi peringatan.
"Tenang matamu!"
Doni terus melayangkan tinjunya.
Otot di tubuhnya menegang, seperti sapi limosin.
Dia yakin Shawn pasti akan langsung K.O dengan sekali pukulan.
Tapi ternyata Shawn mencekik leher Doni dengan sangat cepat.
Kepala Doni sampai miring, dia pun terguling ke tanah.
"Doni!"
Senter yang dipegang Doni terjatuh dan menyorot wajahnya sendiri.
Mulutnya berbusa, darah segar mengalir dari hidungnya, dia langsung lemas tak berdaya.
"Doni, sadarlah!"
"Doni, ayo bangun!"
Para preman itu berteriak panik, ada yang mengambil kayu yang berserakan di tanah dan ada yang mengambil belati dari saku celananya.
Bos mereka yang bernama Hook menatap Shawn dengan tajam, kemudian mengarahkan belati ke arah laki-laki itu sambil berteriak, "Apa yang kamu lakukan pada teman kami?"
"Aku sudah membunuhnya," jawab Shawn dengan tenang.
"Apa katamu?!"
Ketiga preman itu terkejut, mereka sadar bahwa hari ini mereka harus berhadapan dengan monster.
Tapi mereka tidak gentar, Tono mengangkat kayu yang dipegangnya dan berteriak, "Aku akan membunuhmu! Dasar bajingan!"
Tono maju dan melayangkan kayu itu pada Shawn.
Hook tidak tinggal diam, dia berguling dan menikam pinggang Shawn secara diam-diam.
Shawn dengan mudah menghindar dari serangan mereka berdua, gerakannya benar-benar sangat cepat.
Tono tersandung, kepalanya terbentur ke tembok dengan sangat keras sampai membuat tembok yang memang sudah rapuh itu hancur berkeping-keping. Darah segar mengucur dari kepala Tono dan menempel di tembok.
Entah sejak kapan, belati yang dipegang Hook sudah berpindah ke tangan Shawn. Shawn lantas meremas belati itu dan membuatnya hancur berkeping-keping.
"Ka, kamu ini manusia atau hantu?"
Ini semua di luar dugaan Hook. Otot di wajahnya menegang karena ketakutan.
"Aku adalah hakim neraka!"
Shawn tersenyum sinis sambil mengarahkan pedang ke arah kepala mereka.
Tiba-tiba, kepala mereka meledak, seperti terkena peluru. Darah mereka sampai muncrat ke belakang kepala.
Hook membelalakkan matanya dan berlutut dengan lemas di tanah.
Dari keempat preman itu, hanya Jono yang masih bertahan.
Bedebah!
Kaki Jono lemas, dia langsng memanjat tembok tanpa berbicara apa-apa. Dia hanya ingin menyelamatkan nyawanya sendiri.
Tapi saat kaki kanannya baru saja menginjak tembok, pundaknya ditahan oleh seseorang.
Shawn melompati kepala Jono dan menendang pundaknya dengan keras.
Pundak Jono patah, dia pun terjatuh ke tanah dengan keras.
Tempurung lututnya juga patah sampai tulangnya terlihat. Dia berguling-guling di tanah dan menjerit seperti babi yang kesakitan.
Shawn memasukkan putung rokonya ke mulut Jono dan bertanya, "Siapa bos kalian?"
Tubuh Jono terasa dingin, dia gemetaran dan berseru, "Putra kedua Wu Dynasty Group, Kevin Wu!"
"Ternyata dia?"
"Kenapa dia menyuruh kalian memerkosa gadis itu?" tanya Shawn.
"Aku juga tidak tahu, kami melakukannya hanya demi uang!"
"Tolong lepaskan aku, aku akan membantumu melawan Kevin, aku juga akan menuruti semua permintaanmu." Jono memelas.
"Aku tidak butuh bantuanmu, sebaiknya kamu kubunuh saja," kata Shawn sambil menjambak rambut Jono.
Jono meronta-ronta dan berkata, "Jangan bunuh aku, aku punya anak laki-laki berumur tiga tahun yang harus kunafkahi!"
Dia mengeluarkan ponselnya dan memperlihatkan foto keluarganya.
"Lihat, aku tidak bohong! Istriku sudah lama meninggalkan kami, kalau aku mati, dia akan menjadi yatim-piatu!"
Shawn menatap anak laki-laki di foto itu dengan lembut. "Anakmu imut sekali."
"Benar! Dia sangat pintar, dia baru bisa mengatakan 'ayah,' dia terus memanggilku 'ayah' setiap kali melihatku!" pinta Jono dengan menyedihkan.
Ekspresi Shawn tidak berubah, dia berkata, "Memang apa hubungannya denganku?"
Setelah suara "bum" terdengar, kepala Jono bergetar hebat.
Semburan udara bertiup melewati kepalanya.
Tubuhnya yang semula tegang itu menjadi lemas seperti ikan mati.
Shawn meletakkan Reni yang pingsan itu ke pangkuannya, kemudian berkata, "Aku kemari untuk mengucapkan selamat, siapa sangka ternyata kamu menikah dengan orang gila seperti dia. Mulai sekarang biar aku saja yang menjagamu!"
Matahari terbit dan bersinar menembus jendela kasur di sebuah hotel.
Reni berbalik, membuka matanya dan duduk untuk menenangkan diri.
Dia melihat sekeliling dan merasa panik saat melihat laki-laki yang kemarin menyebut dirinya sendiri sebagai "malaikat" itu sedang duduk di lantai.
Laki-laki itu duduk bersila sambil memejamkan matanya.
Apa dia itu orang mesum?
Penculik?
Sindikat pencuri organ tubuh?
Pemikiran negatif tentang laki-laki itu muncul di benak Reni.
Dia langsung memeriksa pakaiannya dan akhirnya bernapas lega karena pakaiannya masih utuh.
Gadis itu tiba-tiba merasakan sakit di bagian wajahnya yang terkena luka bakar.
Dia menyentuh wajahnya dan ternyata wajahnya diperban?
Sebenarnya apa yang sudah dilakukan oleh laki-laki mesum itu kepadanya?
Reni merasa curiga, dia lantas mengabil vas di meja dan berjalan menuju Shawn sambil mengangkat vas itu tinggi-tinggi.
"Kalau aku jadi kamu, aku akan mengurungkan niatku." Shawn langsung membuka matanya dan menatap Reni.
Reni terkejut, tangannya gemetaran, vas yang dipegangnya pun terjatuh sampai pecah.
Dia mengambil salah satu pecahan vas yang tajam itu dan berjalan mundur. "Siapa kamu sebenarnya? Apa yang kamu mau dariku?"
"Buka saja perbanmu dan lihat siapa aku," ujar Shawn dengan tenang.
Reni masuk ke kamar mandi dengan bingung dan mulai melepaskan perbannya dengan hati-hati.
Saat membuka perban yang terakhir, dia sampai menutup matanya karena khawatir.
Dia mengintip wajahnya di kaca.
Gadis itu terkejut karena ternyata wajah rusaknya akibat luka bakar itu sudah pulih seperti sedia kala!
Wajahnya sudah hancur, tapi kenapa sekarang tiba-tiba menjadi mulus?
Reni memandangi wajahnya dengan tidak percaya, dia lantas menyalakan keran dan membilas wajahnya.
Ini bukan mimpi! Luka di wajahnya benar-benar hilang tak berbekas!
Kenapa ini bisa terjadi?
Bagaimana mungkin hal ini bisa terjadi padahal luka di wajahnya itu tidak bisa disembuhkan?
Apa laki-laki itu memang malaikat?
Perasaan kacau, gelisah dan senang bercampur aduk di pikiran Reni.
Dia berjongkok sambil memeluk lututnya dan menangis keras.
Gadis itu melampiaskan semua kesedihan yang selama ini sudah dia simpan sendiri selama 10 tahun.
Dia melayangkan tinjunya dan berteriak, "Mampus kamu sekarang juga!"
"Sebaiknya kamu tenang." Shawn memberi peringatan.
"Tenang matamu!"
Doni terus melayangkan tinjunya.
Otot di tubuhnya menegang, seperti sapi limosin.
Dia yakin Shawn pasti akan langsung K.O dengan sekali pukulan.
Tapi ternyata Shawn mencekik leher Doni dengan sangat cepat.
Kepala Doni sampai miring, dia pun terguling ke tanah.
"Doni!"
Senter yang dipegang Doni terjatuh dan menyorot wajahnya sendiri.
Mulutnya berbusa, darah segar mengalir dari hidungnya, dia langsung lemas tak berdaya.
"Doni, sadarlah!"
"Doni, ayo bangun!"
Para preman itu berteriak panik, ada yang mengambil kayu yang berserakan di tanah dan ada yang mengambil belati dari saku celananya.
Bos mereka yang bernama Hook menatap Shawn dengan tajam, kemudian mengarahkan belati ke arah laki-laki itu sambil berteriak, "Apa yang kamu lakukan pada teman kami?"
"Aku sudah membunuhnya," jawab Shawn dengan tenang.
"Apa katamu?!"
Ketiga preman itu terkejut, mereka sadar bahwa hari ini mereka harus berhadapan dengan monster.
Tapi mereka tidak gentar, Tono mengangkat kayu yang dipegangnya dan berteriak, "Aku akan membunuhmu! Dasar bajingan!"
Tono maju dan melayangkan kayu itu pada Shawn.
Hook tidak tinggal diam, dia berguling dan menikam pinggang Shawn secara diam-diam.
Shawn dengan mudah menghindar dari serangan mereka berdua, gerakannya benar-benar sangat cepat.
Tono tersandung, kepalanya terbentur ke tembok dengan sangat keras sampai membuat tembok yang memang sudah rapuh itu hancur berkeping-keping. Darah segar mengucur dari kepala Tono dan menempel di tembok.
Entah sejak kapan, belati yang dipegang Hook sudah berpindah ke tangan Shawn. Shawn lantas meremas belati itu dan membuatnya hancur berkeping-keping.
"Ka, kamu ini manusia atau hantu?"
Ini semua di luar dugaan Hook. Otot di wajahnya menegang karena ketakutan.
"Aku adalah hakim neraka!"
Shawn tersenyum sinis sambil mengarahkan pedang ke arah kepala mereka.
Tiba-tiba, kepala mereka meledak, seperti terkena peluru. Darah mereka sampai muncrat ke belakang kepala.
Hook membelalakkan matanya dan berlutut dengan lemas di tanah.
Dari keempat preman itu, hanya Jono yang masih bertahan.
Bedebah!
Kaki Jono lemas, dia langsng memanjat tembok tanpa berbicara apa-apa. Dia hanya ingin menyelamatkan nyawanya sendiri.
Tapi saat kaki kanannya baru saja menginjak tembok, pundaknya ditahan oleh seseorang.
Shawn melompati kepala Jono dan menendang pundaknya dengan keras.
Pundak Jono patah, dia pun terjatuh ke tanah dengan keras.
Tempurung lututnya juga patah sampai tulangnya terlihat. Dia berguling-guling di tanah dan menjerit seperti babi yang kesakitan.
Shawn memasukkan putung rokonya ke mulut Jono dan bertanya, "Siapa bos kalian?"
Tubuh Jono terasa dingin, dia gemetaran dan berseru, "Putra kedua Wu Dynasty Group, Kevin Wu!"
"Ternyata dia?"
"Kenapa dia menyuruh kalian memerkosa gadis itu?" tanya Shawn.
"Aku juga tidak tahu, kami melakukannya hanya demi uang!"
"Tolong lepaskan aku, aku akan membantumu melawan Kevin, aku juga akan menuruti semua permintaanmu." Jono memelas.
"Aku tidak butuh bantuanmu, sebaiknya kamu kubunuh saja," kata Shawn sambil menjambak rambut Jono.
Jono meronta-ronta dan berkata, "Jangan bunuh aku, aku punya anak laki-laki berumur tiga tahun yang harus kunafkahi!"
Dia mengeluarkan ponselnya dan memperlihatkan foto keluarganya.
"Lihat, aku tidak bohong! Istriku sudah lama meninggalkan kami, kalau aku mati, dia akan menjadi yatim-piatu!"
Shawn menatap anak laki-laki di foto itu dengan lembut. "Anakmu imut sekali."
"Benar! Dia sangat pintar, dia baru bisa mengatakan 'ayah,' dia terus memanggilku 'ayah' setiap kali melihatku!" pinta Jono dengan menyedihkan.
Ekspresi Shawn tidak berubah, dia berkata, "Memang apa hubungannya denganku?"
Setelah suara "bum" terdengar, kepala Jono bergetar hebat.
Semburan udara bertiup melewati kepalanya.
Tubuhnya yang semula tegang itu menjadi lemas seperti ikan mati.
Shawn meletakkan Reni yang pingsan itu ke pangkuannya, kemudian berkata, "Aku kemari untuk mengucapkan selamat, siapa sangka ternyata kamu menikah dengan orang gila seperti dia. Mulai sekarang biar aku saja yang menjagamu!"
Matahari terbit dan bersinar menembus jendela kasur di sebuah hotel.
Reni berbalik, membuka matanya dan duduk untuk menenangkan diri.
Dia melihat sekeliling dan merasa panik saat melihat laki-laki yang kemarin menyebut dirinya sendiri sebagai "malaikat" itu sedang duduk di lantai.
Laki-laki itu duduk bersila sambil memejamkan matanya.
Apa dia itu orang mesum?
Penculik?
Sindikat pencuri organ tubuh?
Pemikiran negatif tentang laki-laki itu muncul di benak Reni.
Dia langsung memeriksa pakaiannya dan akhirnya bernapas lega karena pakaiannya masih utuh.
Gadis itu tiba-tiba merasakan sakit di bagian wajahnya yang terkena luka bakar.
Dia menyentuh wajahnya dan ternyata wajahnya diperban?
Sebenarnya apa yang sudah dilakukan oleh laki-laki mesum itu kepadanya?
Reni merasa curiga, dia lantas mengabil vas di meja dan berjalan menuju Shawn sambil mengangkat vas itu tinggi-tinggi.
"Kalau aku jadi kamu, aku akan mengurungkan niatku." Shawn langsung membuka matanya dan menatap Reni.
Reni terkejut, tangannya gemetaran, vas yang dipegangnya pun terjatuh sampai pecah.
Dia mengambil salah satu pecahan vas yang tajam itu dan berjalan mundur. "Siapa kamu sebenarnya? Apa yang kamu mau dariku?"
"Buka saja perbanmu dan lihat siapa aku," ujar Shawn dengan tenang.
Reni masuk ke kamar mandi dengan bingung dan mulai melepaskan perbannya dengan hati-hati.
Saat membuka perban yang terakhir, dia sampai menutup matanya karena khawatir.
Dia mengintip wajahnya di kaca.
Gadis itu terkejut karena ternyata wajah rusaknya akibat luka bakar itu sudah pulih seperti sedia kala!
Wajahnya sudah hancur, tapi kenapa sekarang tiba-tiba menjadi mulus?
Reni memandangi wajahnya dengan tidak percaya, dia lantas menyalakan keran dan membilas wajahnya.
Ini bukan mimpi! Luka di wajahnya benar-benar hilang tak berbekas!
Kenapa ini bisa terjadi?
Bagaimana mungkin hal ini bisa terjadi padahal luka di wajahnya itu tidak bisa disembuhkan?
Apa laki-laki itu memang malaikat?
Perasaan kacau, gelisah dan senang bercampur aduk di pikiran Reni.
Dia berjongkok sambil memeluk lututnya dan menangis keras.
Gadis itu melampiaskan semua kesedihan yang selama ini sudah dia simpan sendiri selama 10 tahun.
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved