Bab 11 Mau Keluar?
by Raden Rauf
17:15,May 11,2022
Harold naik mobil Shawty pulang ke rumah. Sesampai di rumah, Harold langsung mandi dan kembali ke kamarnya.
Harold duduk bersila di tempat tidur sambil memejamkan mata.
Harold mengeluarkan banyak tenaga untuk mengobati Bertho sore tadi. Dia perlu memulihkan dirinya secepat mungkin.
Napas Harold yang berkonsentrasi dengan cepat berubah stabil. Lapisan kabut tak terlihat melayang naik dan turun di sekitar tubuhnya.
Gurunya mengatakan, ahli dibedakan menjadi dua tingkatan yaitu, Brave Master dan Celestial Master. Harold memiliki lima guru. Sejak kecil Harold mengikuti kelima guru untuk mempelajari Lima Teknik Celestial Master. Sekarang Harold sudah menguasi Celestial Master Tingkat Dua.
Di dunia ini, hanya ada sedikit Ahli yang dapat mencapai tingkatan Celestial Master.
Metode pengobatan Bertho memang menggunakan teknik memijat. Tetapi jika hanya memijat, itu tidak cukup untuk menyembuhkan Stroke Hemoragik Bertho. Karena itu, Harold menggunakan Cakra Murni tubuhnya.
Hanya saja, pengobatan kali ini menghabiskan banyak energi. Jika ingin memulihkannya akan memakan waktu.
Ini juga alasan mengapa Harold diam-diam pergi.
Tanpa disadari waktu menunjukkan pukul 9 malam.
Beatrix buru-buru kembali rumah dan menyalakan lampu di ruang tamu. Tanpa sadar Beatrix memeriksa kamar Harold, tetapi ia melihat lampu kamar Harold tidak menyala. Entah kenapa hatinya merasa kecewa.
Sebelum keluar dari rumah sakit, hati Beatrix sangat gelisah. Ia merasa bersalah pada Harold bahkan saat makan malam juga linglung.
Karena itu, setelah makan malam Beatrix segera mengantar kakeknya pulang ke rumahnya.
Apakah orang ini tidak pulang?
Tatapan Beatrix memancarkan kegelisahan.
Tiba-tiba, lampu kamar Harold menyala. Beberapa detik kemudian, Harold keluar dari kamar menuju ruang tamu.
“Sudah pulang? Pasti capek sekali, kan? Sini aku cucikan buah untukmu. Buah-buahan di kulkasmu akan busuk jika tidak dimakan.”Ujar Harold berjalan ke dapur sambil tersenyum.
Beatrix tercengang melihat wajah tenang Harold. Dia tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.
Orang ini tidak marah?
Beatrix menamparnya begitu kuat. Tetapi kenapa Harold masih bisa tersenyum padanya?
Beatrix dengan hati-hati mengikuti ke dapur.
“Har...Harold,maaf. Aku tidak bermaksud……”Ujar Beatrix berdiri di belakang Harold sambil memegang sudut pakaiannya dengan panik.
Untuk pertama kalinya Beatrix meminta maaf pada seorang pria. Sikapnya yang tidak tahu harus berbuat apa seperti anak kecil yang melakukan kesalahan fatal.
Sejak keluar dari rumah sakit, Beatrix sudah mengetahui alasan insiden ini
Kondisi kakek tidak bisa disembuhkan oleh Boriz. Tetapi berhasil disembuhkan oleh Harold. Itu artinya Harold yakin bisa menyembuhkan kakeknya. Semua yang dia lakukan di rumah sakit bukan membuat keributan. Tetapi demi kesembuhan kakek.
Namun Beatrix malah menamparnya tanpa sebab.
Jika pria lain mungkin sudah marah besar?
Harold menoleh ke belakang. Ia melihat penampilan Beatrix dan tertawa keras.
“Tidak perlu minta maaf padaku. Bukankah sangat wajar seorang istri memukul suami? Tidak apa-apa, tidak sakit.”
Kemurahan hati Harold membuat Beatrix semakin merasa bersalah.
“Ka-kamu jangan begini. Aku tulus minta maaf padamu, kalau tidak bisa, ka-kamu bisa menamparku! Kita anggap masalah ini impas.”
Harold kegirangan, menamparmu? Ha, jika aku menamparmu, mungkin tubuh kecilmu akan terbang.
“Makan buahnya.”Ujar Harold memegang piring buah sambil berjalan menuju ruang tamu.
Beatrix mengikuti Harold dari belakang.
Sesampai di ruang tamu, Harold meletakkan piring buah dan menatap Beatrix, “Jangan gugup, sudah kukatakan, aku tidak menyalahkanmu.” Ujar dia tersenyum sambil menggelengkan kepala.
“Ba-baiklah.”
Meskipun tatapan Harold tampak tulus, tetapi Beatrix merasa aneh.
Kenapa?
Beatrix menampar Harold sekuat tenaga, tetapi mengapa Harold seakan tidak peduli sama sekali?
Ini tidak normal!
Beatrix tiba-tiba memikirkan sesuatu.
“Harold, ba-bagaimana kalau kamu katakan berapa yang kamu mau? Aku akan memberimu uang untuk menebusnya!”
Bukankah Harold sangat mencintai uang? Jika Beatrix memberinya uang, dia pasti akan menerimanya.
“Tidak perlu, uang mingguan yang kamu berikan masih cukup. Aku khawatir kalau aku mengatakan nominalnya keluargamu akan bangkrut.”
“Aku kembali ke kamarku untuk istirahat, makan buah dan istirahat lebih awal.”
Setelah itu, Harold berbalik ke kamar.
Awalnya Beatrix ingin mengatakan sesuatu. Tetapi begitu melihat Harold tidak menoleh. Dia tidak jadi mengatakannya.
Sikap Harold malam ini sangat tidak terduga. Awalnya Beatrix mengira akan menghadapi sikap dingin Harold setelah kembali ke rumah, atau pria ini tidak pulang sama sekali.
Tidak disangka Harold tidak hanya sangat ramah dan baik, tetapi juga mencuci buah untuk Beatrix ...
......
Keesokan paginya, Harold keluar dan ketika dia kembali. Dia membawa sekantong besar sayuran.
Harold membuat sarapan sederhana, lalu meninggalkan satu porsi untuk Beatrix dan kemudian kembali ke kamar untuk membaca.
Pada pukul sebelas pagi, Harold samar-samar mendengar suara dari ruang tamu.
Sepertinya ada seseorang di rumah. Beatrix sedang berbicara dengan seseorang.
“Beatrix,kamu tahu apa yang aku inginkan. Kedatanganku ke Batavia kali ini untuk bekerja sama denganmu. Selama kamu bersedia menjadi pacarku, aku berjanji akan membuka pasar luar negeri untuk Keluarga Stile dan membuat titik penjualan Keluarga Stile menjangkau luar Provinsi Selatan!” Ujar seorang pria berjas Armani menatap Beatrix dengan penuh kasih sayang.
Beatrix mengerutkan kening, seolah memikirkan sesuatu.
Orang yang ada di depannya adalah teman kuliahnya, Rocky Brisky. Keluarganya memiliki bisnis impor dan ekspor. Ketika masih kuliah, Rocky mengejar Beatrix. Tetapi Beatrix selalu menolaknya.
Namun, Rocky tidak pernah melakukan sesuatu yang keterlauan. Jadi, bagi Beatrix, pria ini tidak menyebalkan.
Jika ingin memperhatikan kesamaan latar belakang keluarga, sebenarnya Rocky lebih cocok. Tetapi jika Beatrix melanggar perintah kakeknya. Kakek pasti akan sangat marah.
“Rocky,a-aku sudah menikah.”Jawab Beatrix.
“Apa!” Ekspresi Rocky menjadi sangat jelek. “Kenapa bisa begini? Kita baru sebulan tidak bertemu ……”
“Ya, dijodohkan oleh kakekku.”
“Kakekmu?” Rocky tampak sangat marah,“Kulihat kakekmu sudah pikun. Selain aku, siapa lagi pria yang pantas untukmu?”
Beatrix tidak mengatakan apa-apa.
“Lupakan saja. Rocky, aku menghargai kebaikanmu.” Beatrix tidak berdaya daya, “Pulanglah dan jangan mencariku lagi.”
“Jangan begitu Beatrix!” Rocky berkata dengan keras, “Sekalipun kamu sudah menikah. Ki-kita tetap bisa bekerja sama. Bagaimana kalau siang ini kita makan bersama untuk membahasnya!”
Hati Beatrix sedikit lega mendengar ucapan ini. Keluarga Brisky memiliki bisnis perdagangan impor dan ekspor. Sementara Keluarga Stile mengembangkan bisnis industri alat berat. Jika bisa diekspor pasti akan memiliki pasar yang bagus di luar negeri.
“Baiklah, aku akan mentraktirmu.” Angguk Beatrix.
“Bagaimana mungkin membiarkanmu yang mentraktir diriku? Di Kota Batavia baru saja dibuka sebuah restoran Prancis. Koki di sana semua orang Prancis. Rasanya enak, ayo ke sana!”
Setelah itu, Rocky mengambil tasnya dan berdiri.
Beatrix mengangguk dan tidak berbicara.
Saat ini, sebuah suara tiba-tiba terdengar.
“Sayang, apakah kamu ingin keluar?”
Harold duduk bersila di tempat tidur sambil memejamkan mata.
Harold mengeluarkan banyak tenaga untuk mengobati Bertho sore tadi. Dia perlu memulihkan dirinya secepat mungkin.
Napas Harold yang berkonsentrasi dengan cepat berubah stabil. Lapisan kabut tak terlihat melayang naik dan turun di sekitar tubuhnya.
Gurunya mengatakan, ahli dibedakan menjadi dua tingkatan yaitu, Brave Master dan Celestial Master. Harold memiliki lima guru. Sejak kecil Harold mengikuti kelima guru untuk mempelajari Lima Teknik Celestial Master. Sekarang Harold sudah menguasi Celestial Master Tingkat Dua.
Di dunia ini, hanya ada sedikit Ahli yang dapat mencapai tingkatan Celestial Master.
Metode pengobatan Bertho memang menggunakan teknik memijat. Tetapi jika hanya memijat, itu tidak cukup untuk menyembuhkan Stroke Hemoragik Bertho. Karena itu, Harold menggunakan Cakra Murni tubuhnya.
Hanya saja, pengobatan kali ini menghabiskan banyak energi. Jika ingin memulihkannya akan memakan waktu.
Ini juga alasan mengapa Harold diam-diam pergi.
Tanpa disadari waktu menunjukkan pukul 9 malam.
Beatrix buru-buru kembali rumah dan menyalakan lampu di ruang tamu. Tanpa sadar Beatrix memeriksa kamar Harold, tetapi ia melihat lampu kamar Harold tidak menyala. Entah kenapa hatinya merasa kecewa.
Sebelum keluar dari rumah sakit, hati Beatrix sangat gelisah. Ia merasa bersalah pada Harold bahkan saat makan malam juga linglung.
Karena itu, setelah makan malam Beatrix segera mengantar kakeknya pulang ke rumahnya.
Apakah orang ini tidak pulang?
Tatapan Beatrix memancarkan kegelisahan.
Tiba-tiba, lampu kamar Harold menyala. Beberapa detik kemudian, Harold keluar dari kamar menuju ruang tamu.
“Sudah pulang? Pasti capek sekali, kan? Sini aku cucikan buah untukmu. Buah-buahan di kulkasmu akan busuk jika tidak dimakan.”Ujar Harold berjalan ke dapur sambil tersenyum.
Beatrix tercengang melihat wajah tenang Harold. Dia tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.
Orang ini tidak marah?
Beatrix menamparnya begitu kuat. Tetapi kenapa Harold masih bisa tersenyum padanya?
Beatrix dengan hati-hati mengikuti ke dapur.
“Har...Harold,maaf. Aku tidak bermaksud……”Ujar Beatrix berdiri di belakang Harold sambil memegang sudut pakaiannya dengan panik.
Untuk pertama kalinya Beatrix meminta maaf pada seorang pria. Sikapnya yang tidak tahu harus berbuat apa seperti anak kecil yang melakukan kesalahan fatal.
Sejak keluar dari rumah sakit, Beatrix sudah mengetahui alasan insiden ini
Kondisi kakek tidak bisa disembuhkan oleh Boriz. Tetapi berhasil disembuhkan oleh Harold. Itu artinya Harold yakin bisa menyembuhkan kakeknya. Semua yang dia lakukan di rumah sakit bukan membuat keributan. Tetapi demi kesembuhan kakek.
Namun Beatrix malah menamparnya tanpa sebab.
Jika pria lain mungkin sudah marah besar?
Harold menoleh ke belakang. Ia melihat penampilan Beatrix dan tertawa keras.
“Tidak perlu minta maaf padaku. Bukankah sangat wajar seorang istri memukul suami? Tidak apa-apa, tidak sakit.”
Kemurahan hati Harold membuat Beatrix semakin merasa bersalah.
“Ka-kamu jangan begini. Aku tulus minta maaf padamu, kalau tidak bisa, ka-kamu bisa menamparku! Kita anggap masalah ini impas.”
Harold kegirangan, menamparmu? Ha, jika aku menamparmu, mungkin tubuh kecilmu akan terbang.
“Makan buahnya.”Ujar Harold memegang piring buah sambil berjalan menuju ruang tamu.
Beatrix mengikuti Harold dari belakang.
Sesampai di ruang tamu, Harold meletakkan piring buah dan menatap Beatrix, “Jangan gugup, sudah kukatakan, aku tidak menyalahkanmu.” Ujar dia tersenyum sambil menggelengkan kepala.
“Ba-baiklah.”
Meskipun tatapan Harold tampak tulus, tetapi Beatrix merasa aneh.
Kenapa?
Beatrix menampar Harold sekuat tenaga, tetapi mengapa Harold seakan tidak peduli sama sekali?
Ini tidak normal!
Beatrix tiba-tiba memikirkan sesuatu.
“Harold, ba-bagaimana kalau kamu katakan berapa yang kamu mau? Aku akan memberimu uang untuk menebusnya!”
Bukankah Harold sangat mencintai uang? Jika Beatrix memberinya uang, dia pasti akan menerimanya.
“Tidak perlu, uang mingguan yang kamu berikan masih cukup. Aku khawatir kalau aku mengatakan nominalnya keluargamu akan bangkrut.”
“Aku kembali ke kamarku untuk istirahat, makan buah dan istirahat lebih awal.”
Setelah itu, Harold berbalik ke kamar.
Awalnya Beatrix ingin mengatakan sesuatu. Tetapi begitu melihat Harold tidak menoleh. Dia tidak jadi mengatakannya.
Sikap Harold malam ini sangat tidak terduga. Awalnya Beatrix mengira akan menghadapi sikap dingin Harold setelah kembali ke rumah, atau pria ini tidak pulang sama sekali.
Tidak disangka Harold tidak hanya sangat ramah dan baik, tetapi juga mencuci buah untuk Beatrix ...
......
Keesokan paginya, Harold keluar dan ketika dia kembali. Dia membawa sekantong besar sayuran.
Harold membuat sarapan sederhana, lalu meninggalkan satu porsi untuk Beatrix dan kemudian kembali ke kamar untuk membaca.
Pada pukul sebelas pagi, Harold samar-samar mendengar suara dari ruang tamu.
Sepertinya ada seseorang di rumah. Beatrix sedang berbicara dengan seseorang.
“Beatrix,kamu tahu apa yang aku inginkan. Kedatanganku ke Batavia kali ini untuk bekerja sama denganmu. Selama kamu bersedia menjadi pacarku, aku berjanji akan membuka pasar luar negeri untuk Keluarga Stile dan membuat titik penjualan Keluarga Stile menjangkau luar Provinsi Selatan!” Ujar seorang pria berjas Armani menatap Beatrix dengan penuh kasih sayang.
Beatrix mengerutkan kening, seolah memikirkan sesuatu.
Orang yang ada di depannya adalah teman kuliahnya, Rocky Brisky. Keluarganya memiliki bisnis impor dan ekspor. Ketika masih kuliah, Rocky mengejar Beatrix. Tetapi Beatrix selalu menolaknya.
Namun, Rocky tidak pernah melakukan sesuatu yang keterlauan. Jadi, bagi Beatrix, pria ini tidak menyebalkan.
Jika ingin memperhatikan kesamaan latar belakang keluarga, sebenarnya Rocky lebih cocok. Tetapi jika Beatrix melanggar perintah kakeknya. Kakek pasti akan sangat marah.
“Rocky,a-aku sudah menikah.”Jawab Beatrix.
“Apa!” Ekspresi Rocky menjadi sangat jelek. “Kenapa bisa begini? Kita baru sebulan tidak bertemu ……”
“Ya, dijodohkan oleh kakekku.”
“Kakekmu?” Rocky tampak sangat marah,“Kulihat kakekmu sudah pikun. Selain aku, siapa lagi pria yang pantas untukmu?”
Beatrix tidak mengatakan apa-apa.
“Lupakan saja. Rocky, aku menghargai kebaikanmu.” Beatrix tidak berdaya daya, “Pulanglah dan jangan mencariku lagi.”
“Jangan begitu Beatrix!” Rocky berkata dengan keras, “Sekalipun kamu sudah menikah. Ki-kita tetap bisa bekerja sama. Bagaimana kalau siang ini kita makan bersama untuk membahasnya!”
Hati Beatrix sedikit lega mendengar ucapan ini. Keluarga Brisky memiliki bisnis perdagangan impor dan ekspor. Sementara Keluarga Stile mengembangkan bisnis industri alat berat. Jika bisa diekspor pasti akan memiliki pasar yang bagus di luar negeri.
“Baiklah, aku akan mentraktirmu.” Angguk Beatrix.
“Bagaimana mungkin membiarkanmu yang mentraktir diriku? Di Kota Batavia baru saja dibuka sebuah restoran Prancis. Koki di sana semua orang Prancis. Rasanya enak, ayo ke sana!”
Setelah itu, Rocky mengambil tasnya dan berdiri.
Beatrix mengangguk dan tidak berbicara.
Saat ini, sebuah suara tiba-tiba terdengar.
“Sayang, apakah kamu ingin keluar?”
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved