Bab 8 Ikut Campur Urusan Orang Lain

by Raden Rauf 17:15,May 11,2022
“Ok, tapi harus seperti apa?” Bisma terlihat ragu.
Gentha sedang memikirkannya, lalu dia pun menggertakkan giginya: “Bukannya pria ini mau suruh kita keluar? Dia ingin selamatkan ayahmu, kalau gitu kita penuhi permintaannya saja!”
Sekarang sudah ada orang yang masuk ke dalam.
“Kak, gimana kondisi ayah?” Jerome bertanya dengan cemas.
Gentha langsung menatap Bisma.
Bisma berpura-pura menghela nafas dan berkata dengan ekspresi yang sedih: “Huh, mungkin tidak lama lagi, kamu juga tahu, Dokter Gentha adalah murid Tuan Boriz, dia sudah angkat tangan, tampaknya tidak bisa diselamatkan lagi…”
“Ada cara! Sekarang pasien harusnya masih bisa bertahan, aku sekarang akan langsung pergi jemput guruku, kalau guruku datang, mungkin masih punya secercah harapan terakhir!” Gentha berkata.
Gentha sengaja mengatakan ini untuk memancing Harold.
Benar saja, Harold berdiri di sana, dia melihat semua ini dengan diam.
“Aku pergi dulu, sebelum aku pulang, kalian semua jangan sentuh pasien!” Gentha melepaskan maskernya.
Gentha sudah merencanakannya, dia sengaja mengatakan ini karena dia yakin bahwa Bertho akan meninggal. Bagaimanapun saat dia membawa gurunya ke sini, Bertho pastinya sudah meninggal.
Jika Harold tidak ikut campur, kematian Bertho akan dianggap wajar, dan sama sekali tidak berhubungan dengan dirinya. Tetapi jika Harold ikut campur, maka dirinya pun bisa menjadikan dia sebagai kambing hitam.
Gentha menatap Harold dengan sambil tersenyum dingin.
Kamu pikir dirimu sangat hebat? Aku akan permainkan dirimu!
Setelah Gentha pergi, beberapa orang Keluarga Stile pun mengelilingi Bertho. Harold pun menghampirinya.
Bisma menatap Harold dengan berkeringatan.
“Kita keluar dulu, biarkan dokter yang di sini saja, jika ada kondisi darurat, juga lebih gampang kan?” Bisma berkata.
“Kakek…” Beatrix berjongkok di sana dan memegang tangan Bertho dengan sambil menangis.
Harold tidak mengatakan apa pun, dia menatap Bertho dengan sambil memikirkan sesuatu.
Harold mendengar apa yang dikatakan oleh Gentha dan Bisma dengan jelas, mengenai tujuan mereka berdua, Harold pun merasa marah.
Tetapi dirinya tidak bisa mempertaruhkan nyawa Bertho.
Jadi sekarang bukan saatnya untuk membereskan dua pria ini, sekarang yang paling penting adalah menyelamatkan nyawa Bertho.
“Ok, kalau gitu kami pergi panggil dokter.” Jerome dan Nancy keluar dari dalam.
Bisma menatap Beatrix dan berkata: “Beatrix, jangan nangis lagi, kita keluar dulu, kakekmu sekarang masih belum putus nafas, jika dia dengar suara tangisanmu, dia pasti akan sangat sedih…”
Mendengarkan ini, Beatrix pun tertegun, dia langsung berhenti menangis dan berdiri.
“Ayo.” Bisma menepuk pundak Beatrix.
Mereka berjalan menuju ke luar.
“Harold, kamu juga keluar!” Bisma masih berpura-pura untuk memanggil Harold.
Harold menaikkan bahunya: “Ok.”
Sambil berkata, Harold pun mengikuti Bisma dari belakang.
Saat Harold mengatakannya, Bisma pun terlihat kecewa.
Bisma ingin Harold masuk ke jebakannya, tapi ekspresi Harold sangat datar, dia sama sekali tidak terlihat seperti ingin berbuat onar lagi.
Tapi saat memikirkannya lagi, Bisma juga tidak takut, bagaimanapun jika ayahnya mati juga karena penyakitnya. Jika pria ini mengungkit semuanya, sekeluarga Beatrix juga tidak akan percaya!
Saat mereka berjalan sampai di depan, Harold tiba-tiba berhenti di sana.
Bam!
Setelah Bisma keluar dari dalam, Harold langsung menutup pintu ruangan UGD dan menguncinya.
Melihat adegan ini, Bisma merasa sangat senang, dia pun hampir tertawa saat melihat pintu yang sudah ditutup.
Pria ini sungguh bodoh!
Terjebak juga!
Bisma sama sekali tidak khawatir Harold bisa menyembuhkan ayahnya, Gentha sudah mengatakan gurunya pun tidak bisa menyelamatkan Bertho, sekarang jika dewa datang juga tidak berguna.
Harus diketahui bahwa gurunya Gentha adalah Boriz Sativa yang terkemuka di dalam negeri, dokter tua seperti gurunya hanya ada 4 di dalam negeri.
Orang yang tidak bisa diselamatkan oleh Boriz, pastinya akan mati!
Meskipun Bisma sangat senang, tapi dia tetap harus terlihat marah, lalu dia pun memukul pintu dan berteriak di sana.
“Harold! Kamu ngapain! Segera buka pintu!”
“Harold?”
Beatrix baru menyadari Harold masih berada di dalam.
“Beatrix, kamu segera suruh pria itu keluar! Ayah masih bisa diselamatkan, kalau terjadi sesuatu karena pria itu, gimana?” Bisma berteriak.
“Harold!” Tidak perlu menunggu Bisma mengatakannya, Beatrix pun sudah mulai mengetuk pintu: “Keluar kamu! Aku beri tahu kamu! Kalau terjadi sesuatu pada kakekku, aku tidak akan ampuni kamu!”
“Beatrix! Pria ini pasti ingin bunuh kakekmu! Aku sekarang akan pergi suruh dokter buka pintu, kamu segera suruh dia buka pintu!”
“Ayo!”
Sambil mengatakannya, Bisma pun memberikan isyarat ke Rexy.
Kemudian Bisma pun membawa Rexy ke sudut.
“Bisma, kenapa jadi begini? Gimana dengan kondisi ayah?” Rexy bertanya dengan ragu.
Bisma tersenyum: “Tenang saja! Pasti tidak bisa diselamatkan! Gentha sudah bilang, gurunya datang juga berguna, kemungkinan kematian karena stroke ini adalah 99,99%!”
“Bukannya Harold bilang dia bisa?” Rexy bertanya.
“Mana mungkin dia bisa!” Bisma tersenyum dingin: “Tadi pria ini hentikan Gentha, jadi tadi aku sengaja suruh kalian keluar, bukannya dia bisa? Kalau gitu biarkan dia saja, kalau dia obati ayah sampai mati, aku cuman perlu lapor ke polisi saja!”
“Pria ini bukan dokter, siap-siap untuk dipenjarakan saja!” Bisma terlihat sangat jahat.
Sebenarnya motif Bisma sangat sederhana, dia hanya ingin mewarisi semua kekayaan ayahnya.
Tetapi Harold tadi menendang pintu dan merusak rencana mereka, kalau begitu sekarang hanya bisa menjebak Harold. Jika Harold yang lapor polisi, mungkin dirinya yang akan dipenjarakan.
“Harold, Kenapa kamu ingin ikut campur urusan orang lain saja!”

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

78