Bab 11 Makna Puisi Jawawut
by Lisa Picky
08:01,Jun 20,2023
Bah, ada lebih dari 30 jenis bahan obat, semuanya tumbuh di tempat yang berbeda, dan sekarang dia berada di tempat yang ke depannya tidak tahu akan bagaimana. Jadi alangkah baiknya kalau dia pergi mengumpulkan uang lalu langsung membeli bahan-bahan obat itu.
Kata-kata Guru Xu seperti lullaby, ditambah dari perjalanannya melampaui masa hingga detik ini dia belum benar-benar beristirahat dengan baik, Cassie Gu akhirnya jatuh tertidur lelap.
Saat dia bangun, itu karena badannya ditepuk oleh Yoshua Xiao.
Dia setengah sadar mendongak, "Sudah fajar?"
Mendengar itu Guru Xu langsug marah, "Cassie Gu, di matamu masih ada aku sebagai guru tidak?"
Cassie Gu menggaruk telinganya yang berdengung.
Orang tua ini, di usianya saat ini masih memiliki temperamen yang begitu buruk.
Semua orang di kelas tidak bisa menahan tawa.
Tadi terlambat ya sudah lah ya, lalu sekarang dia masih berani tidur di kelas.
Guru Xu sendiri terkenal sebagai guru yang pemarah.
"Ini Sekolah Akademi Kerajaan. Banyak orang di dunia ini ingin masuk dan belajar di sini, tapi bagaimana denganmu...Kamu malah tidur di kelas, ka...Kamu ini sedang mencoba membuatku mati karena kesal ya?"
Yoshua Xiao merasa tidak habis pikir dan lucu.
Apakah dia harus merasa senang, atau harus bersimpati padanya?
Ssat Cassie Gu belum ada di sini, orang yang selalu tertangkap basah tidak fokus belajar oleh gurunya adalah dia. Lalu sekarang arah angin sepertinya telah berubah. Gadis jelek ini ternyata lebih tidak bisa diandalkan darinya.
Karena kalau dia paling-paling hanya menyipitkan mata, sementara gadis ini bahkan sampai mendengkur mengeluarkan suara.
Mendengar kata-kata gurunya Cassie Gu dengan lantang langsung mengoreksinya, "Guru, kamu salah paham, Sekolah Akademi Kerajaan ini tempat macam apa, ya tempat yang sekalipun bermimpi aku ingin bisa datang kemari, aku mana mungkin berani tidur, barusan tadi aku sedang berpikir keras dengan pelajaran yang sedang guru jelaskan."
"Bajingan, kamu sudah tidur di kelas tapi masih mencari alasan. Baik kalau begitu beri tahu aku, aku tadi menjelaskan pelajarannya sampai di mana?"
Cassie Gu menoleh ke samping, matanya menyapu ke arah Yoshua Xiao memberinya isyarat.
Yoshua Xiao menutupi wajahnya dengan sebuah buku lalu berkata dengan suara rendah, "Tikus Pergi."
Tikus Pergi? Tikus? Apa maksudnya?
Dia mengerjapkan mata, kebingungan.
"Tikus pergi, tikus telah pergi."
Mendengar itu, Cassie Gu semakin tertegun.
Pelajaran macam apa yang diajarkam di kelas ini.
"Cassie Gu, Yoshua Xiao, apa yang kalian berdua lakukan, kenapa mata kalian seperti itu?"
"Guru, aku tidurku kemarin tidak nyenyak, jadi mataku hari ini tidak enak, selalu berkedut, aku juga tidak tahu harus bagaimana," jelas Yoshua Xiao.
Semua murid di kelas tertawa.
Dua orang ini duduk bersebelahan di meja yang sama, dan mereka benar-benar banyak lagu, dua orang idiot, ya mereka pasangan yang serasi.
Carol Gu saat ini terus tersenyum angkuh.
Dia sangat tahu kemampuan adiknya ini, dan dia memang sedang menunggu untuk melihat leluconnya.
"Cassie Gu, kenapa masih tidak menjawab, sampai di mana penjelaskanku tadi?"
"Tikus telah pergi." Cassie Gu akhirnya hanya bisa menebalkan muka dan menjawab, dia juga berharap kalau Yoshua Xiao ini sedikit lebih bisa diandalkan.
"Hahaha…"
Semua orang tertawa begitu keras, mereka bahkan hampir mati tersedak karena tertawa begitu lepas.
Cassie Gu merubah wajahnya, menatap Yoshua Xiao dengan tidak senang, lalu mengutuknya dengan suara rendah, "Aku bisa-bisanya percaya pada perangkap busukmu."
Yoshua Xiao tampak sedih karena merasa disalah-pahami, "Tapi itu memang tentang kepergian tikus."
"Bajingan, kalian berdua, kalian berdua ini ingin membuatku mati kesal ya?"
Guru Xu menghentak kaki dan menggembungkan dadanya, lalu menunjuk ke luar, "Kalian…Kalian lari kelilingi Sekolah Akademi Kerajaan selama 50 putaran, tidak boleh pulang sebelum sampai 50 putaran."
Yoshua Xiao terkejut, "Guru, apa yang terjadi saat ini apa hubungannya denganku?"
“Tuan Muda Xiao, Tuan Muda Xiao, kakak tertuamu bagian dari sipil dan militer, kakak keduamu juga dikenal sebagai Empat Talenta Hebat bergandengan dengan Guru Sony, lalu kamu...Kenapa kamu tidak mewarisi bakat dari kakak-kakakmu.
Aku di sini sudah berbicara panjang lebar, tapi kalimat yang keluar dari mulutmu malah tikus telah pergi. Kamu mau membuatku mati kesal ya? Sikapmu ini membuatku tidak tahu harus bagaimana
menghadapi Jenderal Xiao."
Sialan.
Dia membantu gadis jelek itu, lalu sekarang malah ikut membantu dirinya sendiri menerima hukuman ini.
Cassie Gu tiba-tiba memikirkan sesuatu, dia melengkungkan bibirnya, dan berkata dengan malas, "Guru, aku barusan hanya bercanda denganmu, lihatlah kamu sampai marah begini, dengarkan aku ya, aku akan melafalkannya untukmu."
Tapi semua orang tidak percaya dan menunggu dia terus membuat lelucon.
Dan Pangeran Zico sendiri dia semakin mencemoohnya.
Hal paling benar yang dia lakukan dalam hidupnya adalah membatalkan perjodohan mereka, karena kalau tidak maka dia hari ini yang akan kehilangan wajahnya.
Tapi setelah ini tidak ada satupun yang menyangka kalau Cassie Gu akan benar-benar bisa melafalkan kata demi kata.
“Jawawut itu pergi, lalu tumbuh bibit dari jawawut. Berjalan terus berjalan, pusatnya bergoyang. Mereka yang mengenalku mengatakan mengapa aku khawatir, dan mereka yang tidak mengenalku mengatakan apa yang aku inginkan. Segala yang ada di dunia! Siapakah yang menciptakan dan membuatnya seperti ini?”
Wow...
Seluruh kelas meledak.
Dia...Bagaimana dia bisa menghafalnya?
Bukankah puisi ini sudah lama hilang? Mereka sendiri hanya tahu paruh pertama kalimat dari puisi itu.
Guru Xu langsung tertegun.
Carol Gu, Shania Gu dan lainnya juga terkejut.
Pangeran Zico menatap Cassie Gu dengan tidak percaya.
Bahkan tangan Sony Chu yang memegang buku di sebelah Guru Xu bergetar, dia menatap Cassie Gu dengan sepasang matanya yang sempurna dengan takjub.
Mereka yang mengenalku mengatakan mereka ikut khawatir akanku, dan mereka yang tidak mengenalku mengatakan apa yang aku inginkan.
Dia…Bagaimana bisa tahu puisi ini?
“Jawawut itu pergi, lalu tumbuh bibit dari jawawut. Berjalan terus berjalan, pusatnya bergoyang. Mereka yang mengenalku mengatakan mengapa aku khawatir, dan mereka yang tidak mengenalku mengatakan apa yang aku inginkan. Segala yang ada di dunia! Siapakah yang menciptakan dan membuatnya seperti ini?”
Mata aneh penonton membuat Cassie Gu merinding.
Bukan puisi ini kah?
Kalimat selanjutnya dia jadi tidak enak untuk melafalkannya.
Akhirnya dia hanya bisa berkata, "Itu...Guru, aku sebaiknya lari 50 putaran saja, tetapi Carol Gu dia adalah pendampingku, aku sekarang dihukum lari, lalu dia tidak punya alasan untuk tidak ikut lari denganku kan."
Carol Gu langsung terbangun dari keterkejutannya, "Ini apa hubungannya denganku?"
"Bagaimana mungkin tidak ada hubungannya denganmu. Sebagai pendampingku, atasanmu telah melakukan kesalahan, bukankah sudah seharusnya kalau kamu ikut dihukum bersama tuanmu?"
"Logika macam apa ini?"
"Ya memang seperti ini logikanya. Jika kamu memiliki pendapat, kamu bisa keluar dan belok kiri, pergi menghadap Kaisar, dan minta Kaisar untuk tidak membiarkanmu menjadi pendampingku."
"Bagus, bagus, bagus sekali Nona Ketiga Gu, apakah ini puisi lengkap ‘Jawawut’?"
Guru Xu tiba-tiba bergegas mendekat dan mengatakan kata bagus beberapa kali, sikapnya ini mengejutkan Cassie Gu.
Orang tua ini, otaknya bermasalah ya, moodnya labil sekali, jangan-jangan dia memiliki kepribadian ganda?
Melihat Cassie Gu tidak menjawab, Guru Xu buru-buru bertanya lagi, “Nona Ketiga Su, apakah ini ‘Jawawut’ yang lengkap?”
"Tidak."
"Lalu bagaimana dengan sisanya, bisakah kamu melafalkannya sampai selesai?"
"Bukankah kamu gurunya? Biar kamu saja yang mengajar kami, kenapa malah menyuruhku melafalkannya?"
Kalimat ini langsung membuat
Guru Xu tersedak.
Puisi Jawawut ini telah hilang selama ribuan tahun, dan yang tersisa hanya dua kalimat pendek awal, yaitu: ‘Jawawut itu pergi, lalu tumbuh bibit dari jawawut. Berjalan terus berjalan, pusatnya bergoyang’.
Ada banyak sastrawan dan tamu sastra lainnya yang sibuk mengumpulkan puisi ini, tapi sayang sekali mereka masih belum bisa mengumpulkan semuanya.
Guru Xu juga tidak peduli dengan sikapnya, dalam dirinya hanya fokus mengekstrak isi-isi puisi berikutnya dari mulut Cassie Gu.
"Sejujurnya, puisi ini sudah lama hilang, jadi...Nona Ketiga Gu, kamu mengerti kan."
Cassie Gu mencari ingatannya, dan samar-samar ingat ruang dan waktu dibalik perjuangan masa Chu-Han, dan benua mereka secara paksa dibagi hingga detik ini masa sudah lewat dari dua ribu tahun.
Selama dua ribu tahun terakhir, telah terjadi banyak perang dan puluhan dinasti bergulingan, karakter sebelum Chu-Han telah lama hilang, dan banyak dokumen ikut tenggelam dalam arus sejarah.
Menurut ingatannya, tampaknya klan dari Chu Barat berhasil merebut tahta, tetapi baru menduduki dua puluh tahun posisi mereka sudah digantikan oleh orang Qi.
Bukankah ini berarti dari masa perjuangan Chu-Han, ruang dan waktu sudah bercabang dua.
Salah satunya adalah Leonardo Liu, yang begitu familiar, naik tahta, mendirikan Dinasti Han, dan tak lama terjadi banyak hal hingga akhirnya bunuh diri.
Yang satunya lagi adalah yang ada dalam ruang dan waktu ini, keluarga Xiang naik tahta, dan keluarga Liu semuanya dibantai.
Cassie Gu membalik-balik ingatan yang berantakan itu, lalu merasa isi pikirannya ikut berantakan.
"Ada tiga baris dalam keseluruhan puisi. Dan aku barusan telah melafalkan dua baris, masih ada baris terakhir. Kalau Guru mau aku melafalkannya ya boleh saja, tapi...Guru harus menyetujui satu syaratku."
Kata-kata Guru Xu seperti lullaby, ditambah dari perjalanannya melampaui masa hingga detik ini dia belum benar-benar beristirahat dengan baik, Cassie Gu akhirnya jatuh tertidur lelap.
Saat dia bangun, itu karena badannya ditepuk oleh Yoshua Xiao.
Dia setengah sadar mendongak, "Sudah fajar?"
Mendengar itu Guru Xu langsug marah, "Cassie Gu, di matamu masih ada aku sebagai guru tidak?"
Cassie Gu menggaruk telinganya yang berdengung.
Orang tua ini, di usianya saat ini masih memiliki temperamen yang begitu buruk.
Semua orang di kelas tidak bisa menahan tawa.
Tadi terlambat ya sudah lah ya, lalu sekarang dia masih berani tidur di kelas.
Guru Xu sendiri terkenal sebagai guru yang pemarah.
"Ini Sekolah Akademi Kerajaan. Banyak orang di dunia ini ingin masuk dan belajar di sini, tapi bagaimana denganmu...Kamu malah tidur di kelas, ka...Kamu ini sedang mencoba membuatku mati karena kesal ya?"
Yoshua Xiao merasa tidak habis pikir dan lucu.
Apakah dia harus merasa senang, atau harus bersimpati padanya?
Ssat Cassie Gu belum ada di sini, orang yang selalu tertangkap basah tidak fokus belajar oleh gurunya adalah dia. Lalu sekarang arah angin sepertinya telah berubah. Gadis jelek ini ternyata lebih tidak bisa diandalkan darinya.
Karena kalau dia paling-paling hanya menyipitkan mata, sementara gadis ini bahkan sampai mendengkur mengeluarkan suara.
Mendengar kata-kata gurunya Cassie Gu dengan lantang langsung mengoreksinya, "Guru, kamu salah paham, Sekolah Akademi Kerajaan ini tempat macam apa, ya tempat yang sekalipun bermimpi aku ingin bisa datang kemari, aku mana mungkin berani tidur, barusan tadi aku sedang berpikir keras dengan pelajaran yang sedang guru jelaskan."
"Bajingan, kamu sudah tidur di kelas tapi masih mencari alasan. Baik kalau begitu beri tahu aku, aku tadi menjelaskan pelajarannya sampai di mana?"
Cassie Gu menoleh ke samping, matanya menyapu ke arah Yoshua Xiao memberinya isyarat.
Yoshua Xiao menutupi wajahnya dengan sebuah buku lalu berkata dengan suara rendah, "Tikus Pergi."
Tikus Pergi? Tikus? Apa maksudnya?
Dia mengerjapkan mata, kebingungan.
"Tikus pergi, tikus telah pergi."
Mendengar itu, Cassie Gu semakin tertegun.
Pelajaran macam apa yang diajarkam di kelas ini.
"Cassie Gu, Yoshua Xiao, apa yang kalian berdua lakukan, kenapa mata kalian seperti itu?"
"Guru, aku tidurku kemarin tidak nyenyak, jadi mataku hari ini tidak enak, selalu berkedut, aku juga tidak tahu harus bagaimana," jelas Yoshua Xiao.
Semua murid di kelas tertawa.
Dua orang ini duduk bersebelahan di meja yang sama, dan mereka benar-benar banyak lagu, dua orang idiot, ya mereka pasangan yang serasi.
Carol Gu saat ini terus tersenyum angkuh.
Dia sangat tahu kemampuan adiknya ini, dan dia memang sedang menunggu untuk melihat leluconnya.
"Cassie Gu, kenapa masih tidak menjawab, sampai di mana penjelaskanku tadi?"
"Tikus telah pergi." Cassie Gu akhirnya hanya bisa menebalkan muka dan menjawab, dia juga berharap kalau Yoshua Xiao ini sedikit lebih bisa diandalkan.
"Hahaha…"
Semua orang tertawa begitu keras, mereka bahkan hampir mati tersedak karena tertawa begitu lepas.
Cassie Gu merubah wajahnya, menatap Yoshua Xiao dengan tidak senang, lalu mengutuknya dengan suara rendah, "Aku bisa-bisanya percaya pada perangkap busukmu."
Yoshua Xiao tampak sedih karena merasa disalah-pahami, "Tapi itu memang tentang kepergian tikus."
"Bajingan, kalian berdua, kalian berdua ini ingin membuatku mati kesal ya?"
Guru Xu menghentak kaki dan menggembungkan dadanya, lalu menunjuk ke luar, "Kalian…Kalian lari kelilingi Sekolah Akademi Kerajaan selama 50 putaran, tidak boleh pulang sebelum sampai 50 putaran."
Yoshua Xiao terkejut, "Guru, apa yang terjadi saat ini apa hubungannya denganku?"
“Tuan Muda Xiao, Tuan Muda Xiao, kakak tertuamu bagian dari sipil dan militer, kakak keduamu juga dikenal sebagai Empat Talenta Hebat bergandengan dengan Guru Sony, lalu kamu...Kenapa kamu tidak mewarisi bakat dari kakak-kakakmu.
Aku di sini sudah berbicara panjang lebar, tapi kalimat yang keluar dari mulutmu malah tikus telah pergi. Kamu mau membuatku mati kesal ya? Sikapmu ini membuatku tidak tahu harus bagaimana
menghadapi Jenderal Xiao."
Sialan.
Dia membantu gadis jelek itu, lalu sekarang malah ikut membantu dirinya sendiri menerima hukuman ini.
Cassie Gu tiba-tiba memikirkan sesuatu, dia melengkungkan bibirnya, dan berkata dengan malas, "Guru, aku barusan hanya bercanda denganmu, lihatlah kamu sampai marah begini, dengarkan aku ya, aku akan melafalkannya untukmu."
Tapi semua orang tidak percaya dan menunggu dia terus membuat lelucon.
Dan Pangeran Zico sendiri dia semakin mencemoohnya.
Hal paling benar yang dia lakukan dalam hidupnya adalah membatalkan perjodohan mereka, karena kalau tidak maka dia hari ini yang akan kehilangan wajahnya.
Tapi setelah ini tidak ada satupun yang menyangka kalau Cassie Gu akan benar-benar bisa melafalkan kata demi kata.
“Jawawut itu pergi, lalu tumbuh bibit dari jawawut. Berjalan terus berjalan, pusatnya bergoyang. Mereka yang mengenalku mengatakan mengapa aku khawatir, dan mereka yang tidak mengenalku mengatakan apa yang aku inginkan. Segala yang ada di dunia! Siapakah yang menciptakan dan membuatnya seperti ini?”
Wow...
Seluruh kelas meledak.
Dia...Bagaimana dia bisa menghafalnya?
Bukankah puisi ini sudah lama hilang? Mereka sendiri hanya tahu paruh pertama kalimat dari puisi itu.
Guru Xu langsung tertegun.
Carol Gu, Shania Gu dan lainnya juga terkejut.
Pangeran Zico menatap Cassie Gu dengan tidak percaya.
Bahkan tangan Sony Chu yang memegang buku di sebelah Guru Xu bergetar, dia menatap Cassie Gu dengan sepasang matanya yang sempurna dengan takjub.
Mereka yang mengenalku mengatakan mereka ikut khawatir akanku, dan mereka yang tidak mengenalku mengatakan apa yang aku inginkan.
Dia…Bagaimana bisa tahu puisi ini?
“Jawawut itu pergi, lalu tumbuh bibit dari jawawut. Berjalan terus berjalan, pusatnya bergoyang. Mereka yang mengenalku mengatakan mengapa aku khawatir, dan mereka yang tidak mengenalku mengatakan apa yang aku inginkan. Segala yang ada di dunia! Siapakah yang menciptakan dan membuatnya seperti ini?”
Mata aneh penonton membuat Cassie Gu merinding.
Bukan puisi ini kah?
Kalimat selanjutnya dia jadi tidak enak untuk melafalkannya.
Akhirnya dia hanya bisa berkata, "Itu...Guru, aku sebaiknya lari 50 putaran saja, tetapi Carol Gu dia adalah pendampingku, aku sekarang dihukum lari, lalu dia tidak punya alasan untuk tidak ikut lari denganku kan."
Carol Gu langsung terbangun dari keterkejutannya, "Ini apa hubungannya denganku?"
"Bagaimana mungkin tidak ada hubungannya denganmu. Sebagai pendampingku, atasanmu telah melakukan kesalahan, bukankah sudah seharusnya kalau kamu ikut dihukum bersama tuanmu?"
"Logika macam apa ini?"
"Ya memang seperti ini logikanya. Jika kamu memiliki pendapat, kamu bisa keluar dan belok kiri, pergi menghadap Kaisar, dan minta Kaisar untuk tidak membiarkanmu menjadi pendampingku."
"Bagus, bagus, bagus sekali Nona Ketiga Gu, apakah ini puisi lengkap ‘Jawawut’?"
Guru Xu tiba-tiba bergegas mendekat dan mengatakan kata bagus beberapa kali, sikapnya ini mengejutkan Cassie Gu.
Orang tua ini, otaknya bermasalah ya, moodnya labil sekali, jangan-jangan dia memiliki kepribadian ganda?
Melihat Cassie Gu tidak menjawab, Guru Xu buru-buru bertanya lagi, “Nona Ketiga Su, apakah ini ‘Jawawut’ yang lengkap?”
"Tidak."
"Lalu bagaimana dengan sisanya, bisakah kamu melafalkannya sampai selesai?"
"Bukankah kamu gurunya? Biar kamu saja yang mengajar kami, kenapa malah menyuruhku melafalkannya?"
Kalimat ini langsung membuat
Guru Xu tersedak.
Puisi Jawawut ini telah hilang selama ribuan tahun, dan yang tersisa hanya dua kalimat pendek awal, yaitu: ‘Jawawut itu pergi, lalu tumbuh bibit dari jawawut. Berjalan terus berjalan, pusatnya bergoyang’.
Ada banyak sastrawan dan tamu sastra lainnya yang sibuk mengumpulkan puisi ini, tapi sayang sekali mereka masih belum bisa mengumpulkan semuanya.
Guru Xu juga tidak peduli dengan sikapnya, dalam dirinya hanya fokus mengekstrak isi-isi puisi berikutnya dari mulut Cassie Gu.
"Sejujurnya, puisi ini sudah lama hilang, jadi...Nona Ketiga Gu, kamu mengerti kan."
Cassie Gu mencari ingatannya, dan samar-samar ingat ruang dan waktu dibalik perjuangan masa Chu-Han, dan benua mereka secara paksa dibagi hingga detik ini masa sudah lewat dari dua ribu tahun.
Selama dua ribu tahun terakhir, telah terjadi banyak perang dan puluhan dinasti bergulingan, karakter sebelum Chu-Han telah lama hilang, dan banyak dokumen ikut tenggelam dalam arus sejarah.
Menurut ingatannya, tampaknya klan dari Chu Barat berhasil merebut tahta, tetapi baru menduduki dua puluh tahun posisi mereka sudah digantikan oleh orang Qi.
Bukankah ini berarti dari masa perjuangan Chu-Han, ruang dan waktu sudah bercabang dua.
Salah satunya adalah Leonardo Liu, yang begitu familiar, naik tahta, mendirikan Dinasti Han, dan tak lama terjadi banyak hal hingga akhirnya bunuh diri.
Yang satunya lagi adalah yang ada dalam ruang dan waktu ini, keluarga Xiang naik tahta, dan keluarga Liu semuanya dibantai.
Cassie Gu membalik-balik ingatan yang berantakan itu, lalu merasa isi pikirannya ikut berantakan.
"Ada tiga baris dalam keseluruhan puisi. Dan aku barusan telah melafalkan dua baris, masih ada baris terakhir. Kalau Guru mau aku melafalkannya ya boleh saja, tapi...Guru harus menyetujui satu syaratku."
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved