Bab 19 Demi Menghasilkan Uang, Mencoba Segara Cara

by Lisa Picky 08:01,Jun 20,2023
Cassie Gu dengan statusnya sebagai seorang idiot. Seperti yang kita semua tahu, sebagian besar petaruh mereka mendukung Pangeran Zico dan Shania Gu untuk menang. Karena bagaimana Pangeran Zico dan Shania Gu sangat berbakat, ketenarannya juga telah menyebar luas ke seluruh Negara Ye.

Gosip tentang Cassie Gu sangat tidak enak didengar, Karina yang mendengarnya hatinya dipenuhi amarah, dan wajah Yoshua Xiao) juga tidak terlalu enak.

Yoshua Xiao dengan wajah gelapnya, memutar dua bola matanya menatap Cassie Gu, "Aku sungguh tidak tahu dengan apa yang kamu pikirkan, semua orang takut reputasi mereka hancur, tetapi kamu malah sebaliknya, mengeluarkan banyak usaha membuat orang-orang mencoreng reputasimu, seolah-olah takut orang lain tidak tahu kalau kamu idiot."

"Iya, iya."

Karina juga naik darah, awalnya nona mudanya ini sudah memiliki wajah yang jelek, sulit untuk menikah, lalu sekarang merusak reputasinya sendiri, jadi siapa yang masih berani menikahinya?

Dia bahkan takut Dewa Perang akan sangat marah dan akan langsung membunuhnya.

"Kamu tidak paham."

Cassie Gu terlihat nyaman, menikmati anggur berkualitas di Heaven Restaurant dengan santai, seolah orang yang dibicarakan dan ditertawakan oleh orang-orang itu bukan dirinya.

"Nona, aku tidak paham, jadi beri tahu aku, mengapa kamu melakukan ini?"

"Ya tidak apa-apa, supaya bisa menghasilkan uang saja."

Karina tidak bisa berkata apa-apa.

Semua ini apa hubungannya dengan menghasilkan uang?

Selain itu, hanya demi secuil uang lalu membuat reputasi diri sendiri seperti ini, apakah worth it?

"Besok, Konferensi Seni akan memasuki final. Bagi yang belum memasang taruhan, segera pasang taruhan. Kalau kalian melewatkan yang kali ini, maka kalian harus menunggu lima tahun lagi."

Di tengah restoran, seorang pria paruh baya memasang taruhan dan terus mendesak semua orang untuk bertaruh.

Mata phoenix Cassie Gu yang lancip dan sempit terlihat bergerak membentuk senyuman, dan matanya melayang ke arah meja judi dari waktu ke waktu.

Yoshua Xiao berpikir, dan tiba-tiba menepuk pahanya, "Ya Tuhan, aku masih bertanya-tanya mengapa kamu membiarkan begitu banyak orang bertaruh. Apa yang sebenarnya ingin kamu lakukan? Apakah mau bertaruh kalau Pangeran Zico dan Shania Gu yang menang? Tolong kita bisa tidak berhenti membuat masalah? Siapa yang tidak tahu kalau Shania Gu dan Pangeran Zico memiliki peluang menang tertinggi. Tidak peduli berapa banyak yang kamu beli, kamu juga tidak akan bisa menghasilkan banyak uang. Dan kalau kamu kalah, pikir lah ada berapa banyak uang yang terbuang percuma."

Mendengar ini Cassie Gu pun mencibir, "Kamu pikir aku kurang kerjaan?"

"Mungkinkah...Kamu ingin bertaruh dan memilih nama dirimu sendiri untuk menang?"

Mata Yoshua Xiao membelalak.

Dia tidak mungkin begitu tidak tahu diri, kan?

Seberapa besar kemampuannya memangnya dia tidak tahu? Masih berani mempertaruhkan dirinya sendiri bahkan percaya kalau dirinya akan menang?

Restoran penuh sesak dengan manusia, semua orang sedang mendiskusikan nama siapa yang harus dibeli dan ditaruhkan, dan pada akhirnya mereka bertaruh atas nama Pangeran Zico dan Shania Gu.

Orang yang membuka pertaruhan tidak bisa menahan cemberut, "Kenapa kalian tidak ada yang memasang nama Nona Ketiga Gu, semua malah memasang Pangeran Zico dan Shania Gu, kalau begini gamenya jadi tidak seru lah."

"Kamu sangat percaya diri dengan Nona Ketiga Gu, lalu kenapa kamu tidak memasangnya."

"Iya. Siapa yang tidak tahu kalau Nona Ketiga Gu terkenal sebagai sampah dan idiot. Jika dia bisa menang, maka aku akan memenggal kepalaku dan menjadikannya bola untuk kamu mainkan."

Orang yang membuat pertaruhan langsung mengangkat suaranya, "Taruh nama Nona Ketiga Gu, aku akan membayar 50 kali lipat, apakah ada yang mau memasangnya?"

"Hanya orang bodoh yang memasang nama Nona Ketiga Gu. Kita-kita juga bukannya tidak ada tempat untuk menghabiskan uang."

"Kalau 1 banding 100? Selama kalian memasang nama Nona Ketiga Gu untuk masuk ke final, maka kalian bisa memenangkan uang seratus kali lipat."

Penonton terdiam.

Taruhan ini tidakkah terlalu besar?

Seratus kali lipat?

Ini tidakkah terlalu ganas?

"Ku bilangin ya bos hatimu ini busuk sekali. Kamu tahu Nona Ketiga Su tidak bisa masuk final, dan kamu masih mengimingi kue besar di sini. Jika dia benar-benar bagus, ya sudah kamu sekarang juga pasang taruhannya."

"Ya benar, sekalipun itu 1:1000, masih tidak ada orang yang berani memasang namanya."

“Sialan, orang-orang sudah mengataimu seperti itu, kamu masih tidak peduli?” Yoshua Xiao mengibaskan kipasnya dengan kesal.

Cassie Gu tertawa, "Hasil yang kuinginkan memang seperti ini, apa yang harus dipedulikan. Ayo kita juga pergi bertaruh."

Cassie Gu mempertaruhkan semua uangnya yang hanya 1,000 tael perak di kotak yang bertuliskan nama Cassie Gu, seketika membuat semua penonton tersentak.

"Wanita ini gila, berani-beraninya bertaruh kalau Nona Ketiga Gu yang akan menang."

“Dia pasti gila, orang normal bagaimana mungkin mau memasang nama Nona Ketiga Gu.”

Yoshua Xiao mengelus dahinya.

Keberanian wanita ini begitu besar.

Ini seribu tael loh, dia bertaruh seperti ini, dan masih bertaruh atas nama dirinya sendiri, kok dia bisa sepercaya diri ini ya.

Karina terdiam di tempat.

Setelah tidak mudah mendapatkan seribu tael, sekarang sudah berakhir, semuanya hilang…semuanya hilang…

"Nak, kamu telah memutuskan dan kamu sudah tidak memiliki kesempatan untuk mengingkari langkahmu barusan. " Orang yang mengatur pertaruhan tertawa kecil, seolah-olah dia takut Cassie Gu akan menarik kembali taruhannya.

"Jangan khawatir, kamu sendiri juga jangan sampai menyesal."

Cassie Gu memandang Yoshua Xiao dan mengulurkan tangan putihnya.

"Berapa banyak uang yang kamu miliki, keluarkan."

"Pertama kamu merampas seribu tael perak dariku, dan kemudian mengambil sisa seratus tael perakku. Sekarang di tubuhku tidak ada yang tersisa, dan aku bagaimana mungkin masih punya uang?"

"Beneran?"

"Omong kosong, masa iya aku bohong."

Cassie Gu langsung menggeledah tubuhnya dan hal ini membuat Yoshua Xiao sangat marah.

"Heh kamu ini wanita, mengerti tidak kalau pria dan wanita tidak bisa saling berdekatan? Kamu masih meraba...Ya Tuhan, wanita dari keluarga siapa lah ini, cepat seret dia pergi."

“Tidak mungkin, kamu benar-benar tidak punya uang lagi.” Cassie Gu sedikit kecewa, kemudian melepaskan semua liontin giok yang ada padanya, lalu mempertaruhkannya ke namanya sendiri.

"Ini liontin giok kuno sepuluh ribu tahun yang lalu. Sangat berharga. Sialan, ini adalah liontin giok pusaka keluargaku. Kamu bagaimana bisa mempertaruhkannya di taruhan ini?"

Yoshua Xiao bersumpah setelah ini kalau dia masih bermain dengannya lagi, maka dia akan marga Xiaonya.

"Cuma pinjam satu malam. Lagi pula, besok benda pokok juga bunganya semuanya akan menjadi milikmu."

"Lalu bagaimana kalau kalah."

"Jangan khawatir, tidak akan ada hari seperti itu."

"Gila kalau aku percaya padamu."

Yoshua Xiao mengulurkan tangannya dan ingin mengambil kembali liontin gioknya, tetapi semua orang dengan cepat menghentikannya, "Pasang dan pergi, ini adalah aturan semua tempat judi, karena kamu telah bertaruh, kecuali kamu menang maka sisanya tidak ada yang bisa mengambilnya."

"Ini liontin giokku, dan untuk hal ini aku tidak ikut bertaruh."

"Kami tidak peduli dengan hal ini, karena bagaimanapun taruhannya sekarang sudah dipasang."

Yoshua Xiao kesal hingga mengibaskan kipasnya dengan kencang, tetapi angin sejuk masih tidak bisa menghentikan hatinya yang marah dan panas.

Dia marah.

Jenis marah yang tidak bisa dibujuk dengan cara apapun.

Setelah meninggalkan restoran, meskipun Yoshua Xiao marah tapi dia masih membawa mereka berdua pulang dengan selamat sampai di pintu belakang Kediaman Perdana Menteri.

"Aku benar-benar tidak mengerti kamu. Bukannya melewati pintu depan, kamu malah suka melalui pintu belakang. Jika kamu tidak bergegas masuk, nanti kalau ketemu sama orang jahat jangan salahkan aku."

"Di tengah malam seperti ini, kalau aku melewati gerbang, bukankah aku akan membuat semua orang di kediaman ini kaget."

"Ya benar juga." Jadi dia pulang nant apakah harus melalui pintu belakang juga?

"Yoshua Kecil, sampai jumpa besok."

Yoshua Xiao langsung naik pitam dan hendak marah, tapi di depan matanya bayangan Cassie Gu sudah bilang.

Langkah gadis jelek ini cukup cepat.

Di Kediaman Perdana Menteri, Karina terlihat gelisah.

“Nona, hari ini kamu melukai Isti begitu parah lalu memukul Selir Kelima beberapa kali. Selir Kelima akankah dia melaporkan hal ini kepada Tuan Besar dan apakah mereka akan menyulitkanmu?”

"Ya bisa jadi, tapi mereka pastinya tidak akan mengganggu kita di beberapa waktu ini. Isti terluka parah dan dia kemungkinan besar tidak akan selamat. Nyonya Besar dan Selir Kelima tidak pernah cocok. Jadi dia pasti tidak akan melewatkan kesempatan untuk menyingkirkan tangan kiri dan kanan Selir Kelima."

"Nona...Aku tidak begitu mengerti dengan apa yang kamu bicarakan."

“Sederhananya, Nyonya Besar dan Selir Kelima sedang bertarung. Adapun bagaimana cara mereka bertarung, itu bukan urusan kita. Dan sebelum Isti mati, mereka tidak punya tenaga untuk mengganggu kita.”

Setelah Cassie Gu membujuk Karina untuk kembali ke kamarnya, dia pun mengobrak-abrik lemarinya, kemudian menemukan pakaian usang dari lemari sekaligus menukar cadar wajahnya, tubuhnya yang lincah langsung berguling.

Dalam beberapa kedipan mata, Cassie Gu dengan sedikit ikatan di kepalanya berlari ke vila Autumn Wind.

Tubuhnya yang ramping dalam beberapa detik dengan gerakan ringan seperti burung layang-layang menghilang di kegelapan malam, bisa dilihat kalau dia sebelumnya pernah berlatih seni bela diri.

Cassie Gu sedikit terkejut, tubuh ini sepertinya jauh lebih baik dari yang dia bayangkan.

Mungkinkah pemilik asli tubuh ini menguasai seni bela diri?

Tapi…Kenapa dia tidak bisa merasakan sedikit pun kekuatan internal di Dantiannya?

Vila Autumn Wind Mountain terletak di tempat terpencil di timur kota, tempat ini dikenal sebagai istana Dewa Perang-Pangeran Axel.

Di tempat ini daun maple ditanam di mana-mana, sehingga lahirlah nama Vila Autumn Wind.

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

39