Bab 3 Berpura-Pura Menyedihkan? Siapa Yang Tidak Bisa?
by Lisa Picky
08:01,Jun 20,2023
Cassie Gu berkata dengan sangat serius, tatapan jernihnya terlihat polos, tapi Carol Gu dan Bibi Kelima sangat kesal hingga tubuh mereka gemetar.
“Cassie, kamu bohong. Saat kamu memaksaku untuk minum obat perangsang, kamu tidak bersikap seperti ini.”
“Carol, aku tidak mengerti apa yang kamu katakan. Aku tahu aku salah, tidak seharusnya aku terlambat. Carol, kamu jangan marah, oke?”
Carol Gu sangat murka, kesuciannya telah hancur karenanya. Sebaliknya dia malah berpura-pura polos seperti kelinci putih. Carol Gu sangat marah dan langsung bangkit ingin mencekik lehernya, seperti ingin mencekiknya sampai mati.
“Lancang sekali.”
Perdana Menteri Gu menggebrak meja dengan marah.
Selain Cassie Gu, semua orang terlihat terkejut.
Bibi Kelima semakin menarik Carol Gu untuk berlutut. “Tuan Besar, jangan marah. Carol memang salah karena pergi bersama Nona Ketiga. Pasti seseorang sengaja memberikan obat perangsang itu.”
Nyonya Besar dan Bibi Ketiga tersenyum dingin.
Ada orang yang sengaja? Apa diam-diam sedang menuduh mereka?
Memanfaatkan rasa sayang Perdana Menteri Gu padanya, Bibi Kelima sering kali memamerkan kekuasaannya pada mereka. Sekarang Carol Gu kehilangan kesuciannya, mereka ingin lihat apa yang bisa dilakukan Bibi Kelima.
Hal yang paling bodoh adalah Cassie Gu yang penakut dan lemah, selain terkadang pergi mendoakan ibunya yang sudah meninggal, dia tidak pernah keluar dari kediaman, juga tidak memiliki orang terdekat, bagaimana dia bisa mengetahui obat perangsang? Bagaimana mungkin dia bisa membeli obat perangsang.
Carol Gu kalau ingin menjebak, harus mencari alasan yang bagus.
Setelah kehilangan kesucian, apa dia menjadi bodoh?
Bibi Ketiga menahan tawa, nada bicaranya terdengar menyindir, “Cih, entah siapa yang memberi tahu perdana menteri, kalau Nona Ketiga diam-diam kabur ke kuil bobrok bersama bawahan. Bukannya berhasil mencelakai orang, sebaliknya malah mencelakai diri sendiri.”
Raut wajah Bibi Kelima menjadi masam.
Demi putrinya bisa menjadi Selir Pangeran Zico, sehingga dia mencelakai Cassie Gu, tapi tidak disangka orang yang ingin dicelakainya malah menjadi putrinya sendiri.
Memikirkan putrinya yang kehilangan kesucian, Bibi Kelima merasa ingin menangis dan sedih.
“Tuan Besar, kalau aku ingin mencelakai Nona Ketiga, bagaimana bisa aku sebodoh itu malah menjadi mencelakai putriku sendiri. Jelas-jelas ada orang yang sengaja menjebak kami.”
“Pasti Cassie si wanita murahan ini pelakunya. Ayah, kamu harus membuat pembelaan untuk kami.”
Bibi Kelima menarik ujung pakaian Carol Gu, lalu memberikan tatapan yang menyuruhnya untuk jangan sembarangan bicara.
Namun, Carol Gu yang berada dalam keadaan emosi, tidak bisa mempertahankan sikap tenangnya.
“Ayah, kamu harus memberi pelajaran pada wanita murahan ini. Apa yang dia tampilkan bukanlah yang sebenarnya.”
Bahkan sekarang tubuh bagian bawahnya masih terasa sangat sakit. Semua ini salah Cassie Gu.
“Cukup. Cassie, coba kamu katakan apa yang terjadi sebenarnya. Apa kamu memberi adikmu obat perangsang?”
Cassie Gu tersenyum dingin.
Terus menyebutnya wanita murahan, jika dirinya wanita murahan, lalu bagaimana dengan Tuan Besar Gu?
Ayah murahan?
Walaupun merendahkan, Cassie Gu tetap berujar dengan sedih, “Kalau Carol berkata seperti itu, ka ...... kalau begitu iya aku yang memberikannya.”
Dada Carol Gu naik turun karena sangat kesal. JIka bukan karena Bibi Kelima yang terus menariknya, mungkin dirinya sudah meledak sejak tadi.
“Walaupun itu hari peringatan kematian ibumu, kamu bisa membawa beberapa bawahan. Sedang apa seorang gadis di luar sana tengah malam?”
“Aku juga ingin membawa beberapa orang lebih banyak, tapi ...... tapi Adik Kelima bilang kalau dia telah membawa banyak orang, jadi aku tidak perlu membawanya lagi, Ketiga Adik Kelima mengatakan ini, ada banyak orang yang mendengarnya, kalau tidak percaya kamu bisa menanyakan mereka.”
Bibi Ketiga memainkan kukunya dengan malas, lalu tersenyum berkata, “Nona Kelima memang mengatakan hal ini, bahkan menyuruh orang untuk menahan Karina.”
Caren Gu, Nona Ketujuh tidak mengerti dengan permasalahan ini, segera menambahkan, “Aku juga melihatnya.”
Bibi Kelima menjadi panik. Sepertinya masalah hari ini tidak akan berakhir baik.
Perdana Menteri Gu berteriak marah, “Apa yang kamu lakukan pergi di tengah malam?”
“Tuan Besar......”
Bibi Kelima masih ingin menjelaskan, Perdana Menteri Gu sudah sangat murka. “Tutup mulutmu! Kalau bukan karena kamu yang sangat memanjakannya, hal ini tidak akan terjadi. Carol, kamu katakan sendiri kenapa pergi ke kuil bobrok?”
Setelah meluapkan amarahnya, Carol Gu tahu masalah ini akan mempersulitnya. Jika ayahnya tidak memanjakannya lagi, maka tamatlah riwayatnya seumur hidup.
Carol Gu mengusap air matanya, lalu berucap dengan sedih, “Aku mendengar kalau kemarin adalah hari peringatan kematian Kakak, awalnya aku ingin menemani Kakak pergi mendoakan bersama, juga khawatir kalau Kakak tidak suka orang lain mengganggu ibunya, jadi aku janjian untuk bertemu dengannya di kuil bobrok. Ketika pulang bersama, tidak disangka......”
Tidak ada orang yang memercayai ucapannya ini.
Cassie Gu mengalami hari-hari yang sulit di kediaman. Jika dia benar-benar peduli pada Cassie Gu, biaisanya dia tidak akan sering mempersulit Cassie Gu.
Bagaimana mungkin Perdana Menteri Gu tidak tahu kalau Carol Gu sedang berbohong. Hanya saja dia tidak ingin memperpanjang pembicaraan ini, akhirnya melimpahkan semua kesalahan pada Cassie Gu.
“Semuanya salahmu. Kalau kamu tidak bersikeras pergi ke Kuil Yunqing untuk mendoalakn ibumu, masalah ini tidak akan terjadi. Kelak kamu mendoakannya di rumah saja.
Cassie Gu melirik dengan tajam, punggungnya terlihat tegap, mulutnya mengeluarkan kalimat sindiran.
“Ibuku bilang dia sangat kesepian di bawah tanah. Saat itu dia meninggal dengan sangat mengenaskan, dia sangat ingin naik ke atas sini untuk melihat Ayah dan melihat semua Bibi juga saudara.”
“Untuk apa melihat kami?” Punggung Bibi Kelima mulai mendingin.
“Ayah menikahi Ibu lebih dulu, lalu menerima kalian sebagai selir, tentu saja melihat apa kalian hidup dengan baik dan saling mencintai atau tidak.”
Raut wajah semua orang langsung berubah.
Teringat kembali tatapan penuh kebencian ibu Cassie Gu sebelum meninggal, membuat mereka semua berkuduk merinding.
Terlihat kecurigaan di sepasang mata tajam Nyonya Besar, tadi tatapan Cassie Gu tidak terlihat pengecut seperti biasanya, sebaliknya malah sarat akan dingin dan kesombongan. Apa dia salah lihat?
Perdana Menteri Gu berkata dengan nada kesal, “Sudahlah, masalah selesai sampai dii sini. Masalah Carol yang kehilangan kesucian, siapa pun tidak boleh membocorkannya. Jika tidak, lihat saja bagaimana aku memberinya pelajaran.”
“Baik,” kata Bibi Ketiga dan yang lainnya.
Perdana Menteri Gu menunjuk Carol Gu dengan marah. “Selama beberapa hari ini kamu diam saja di rumah, tidak boleh pergi ke mana pun.”
“Baik.”
Carol Gu benar-benar sedih.
Kesuciannya hilang begitu saja, bahkan diberi pelajaran, sedangkan pelakunya masih bisa berkeliaran, hal ini membuatnya tidak rela.
“Dan juga bersikap baiklah. Kalau sampai aku tahu masalah Carol ada hubungannya denganmu, aku tidak akan memaafkanmu.”
Cassie Gu tersenyum dingin.
Siapa yang memaafkan siapa.
Perdana Menteri Gu telah pergi, Bibi Kelima takut Perdana Menteri Gu tidak lagi menyayangi Carol Gu, tanpa mempedulikan putrinya sendiri, dia segera mengejar Perdana Menteri Gu.
Nyonya Besar, Bibi Ketiga, juga Caren Gu dan yang lainnya meninggalkan Carol Gu seorang dengan senyuman merendahkan dan mengejek.
Di tempat itu hanya tersisa Cassie Gu dan Carol Gu.
Cassie Gu terlihat arogan, seolah-olah merasa pangkatnya lebih tinggi dan menatap rendah Carol Gu, kelemahan tidak lagi terlihat di dalam dirinya.
“Kamu telah di out.”
Carol Gu tercengang. “Apa maksudmu?”
“Artinya kamu telah dikeluarkan.” Kesucian wanita zaman dulu lebih penting daripada nyawa, bukankah kehilangan kesucian sama saja ditendang keluar?
Ketika Carol Gu bingung dengan maksud yang dia katakan, Cassie Gu telah bersiul dan pergi dengan arogan.
Marah.
Dirinya sangat marah hingga merasa dadanya hampir meledak.
Carol Gu menghancurkan vas bunga yang ada di atas meja, lalu berteriak marah, “Cassie, cepat atau lambat, aku pasti akan membunuhmu......”
Sialan, tadi di hadapan Cassie Gu, dirinya bisa merasakan kalau dirinya seperti semut yang rendah diri, sedangkan Cassie Gu terlihat berkuasa dan hebat.
Dia hanyalah anak sah yang buruk rupa dari seorang selir, juga orang yang paling tidak dia hargai, bagaimana mungkin menjadi seperti ini.
“Cassie, kamu bohong. Saat kamu memaksaku untuk minum obat perangsang, kamu tidak bersikap seperti ini.”
“Carol, aku tidak mengerti apa yang kamu katakan. Aku tahu aku salah, tidak seharusnya aku terlambat. Carol, kamu jangan marah, oke?”
Carol Gu sangat murka, kesuciannya telah hancur karenanya. Sebaliknya dia malah berpura-pura polos seperti kelinci putih. Carol Gu sangat marah dan langsung bangkit ingin mencekik lehernya, seperti ingin mencekiknya sampai mati.
“Lancang sekali.”
Perdana Menteri Gu menggebrak meja dengan marah.
Selain Cassie Gu, semua orang terlihat terkejut.
Bibi Kelima semakin menarik Carol Gu untuk berlutut. “Tuan Besar, jangan marah. Carol memang salah karena pergi bersama Nona Ketiga. Pasti seseorang sengaja memberikan obat perangsang itu.”
Nyonya Besar dan Bibi Ketiga tersenyum dingin.
Ada orang yang sengaja? Apa diam-diam sedang menuduh mereka?
Memanfaatkan rasa sayang Perdana Menteri Gu padanya, Bibi Kelima sering kali memamerkan kekuasaannya pada mereka. Sekarang Carol Gu kehilangan kesuciannya, mereka ingin lihat apa yang bisa dilakukan Bibi Kelima.
Hal yang paling bodoh adalah Cassie Gu yang penakut dan lemah, selain terkadang pergi mendoakan ibunya yang sudah meninggal, dia tidak pernah keluar dari kediaman, juga tidak memiliki orang terdekat, bagaimana dia bisa mengetahui obat perangsang? Bagaimana mungkin dia bisa membeli obat perangsang.
Carol Gu kalau ingin menjebak, harus mencari alasan yang bagus.
Setelah kehilangan kesucian, apa dia menjadi bodoh?
Bibi Ketiga menahan tawa, nada bicaranya terdengar menyindir, “Cih, entah siapa yang memberi tahu perdana menteri, kalau Nona Ketiga diam-diam kabur ke kuil bobrok bersama bawahan. Bukannya berhasil mencelakai orang, sebaliknya malah mencelakai diri sendiri.”
Raut wajah Bibi Kelima menjadi masam.
Demi putrinya bisa menjadi Selir Pangeran Zico, sehingga dia mencelakai Cassie Gu, tapi tidak disangka orang yang ingin dicelakainya malah menjadi putrinya sendiri.
Memikirkan putrinya yang kehilangan kesucian, Bibi Kelima merasa ingin menangis dan sedih.
“Tuan Besar, kalau aku ingin mencelakai Nona Ketiga, bagaimana bisa aku sebodoh itu malah menjadi mencelakai putriku sendiri. Jelas-jelas ada orang yang sengaja menjebak kami.”
“Pasti Cassie si wanita murahan ini pelakunya. Ayah, kamu harus membuat pembelaan untuk kami.”
Bibi Kelima menarik ujung pakaian Carol Gu, lalu memberikan tatapan yang menyuruhnya untuk jangan sembarangan bicara.
Namun, Carol Gu yang berada dalam keadaan emosi, tidak bisa mempertahankan sikap tenangnya.
“Ayah, kamu harus memberi pelajaran pada wanita murahan ini. Apa yang dia tampilkan bukanlah yang sebenarnya.”
Bahkan sekarang tubuh bagian bawahnya masih terasa sangat sakit. Semua ini salah Cassie Gu.
“Cukup. Cassie, coba kamu katakan apa yang terjadi sebenarnya. Apa kamu memberi adikmu obat perangsang?”
Cassie Gu tersenyum dingin.
Terus menyebutnya wanita murahan, jika dirinya wanita murahan, lalu bagaimana dengan Tuan Besar Gu?
Ayah murahan?
Walaupun merendahkan, Cassie Gu tetap berujar dengan sedih, “Kalau Carol berkata seperti itu, ka ...... kalau begitu iya aku yang memberikannya.”
Dada Carol Gu naik turun karena sangat kesal. JIka bukan karena Bibi Kelima yang terus menariknya, mungkin dirinya sudah meledak sejak tadi.
“Walaupun itu hari peringatan kematian ibumu, kamu bisa membawa beberapa bawahan. Sedang apa seorang gadis di luar sana tengah malam?”
“Aku juga ingin membawa beberapa orang lebih banyak, tapi ...... tapi Adik Kelima bilang kalau dia telah membawa banyak orang, jadi aku tidak perlu membawanya lagi, Ketiga Adik Kelima mengatakan ini, ada banyak orang yang mendengarnya, kalau tidak percaya kamu bisa menanyakan mereka.”
Bibi Ketiga memainkan kukunya dengan malas, lalu tersenyum berkata, “Nona Kelima memang mengatakan hal ini, bahkan menyuruh orang untuk menahan Karina.”
Caren Gu, Nona Ketujuh tidak mengerti dengan permasalahan ini, segera menambahkan, “Aku juga melihatnya.”
Bibi Kelima menjadi panik. Sepertinya masalah hari ini tidak akan berakhir baik.
Perdana Menteri Gu berteriak marah, “Apa yang kamu lakukan pergi di tengah malam?”
“Tuan Besar......”
Bibi Kelima masih ingin menjelaskan, Perdana Menteri Gu sudah sangat murka. “Tutup mulutmu! Kalau bukan karena kamu yang sangat memanjakannya, hal ini tidak akan terjadi. Carol, kamu katakan sendiri kenapa pergi ke kuil bobrok?”
Setelah meluapkan amarahnya, Carol Gu tahu masalah ini akan mempersulitnya. Jika ayahnya tidak memanjakannya lagi, maka tamatlah riwayatnya seumur hidup.
Carol Gu mengusap air matanya, lalu berucap dengan sedih, “Aku mendengar kalau kemarin adalah hari peringatan kematian Kakak, awalnya aku ingin menemani Kakak pergi mendoakan bersama, juga khawatir kalau Kakak tidak suka orang lain mengganggu ibunya, jadi aku janjian untuk bertemu dengannya di kuil bobrok. Ketika pulang bersama, tidak disangka......”
Tidak ada orang yang memercayai ucapannya ini.
Cassie Gu mengalami hari-hari yang sulit di kediaman. Jika dia benar-benar peduli pada Cassie Gu, biaisanya dia tidak akan sering mempersulit Cassie Gu.
Bagaimana mungkin Perdana Menteri Gu tidak tahu kalau Carol Gu sedang berbohong. Hanya saja dia tidak ingin memperpanjang pembicaraan ini, akhirnya melimpahkan semua kesalahan pada Cassie Gu.
“Semuanya salahmu. Kalau kamu tidak bersikeras pergi ke Kuil Yunqing untuk mendoalakn ibumu, masalah ini tidak akan terjadi. Kelak kamu mendoakannya di rumah saja.
Cassie Gu melirik dengan tajam, punggungnya terlihat tegap, mulutnya mengeluarkan kalimat sindiran.
“Ibuku bilang dia sangat kesepian di bawah tanah. Saat itu dia meninggal dengan sangat mengenaskan, dia sangat ingin naik ke atas sini untuk melihat Ayah dan melihat semua Bibi juga saudara.”
“Untuk apa melihat kami?” Punggung Bibi Kelima mulai mendingin.
“Ayah menikahi Ibu lebih dulu, lalu menerima kalian sebagai selir, tentu saja melihat apa kalian hidup dengan baik dan saling mencintai atau tidak.”
Raut wajah semua orang langsung berubah.
Teringat kembali tatapan penuh kebencian ibu Cassie Gu sebelum meninggal, membuat mereka semua berkuduk merinding.
Terlihat kecurigaan di sepasang mata tajam Nyonya Besar, tadi tatapan Cassie Gu tidak terlihat pengecut seperti biasanya, sebaliknya malah sarat akan dingin dan kesombongan. Apa dia salah lihat?
Perdana Menteri Gu berkata dengan nada kesal, “Sudahlah, masalah selesai sampai dii sini. Masalah Carol yang kehilangan kesucian, siapa pun tidak boleh membocorkannya. Jika tidak, lihat saja bagaimana aku memberinya pelajaran.”
“Baik,” kata Bibi Ketiga dan yang lainnya.
Perdana Menteri Gu menunjuk Carol Gu dengan marah. “Selama beberapa hari ini kamu diam saja di rumah, tidak boleh pergi ke mana pun.”
“Baik.”
Carol Gu benar-benar sedih.
Kesuciannya hilang begitu saja, bahkan diberi pelajaran, sedangkan pelakunya masih bisa berkeliaran, hal ini membuatnya tidak rela.
“Dan juga bersikap baiklah. Kalau sampai aku tahu masalah Carol ada hubungannya denganmu, aku tidak akan memaafkanmu.”
Cassie Gu tersenyum dingin.
Siapa yang memaafkan siapa.
Perdana Menteri Gu telah pergi, Bibi Kelima takut Perdana Menteri Gu tidak lagi menyayangi Carol Gu, tanpa mempedulikan putrinya sendiri, dia segera mengejar Perdana Menteri Gu.
Nyonya Besar, Bibi Ketiga, juga Caren Gu dan yang lainnya meninggalkan Carol Gu seorang dengan senyuman merendahkan dan mengejek.
Di tempat itu hanya tersisa Cassie Gu dan Carol Gu.
Cassie Gu terlihat arogan, seolah-olah merasa pangkatnya lebih tinggi dan menatap rendah Carol Gu, kelemahan tidak lagi terlihat di dalam dirinya.
“Kamu telah di out.”
Carol Gu tercengang. “Apa maksudmu?”
“Artinya kamu telah dikeluarkan.” Kesucian wanita zaman dulu lebih penting daripada nyawa, bukankah kehilangan kesucian sama saja ditendang keluar?
Ketika Carol Gu bingung dengan maksud yang dia katakan, Cassie Gu telah bersiul dan pergi dengan arogan.
Marah.
Dirinya sangat marah hingga merasa dadanya hampir meledak.
Carol Gu menghancurkan vas bunga yang ada di atas meja, lalu berteriak marah, “Cassie, cepat atau lambat, aku pasti akan membunuhmu......”
Sialan, tadi di hadapan Cassie Gu, dirinya bisa merasakan kalau dirinya seperti semut yang rendah diri, sedangkan Cassie Gu terlihat berkuasa dan hebat.
Dia hanyalah anak sah yang buruk rupa dari seorang selir, juga orang yang paling tidak dia hargai, bagaimana mungkin menjadi seperti ini.
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved