Bab 7 Sudah Hampir Putus Nafas
by Raden Rauf
17:15,May 11,2022
Setelah Harold selesai berkata, tangan dokter itu pun berhenti di sana.
Dokter itu mengenakan masker, tapi Harold tetap bisa melihat kecemasannya.
“Kamu lagi apa! Di sini adalah ruangan UGD! Siapa yang suruh kamu masuk ke sini?” Seorang dokter berteriak ke Harold.
Beberapa orang di luar juga kaget, mereka juga tidak menyangka setelah Harold menendang pintu itu, pintu itu pun langsung terbuka.
“Harold! Kamu lagi apa!” Beatrix menghampiri Harold dan menatapnya dengan kaget.
“Kamu ikut aku keluar dulu!” Beatrix meraih tangan Harold dan ingin menarik dia keluar dari dalam.
Tetapi Harold tetap berdiri di sana, tidak peduli Beatrix menggunakan tenaga sebesar apa, dia sama sekali tidak bisa menarik Harold.
“Kalian masuk ke dalam untuk apa! Tidak nampak kami sedang selamatkan pasien?” Dokter itu mendorong Harold dan berteriak.
Harold tersenyum dingin: “Selamatkan? Obati stroke hemoragik dengan akupuntur?”
Dokter itu melepaskan masker dan menatap Harold dengan kaget: “Kenapa kamu tahu ini adalah stroke hemoragik?”
Awalnya dokter mendiagnosis gejalanya adalah stroke otak, tapi saat mereka sedang mengobatinya, mereka menyadari terjadi pembekuan darah di otak pasien, dan sudah menjadi stroke hemoragik.
Sekarang pasien sudah pingsan, dokter juga tidak keluar menyampaikannya, kenapa orang ini bisa tahu?
Harold menatap dokter yang mengenakan masker, dokter itu pun mengalihkan pandangannya.
“Jangan obati lagi, kalian tidak pandai.” Harold berkata: “Keluar semuanya, biar aku saja!”
Selesai mengatakannya, Harold langsung menghampiri tempat operasi.
Saat Harold baru melangkah ke depan, tiba-tiba terdapat seseorang yang berdiri di depan Harold.
“Harold, kamu ingin lakukan apa!” Bisma menghalangi Harold.
“Kondisi kakek agak beda, dokter di sini tidak bisa selamatkan dia, sekarang cuman aku yang bisa!” Harold berkata dengan tampak tenang.
“Kamu? Kamu pikir kamu itu siapa? Kamu bisa? Siapa tahu kamu mau bunuh ayahku? Keluar! Jangan ganggu dokter!” Bisma berteriak pada Harold dengan keras.
Jerome juga berkata: “Harold! Ikut kami keluar dulu!”
“Harold, kamu sudah gila ya?” Beatrix juga memakinya.
Harold diam dan menatap ke sekliling, terdapat banyak orang yang sedang melihat dirinya.
Harold menatap dokter tadi dengan tajam.
“Kalau terjadi sesuatu pada pasien, aku akan ambil nyawamu untuk menebusnya!”
Selesai berkata, Harold pun langsung keluar dari dalam.
Dokter yang berdiri di depan Harold berkata: “Kalian juga keluar, jangan ganggu kami!”
Wajah Bisma menjadi masam, perkataan Harold membuatnya merasa tidak tenang.
Kenapa pria ini bisa tahu?
Apalagi dia mengatakan ini kepada Gentha, jangan-jangan dia sudah mengetahui ini adalah ulah Gentha?
“Tuan Bisma, kamu juga nunggu di luar.” Dokter itu mendorong Bisma.
“Ok…” Bisma juga keluar dari dalam.
Mereka semua keluar dari sana, sudah dibawa oleh Beatrix ke sudut.
“Harold, kamu lagi apa? Kamu ingin kakekku mati?” Beatrix berteriak.
Harold bersandar di dinding, tatapan Beatrix pun seperti ingin membunuh orang.
“Aku bisa obati kakekmu.” Harold berkata dengan datar: “Mereka tidak bisa.”
“Haha!” Beatrix tersenyum dingin: “Kamu pikir kamu itu siapa? Dokter di dalam itu adalah dokter otak terbaik di Kota Batavia! Kamu tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan dia!”
Harold menundukkan kepalanya dan tidak mengatakan apa pun.
“Aku beri tahu kamu Harold! Kalau terjadi sesuatu pada kakekku, aku tidak akan ampuni kamu!” Beatrix pergi setelah itu.
Harold memukul kepalanya dan merasa murung.
Tadi Harold menggunakan Mata Surgawi untuk melihat kondisi Bertho, lalu dia pun menemukan dokter di dalam ingin menggunakan akupuntur.
Harold samar-samar merasa ada yang aneh, jadi dia pun langsung menendang pintu.
Setelah melihat jarum yang diambil oleh dokter di dalam itu, Harold pun yakin bahwa dokter itu ingin membunuh Bertho.
Tetapi jika dirinya ingin menyelamatkan Bertho, tampaknya hanya bisa dilakukannya dengan paksa.
Harold merasa masalah ini tidak seperti yang dilihat.
Mengenai keselamatan Bertho, Harold hanya bisa memikirkan cara lain.
“Hello, Shawty.” Setelah Beatrix pergi, Harold pun langsung menelepon Shawty.
“Bos.”
“Barang yang aku suruh kamu bawa dari Eropa di mana?”
“Di toko Shinon.” Shawty menjawabnya.
“Pergi ambil! Di sana ada satu koper silver, kodenya 1 delapan kali, di dalamnya ada satu kotak hitam, bawa kotak itu ke depan UGD Rumah Sakit Vorest.” Harold berkata.
“Siap bos.”
“Secepatnya, aku butuh sekarang.” Harold berkata.
“Iya!”
Setelah mengakhiri panggilan itu, Harold pergi ke toilet, saat dia kembali ke sana, pintu ruangan UGD pun sudah dibuka.
Dokter yang berbicara dengan Harold pun keluar dari dalam.
“Kondisi pasien sangat parah, Dokter Gentha masih sedang mencoba menyelamatkan pasien, tapi sekarang kalian sudah boleh masuk ke dalam…” Dokter itu melepaskan maskernya, wajahnya terlihat sangat serius.
“Apa maksudmu? Kakekku…”
“Saat pasien di antar ke sini sudah terjadi pendarahan, apalagi tadi masih diganggu oleh kalian, jadi…sekarang harusnya tidak bisa diselamatkan lagi.”
“Bukannya hanya stroke otak? Kok tidak bisa diselamatkan lagi?” Beatrix bertanya pada dokter itu.
Dokter menghela nafas: “Kami sudah berusaha, kalau Dokter Gentha tidak punya cara lagi, kami juga sama…”
Beberapa dokter mulai keluar dari dalam, Jerome juga pergi menanyakannya.
Bisma pun langsung berlari ke dalam ruangan UGD.
Di dalam ruangan UGD hanya tersisa Dokter Gentha.
“Gimana?” Bisma bertanya dengan suara yang kecil.
Gentha menatap ke luar, melihat tidak ada yang masuk lagi, dia pun berkata: “Tenang, tidak lama lagi.”
“Tadi pria itu siapa?” Gentha bertanya.
Bisma menatap ke luar dan berkata: “Tidak perlu peduli, seorang pria dari desa saja!”
“Tapi dia tahu teknikku, jarumku itu selain guruku, tidak ada yang bisa tahu!” Gentha berkata.
“Gimana? Kalau ayahku pergi, mereka akan tahu masalah ini berhubungan dengan kita?”
“Jika pria ini lapor polisi, polisi mungkin akan lakukan autopsi, jika nanti terbongkar…” Gentha merasa agak tidak tenang.
“Kalau tidak begini saja, sekarang ayahmu masih hidup, bukannya pria itu bilang dia pandai? Biarkan dia yang obati ayahmu saja! Nanti kita hanya perlu jadikan dia sebagai kambing hitam!” Gentha menunjukkan senyuman jahat.
Mendengarkan ini, Bisma pun mengeluarkan keringat dingin.
Gentha pun berkata lagi: “Tenang saja, orang biasanya kalau kondisinya sudah seperti ayahmu, pastinya akan langsung mati, kondisi ayahmu agak beda, sepuluh menit lagi, ayahmu akan menghembuskan nafas terakhir!”
“Jika pria ini adalah dewa, dia juga tidak bisa hidupkan ayahmu!” Tatapan Gentha terlihat tajam.
Dokter itu mengenakan masker, tapi Harold tetap bisa melihat kecemasannya.
“Kamu lagi apa! Di sini adalah ruangan UGD! Siapa yang suruh kamu masuk ke sini?” Seorang dokter berteriak ke Harold.
Beberapa orang di luar juga kaget, mereka juga tidak menyangka setelah Harold menendang pintu itu, pintu itu pun langsung terbuka.
“Harold! Kamu lagi apa!” Beatrix menghampiri Harold dan menatapnya dengan kaget.
“Kamu ikut aku keluar dulu!” Beatrix meraih tangan Harold dan ingin menarik dia keluar dari dalam.
Tetapi Harold tetap berdiri di sana, tidak peduli Beatrix menggunakan tenaga sebesar apa, dia sama sekali tidak bisa menarik Harold.
“Kalian masuk ke dalam untuk apa! Tidak nampak kami sedang selamatkan pasien?” Dokter itu mendorong Harold dan berteriak.
Harold tersenyum dingin: “Selamatkan? Obati stroke hemoragik dengan akupuntur?”
Dokter itu melepaskan masker dan menatap Harold dengan kaget: “Kenapa kamu tahu ini adalah stroke hemoragik?”
Awalnya dokter mendiagnosis gejalanya adalah stroke otak, tapi saat mereka sedang mengobatinya, mereka menyadari terjadi pembekuan darah di otak pasien, dan sudah menjadi stroke hemoragik.
Sekarang pasien sudah pingsan, dokter juga tidak keluar menyampaikannya, kenapa orang ini bisa tahu?
Harold menatap dokter yang mengenakan masker, dokter itu pun mengalihkan pandangannya.
“Jangan obati lagi, kalian tidak pandai.” Harold berkata: “Keluar semuanya, biar aku saja!”
Selesai mengatakannya, Harold langsung menghampiri tempat operasi.
Saat Harold baru melangkah ke depan, tiba-tiba terdapat seseorang yang berdiri di depan Harold.
“Harold, kamu ingin lakukan apa!” Bisma menghalangi Harold.
“Kondisi kakek agak beda, dokter di sini tidak bisa selamatkan dia, sekarang cuman aku yang bisa!” Harold berkata dengan tampak tenang.
“Kamu? Kamu pikir kamu itu siapa? Kamu bisa? Siapa tahu kamu mau bunuh ayahku? Keluar! Jangan ganggu dokter!” Bisma berteriak pada Harold dengan keras.
Jerome juga berkata: “Harold! Ikut kami keluar dulu!”
“Harold, kamu sudah gila ya?” Beatrix juga memakinya.
Harold diam dan menatap ke sekliling, terdapat banyak orang yang sedang melihat dirinya.
Harold menatap dokter tadi dengan tajam.
“Kalau terjadi sesuatu pada pasien, aku akan ambil nyawamu untuk menebusnya!”
Selesai berkata, Harold pun langsung keluar dari dalam.
Dokter yang berdiri di depan Harold berkata: “Kalian juga keluar, jangan ganggu kami!”
Wajah Bisma menjadi masam, perkataan Harold membuatnya merasa tidak tenang.
Kenapa pria ini bisa tahu?
Apalagi dia mengatakan ini kepada Gentha, jangan-jangan dia sudah mengetahui ini adalah ulah Gentha?
“Tuan Bisma, kamu juga nunggu di luar.” Dokter itu mendorong Bisma.
“Ok…” Bisma juga keluar dari dalam.
Mereka semua keluar dari sana, sudah dibawa oleh Beatrix ke sudut.
“Harold, kamu lagi apa? Kamu ingin kakekku mati?” Beatrix berteriak.
Harold bersandar di dinding, tatapan Beatrix pun seperti ingin membunuh orang.
“Aku bisa obati kakekmu.” Harold berkata dengan datar: “Mereka tidak bisa.”
“Haha!” Beatrix tersenyum dingin: “Kamu pikir kamu itu siapa? Dokter di dalam itu adalah dokter otak terbaik di Kota Batavia! Kamu tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan dia!”
Harold menundukkan kepalanya dan tidak mengatakan apa pun.
“Aku beri tahu kamu Harold! Kalau terjadi sesuatu pada kakekku, aku tidak akan ampuni kamu!” Beatrix pergi setelah itu.
Harold memukul kepalanya dan merasa murung.
Tadi Harold menggunakan Mata Surgawi untuk melihat kondisi Bertho, lalu dia pun menemukan dokter di dalam ingin menggunakan akupuntur.
Harold samar-samar merasa ada yang aneh, jadi dia pun langsung menendang pintu.
Setelah melihat jarum yang diambil oleh dokter di dalam itu, Harold pun yakin bahwa dokter itu ingin membunuh Bertho.
Tetapi jika dirinya ingin menyelamatkan Bertho, tampaknya hanya bisa dilakukannya dengan paksa.
Harold merasa masalah ini tidak seperti yang dilihat.
Mengenai keselamatan Bertho, Harold hanya bisa memikirkan cara lain.
“Hello, Shawty.” Setelah Beatrix pergi, Harold pun langsung menelepon Shawty.
“Bos.”
“Barang yang aku suruh kamu bawa dari Eropa di mana?”
“Di toko Shinon.” Shawty menjawabnya.
“Pergi ambil! Di sana ada satu koper silver, kodenya 1 delapan kali, di dalamnya ada satu kotak hitam, bawa kotak itu ke depan UGD Rumah Sakit Vorest.” Harold berkata.
“Siap bos.”
“Secepatnya, aku butuh sekarang.” Harold berkata.
“Iya!”
Setelah mengakhiri panggilan itu, Harold pergi ke toilet, saat dia kembali ke sana, pintu ruangan UGD pun sudah dibuka.
Dokter yang berbicara dengan Harold pun keluar dari dalam.
“Kondisi pasien sangat parah, Dokter Gentha masih sedang mencoba menyelamatkan pasien, tapi sekarang kalian sudah boleh masuk ke dalam…” Dokter itu melepaskan maskernya, wajahnya terlihat sangat serius.
“Apa maksudmu? Kakekku…”
“Saat pasien di antar ke sini sudah terjadi pendarahan, apalagi tadi masih diganggu oleh kalian, jadi…sekarang harusnya tidak bisa diselamatkan lagi.”
“Bukannya hanya stroke otak? Kok tidak bisa diselamatkan lagi?” Beatrix bertanya pada dokter itu.
Dokter menghela nafas: “Kami sudah berusaha, kalau Dokter Gentha tidak punya cara lagi, kami juga sama…”
Beberapa dokter mulai keluar dari dalam, Jerome juga pergi menanyakannya.
Bisma pun langsung berlari ke dalam ruangan UGD.
Di dalam ruangan UGD hanya tersisa Dokter Gentha.
“Gimana?” Bisma bertanya dengan suara yang kecil.
Gentha menatap ke luar, melihat tidak ada yang masuk lagi, dia pun berkata: “Tenang, tidak lama lagi.”
“Tadi pria itu siapa?” Gentha bertanya.
Bisma menatap ke luar dan berkata: “Tidak perlu peduli, seorang pria dari desa saja!”
“Tapi dia tahu teknikku, jarumku itu selain guruku, tidak ada yang bisa tahu!” Gentha berkata.
“Gimana? Kalau ayahku pergi, mereka akan tahu masalah ini berhubungan dengan kita?”
“Jika pria ini lapor polisi, polisi mungkin akan lakukan autopsi, jika nanti terbongkar…” Gentha merasa agak tidak tenang.
“Kalau tidak begini saja, sekarang ayahmu masih hidup, bukannya pria itu bilang dia pandai? Biarkan dia yang obati ayahmu saja! Nanti kita hanya perlu jadikan dia sebagai kambing hitam!” Gentha menunjukkan senyuman jahat.
Mendengarkan ini, Bisma pun mengeluarkan keringat dingin.
Gentha pun berkata lagi: “Tenang saja, orang biasanya kalau kondisinya sudah seperti ayahmu, pastinya akan langsung mati, kondisi ayahmu agak beda, sepuluh menit lagi, ayahmu akan menghembuskan nafas terakhir!”
“Jika pria ini adalah dewa, dia juga tidak bisa hidupkan ayahmu!” Tatapan Gentha terlihat tajam.
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved