Bab 5 Diretas Hacker
by Raden Rauf
17:14,May 11,2022
Setelah Harold pergi, Jeremy langsung mengambil telepon di atas mejanya.
“Christo! Cepat datang ke sini! Aku dipukul!”
Sepuluh menit kemudian, di dalam ruangan Jeremy.
“Kamu bilang apa? Tidak ketemu orang yang masuk di rekaman CCTV? Rekaman CCTV di luar gimana?” Jeremy merasa kaget.
Christo menjawabnya dengan canggung: “Kak Jeremy, aku tadi cek rekaman CCTV di luar…”
“Sialan!” Jeremy memaki di sana.
“Kak Jeremy, apa…apa yang terjadi?” Christo bertanya dengan hati-hati.
“Masih tanya ada apa? Si Beatrix suruh orang datang pukul aku, paksa aku tanda tangan kontrak, bahkan masih suruh aku antar ke sana!” Jeremy mengambil dokumen di atas meja dan melemparnya: “Sialan!”
“Pergi periksa sekali lagi, harus temukan pria itu! Masih mau hancurkan perusahaanku? Kalau aku tidak bisa menghajarmu sampai lumpuh, namaku bukan Jeremy!” Semakin mengatakannya, Jeremy merasa semakin marah, lalu dia pun menendang meja di ruangannya.
Christo mengangguk: “Ok, aku akan pergi sekarang.”
Selesai ngomong, Christo menyeka keringat yang ada di keningnya, saat dia ingin berjalan menuju ke luar, tiba-tiba terdapat orang yang masuk ke dalam.
“Direktur Jeremy, komputer perusahaan diretas hacker!” Seorang wanita berlari masuk ke dalam.
“Apa! Dihack?” Jeremy langsung berdiri di sana.
“Iya, semua komputer di perusahaan error, hanya satu komputer di departemen keuangan yang bisa dipakai, di layarnya tertulis, ada hacker yang sedang curi data perusahaan kita, bahkan…bahkan uang perusahaan pun mulai dipindahkan ke luar…”
Jeremy tercengang di sana, lalu dia langsung menatap komputer di mejanya.
Layar komputernya sudah menjadi hitam, tapi di layarnya masih terdapat tulisan: “Antar kontrak!”
Kemudian terdapat seseorang yang masuk ke dalam lagi.
“Direktur Jeremy, semua gambar dan data di Departemen Kerja Lapangan hilang, termasuk desain belasan proyek kita, semuanya juga hilang!”
Jeremy mengeluarkan keringat dingin, dia tiba-tiba mengingat perkataan Harold.
Sialan, siapa dia?
Telepon di ruangan Jeremy tiba-tiba berdering.
Jeremy tersentak dan mengangkat telepon itu.
Suara Harold pun terdengar.
“Jeremy, aku tahu kamu tidak akan pergi, departemen keuanganmu setidaknya juga ada satu triliunan? Uang ini aku simpan dulu, nanti aku akan buka perusahaan properti sendiri.”
“Bro! Jangan jangan jangan!” Jeremy langsung berkata: “Aku…aku sekarang akan langsung antar kontrak ke sana, aku akan pergi sendiri!”
“Kamu masih tahu diri! Jeremy, jika bukan karena kakekmu Borch, kamu sekarang sudah mati.” Kemudian Harold pun berteriak lagi: “Segera lakukan, jika kamu tidak bisa selesaikan semua ini dalam setengah jam, aku tidak akan ampuni kamu!”
“Du!”
Panggilan itu diakhiri.
Jeremy sekarang baru menyadari dirinya sudah menyinggung salah orang.
Setelah itu, Jeremy pun terdiam di tempatnya.
Jeremy tiba-tiba berdiri, dia berlari ke sudut dan memungut semua dokumen yang dilempar oleh dirinya.
“Christo, ikut aku pergi!”
Lima belas menit kemudian, Perusahaan Penjualan Stile, Geffen.
Jeremy dibawa oleh sekretarisnya Beatrix ke dalam ruangan Beatrix.
“Direktur Beatrix, ini kontrak yang aku tanda tangan, beberapa hari lagi uangnya akan masuk ke rekening perusahaan kalian, hehe, kamu hanya perlu tanda tangan saja.” Jeremy berusaha untuk menunjukkan senyuman di balik ketakutannya.
Beatrix menatap Jeremy dengan kaget.
Sebelumnya Jeremy membuat orang lain merasa jijik, tapi sekarang dia pun membuat orang lain merasa lucu.
Pipinya sudah bengkak, harusnya habis dipukul orang.
Tetapi orang ini begitu angkuh, siapa yang berani pukul dia?
Beatrix merasa kaget di dalam hati.
Sebelumnya Jeremy masih mengancam sekretaris dirinya, jika ingin menandatangani kontrak, syaratnya hanya dirinya.
Jika adalah pesanan lain, Beatrix juga tidak akan semarah ini, tapi pesanan Jeremy sangat banyak. Apalagi Jeremy masih mengancam dirinya, jika dirinya tidak mau, dia akan menandatangani kontrak dengan pamannya.
Sekarang situasi di Keluarga Stile sangat menegangkan, persaingan di Geffen dengan Madelin sangat ketat, jika pesanan ini didapatkan oleh pamannya, situasi Keluarga Stile pun akan kembali berubah.
Sekarang Jeremy datang ke sini sendiri, Beatrix pun merasa kaget.
Pria ini tadi masih begitu angkuh, kenapa sekarang bisa berubah jadi seperti ini?
“Direktur Beatrix, kamu…kamu lihat dulu, setelah itu langsung tanda tangan saja, sudah mau setengah jam!”
Jeremy hampir menangis, tadi saat dia naik ke sini, Manajer keuangan perusahaannya pun menelepon dia dan mengatakan uang 1,2 triliun perusahaan ditahan, sekarang hanya tersisa 200 miliar, jika setengah jam berlalu, mungkin uangnya tidak akan balik lagi.
“Aku lihat dulu.” Beatrix melihat Jeremy dengan kaget, lalu dia pun mengambil dokumen itu.
Beatrix sangat waspada, meskipun tidak mengetahui apa yang terjadi dengan Jeremy, tapi jika Jeremy melakukan sesuatu di kontrak ini, bukannya dirinya akan terjebak, nanti dirinya pun akan dirugikan.
Tiga menit kemudian, Beatrix masih sedang melihat dokumen itu.
Jeremy sudah tidak bisa bersabar lagi dan berkata: “Direktur Beatrix, kalau sebelumnya aku ada salah, aku minta maaf padamu, jika tidak, aku akan menebusnya lagi, aku akan nambah 40 miliar lagi.”
“Mohon untuk segera tanda tangan!”
Beatrix baru selesai melihat kontrak itu, lalu dia pun menatap Jeremy dengan ragu.
Awalnya masih mengira Jeremy melakukan sesuatu di kontrak, tapi Beatrix sama sekali tidak menyangka kontrak ini adalah kontrak yang disusun oleh dirinya, satu kata pun tidak dirubah.
Kalau begitu kenapa pria ini tiba-tiba mau menandatangani kontrak ini? Apalagi saat melihat sikapnya, sama sekali berbeda dengan Jeremy yang sebelumnya.
“Ok, aku tanda tangan.” Sambil mengatakannya, Beatrix pun bertanda tangan di kontrak itu.
Setelah Jeremy melihat Beatrix selesai bertanda tangan, Jeremy pun merasa lega.
Saat Jeremy melihat waktu, masih tersisa dua menit.
“Direktur Beatrix, kontrak ini kamu cetak 1 rangkap untuk aku, aku masih ada urusan, aku pergi dulu!”
Selesai mengatakannya, Jeremy pun langsung meninggalkan ruangan Beatrix.
Tadi Jeremy sudah mengingat nomor telepon Harold, dia sekarang ingin menelepon Harold, tapi hpnya pun berdering.
“Kenapa lagi? Bilang!” Jeremy berteriak.
“Direktur Jeremy, semua sistem di perusahaan sudah normal kembali. Mereka harusnya cuman mengerjai kita, sebelum mereka keluar dari sistem perusahaan kita, mereka masih bantu kita perbaiki beberapa kekurangan sistem kita…”
Jeremy tertegun: “Uangnya mana! Uang perusahaan gimana?”
“Uangnya tidak kurang, semua data di Departemen Kerja Lapangan juga sudah kembali normal.”
Jeremy menelan air liurnya dan merasa lega…
“Christo! Cepat datang ke sini! Aku dipukul!”
Sepuluh menit kemudian, di dalam ruangan Jeremy.
“Kamu bilang apa? Tidak ketemu orang yang masuk di rekaman CCTV? Rekaman CCTV di luar gimana?” Jeremy merasa kaget.
Christo menjawabnya dengan canggung: “Kak Jeremy, aku tadi cek rekaman CCTV di luar…”
“Sialan!” Jeremy memaki di sana.
“Kak Jeremy, apa…apa yang terjadi?” Christo bertanya dengan hati-hati.
“Masih tanya ada apa? Si Beatrix suruh orang datang pukul aku, paksa aku tanda tangan kontrak, bahkan masih suruh aku antar ke sana!” Jeremy mengambil dokumen di atas meja dan melemparnya: “Sialan!”
“Pergi periksa sekali lagi, harus temukan pria itu! Masih mau hancurkan perusahaanku? Kalau aku tidak bisa menghajarmu sampai lumpuh, namaku bukan Jeremy!” Semakin mengatakannya, Jeremy merasa semakin marah, lalu dia pun menendang meja di ruangannya.
Christo mengangguk: “Ok, aku akan pergi sekarang.”
Selesai ngomong, Christo menyeka keringat yang ada di keningnya, saat dia ingin berjalan menuju ke luar, tiba-tiba terdapat orang yang masuk ke dalam.
“Direktur Jeremy, komputer perusahaan diretas hacker!” Seorang wanita berlari masuk ke dalam.
“Apa! Dihack?” Jeremy langsung berdiri di sana.
“Iya, semua komputer di perusahaan error, hanya satu komputer di departemen keuangan yang bisa dipakai, di layarnya tertulis, ada hacker yang sedang curi data perusahaan kita, bahkan…bahkan uang perusahaan pun mulai dipindahkan ke luar…”
Jeremy tercengang di sana, lalu dia langsung menatap komputer di mejanya.
Layar komputernya sudah menjadi hitam, tapi di layarnya masih terdapat tulisan: “Antar kontrak!”
Kemudian terdapat seseorang yang masuk ke dalam lagi.
“Direktur Jeremy, semua gambar dan data di Departemen Kerja Lapangan hilang, termasuk desain belasan proyek kita, semuanya juga hilang!”
Jeremy mengeluarkan keringat dingin, dia tiba-tiba mengingat perkataan Harold.
Sialan, siapa dia?
Telepon di ruangan Jeremy tiba-tiba berdering.
Jeremy tersentak dan mengangkat telepon itu.
Suara Harold pun terdengar.
“Jeremy, aku tahu kamu tidak akan pergi, departemen keuanganmu setidaknya juga ada satu triliunan? Uang ini aku simpan dulu, nanti aku akan buka perusahaan properti sendiri.”
“Bro! Jangan jangan jangan!” Jeremy langsung berkata: “Aku…aku sekarang akan langsung antar kontrak ke sana, aku akan pergi sendiri!”
“Kamu masih tahu diri! Jeremy, jika bukan karena kakekmu Borch, kamu sekarang sudah mati.” Kemudian Harold pun berteriak lagi: “Segera lakukan, jika kamu tidak bisa selesaikan semua ini dalam setengah jam, aku tidak akan ampuni kamu!”
“Du!”
Panggilan itu diakhiri.
Jeremy sekarang baru menyadari dirinya sudah menyinggung salah orang.
Setelah itu, Jeremy pun terdiam di tempatnya.
Jeremy tiba-tiba berdiri, dia berlari ke sudut dan memungut semua dokumen yang dilempar oleh dirinya.
“Christo, ikut aku pergi!”
Lima belas menit kemudian, Perusahaan Penjualan Stile, Geffen.
Jeremy dibawa oleh sekretarisnya Beatrix ke dalam ruangan Beatrix.
“Direktur Beatrix, ini kontrak yang aku tanda tangan, beberapa hari lagi uangnya akan masuk ke rekening perusahaan kalian, hehe, kamu hanya perlu tanda tangan saja.” Jeremy berusaha untuk menunjukkan senyuman di balik ketakutannya.
Beatrix menatap Jeremy dengan kaget.
Sebelumnya Jeremy membuat orang lain merasa jijik, tapi sekarang dia pun membuat orang lain merasa lucu.
Pipinya sudah bengkak, harusnya habis dipukul orang.
Tetapi orang ini begitu angkuh, siapa yang berani pukul dia?
Beatrix merasa kaget di dalam hati.
Sebelumnya Jeremy masih mengancam sekretaris dirinya, jika ingin menandatangani kontrak, syaratnya hanya dirinya.
Jika adalah pesanan lain, Beatrix juga tidak akan semarah ini, tapi pesanan Jeremy sangat banyak. Apalagi Jeremy masih mengancam dirinya, jika dirinya tidak mau, dia akan menandatangani kontrak dengan pamannya.
Sekarang situasi di Keluarga Stile sangat menegangkan, persaingan di Geffen dengan Madelin sangat ketat, jika pesanan ini didapatkan oleh pamannya, situasi Keluarga Stile pun akan kembali berubah.
Sekarang Jeremy datang ke sini sendiri, Beatrix pun merasa kaget.
Pria ini tadi masih begitu angkuh, kenapa sekarang bisa berubah jadi seperti ini?
“Direktur Beatrix, kamu…kamu lihat dulu, setelah itu langsung tanda tangan saja, sudah mau setengah jam!”
Jeremy hampir menangis, tadi saat dia naik ke sini, Manajer keuangan perusahaannya pun menelepon dia dan mengatakan uang 1,2 triliun perusahaan ditahan, sekarang hanya tersisa 200 miliar, jika setengah jam berlalu, mungkin uangnya tidak akan balik lagi.
“Aku lihat dulu.” Beatrix melihat Jeremy dengan kaget, lalu dia pun mengambil dokumen itu.
Beatrix sangat waspada, meskipun tidak mengetahui apa yang terjadi dengan Jeremy, tapi jika Jeremy melakukan sesuatu di kontrak ini, bukannya dirinya akan terjebak, nanti dirinya pun akan dirugikan.
Tiga menit kemudian, Beatrix masih sedang melihat dokumen itu.
Jeremy sudah tidak bisa bersabar lagi dan berkata: “Direktur Beatrix, kalau sebelumnya aku ada salah, aku minta maaf padamu, jika tidak, aku akan menebusnya lagi, aku akan nambah 40 miliar lagi.”
“Mohon untuk segera tanda tangan!”
Beatrix baru selesai melihat kontrak itu, lalu dia pun menatap Jeremy dengan ragu.
Awalnya masih mengira Jeremy melakukan sesuatu di kontrak, tapi Beatrix sama sekali tidak menyangka kontrak ini adalah kontrak yang disusun oleh dirinya, satu kata pun tidak dirubah.
Kalau begitu kenapa pria ini tiba-tiba mau menandatangani kontrak ini? Apalagi saat melihat sikapnya, sama sekali berbeda dengan Jeremy yang sebelumnya.
“Ok, aku tanda tangan.” Sambil mengatakannya, Beatrix pun bertanda tangan di kontrak itu.
Setelah Jeremy melihat Beatrix selesai bertanda tangan, Jeremy pun merasa lega.
Saat Jeremy melihat waktu, masih tersisa dua menit.
“Direktur Beatrix, kontrak ini kamu cetak 1 rangkap untuk aku, aku masih ada urusan, aku pergi dulu!”
Selesai mengatakannya, Jeremy pun langsung meninggalkan ruangan Beatrix.
Tadi Jeremy sudah mengingat nomor telepon Harold, dia sekarang ingin menelepon Harold, tapi hpnya pun berdering.
“Kenapa lagi? Bilang!” Jeremy berteriak.
“Direktur Jeremy, semua sistem di perusahaan sudah normal kembali. Mereka harusnya cuman mengerjai kita, sebelum mereka keluar dari sistem perusahaan kita, mereka masih bantu kita perbaiki beberapa kekurangan sistem kita…”
Jeremy tertegun: “Uangnya mana! Uang perusahaan gimana?”
“Uangnya tidak kurang, semua data di Departemen Kerja Lapangan juga sudah kembali normal.”
Jeremy menelan air liurnya dan merasa lega…
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved