Bab 13 Tapi Untuk Xander Qin, Ia Malah Terbiasa

by Alice 10:01,Feb 05,2021
Berkunjung yang dikatakan Xander Qin benar-benar berkunjung.

Thea Qiao dan Selvi Yang mengikutinya dari belakang untuk seharian, hampir tidak pernah berhenti di suatu tempat, apalagi duduk sebentar.

“Ini adalah tempat dimana para tentara dilatih.” Letnan Kolonel Yang juga ikut mereka, sambil berjalan sambil berkata.

Thea Qiao memandang ke jauh sana dan hanya merasakan sesuatu, tempat ini sungguh besar, fasilitasnya pun sangat lengkap.

Selvi Yang berkata dengan pelan di samping telinganya, “Manajer Qiao, bolehkah kita tidak lanjut berjalan lagi?”

Bukan ia terlalu manja, melainkan ia sungguh lelah memakai sepatu hak tinggi yang setinggi tujuh sentimeter.

Thea Qiao bahkan belum keburu berbicara, Xander Qin pun berkata, “Letnan Kolonel Yang, bawalah asisten Yang kembali ke ruang tamu.”

Letnan Kolonel Yang melirik keponakan perempuannya sekilas. Ia sudah kelelahan hingga keningnya berkeringat dan riasan pada wajahnya mulai meluntur.

“Baik, Ketua.” Ia pun membawa Selvi Yang pergi meninggalkan tempat.

“Apakah kamu masih kuat?” Xander Qin memandang Thea Qiao. Ia berbeda dengan Selvi Yang.

Setelah berjalan begitu lama, wajah Thea Qiao masih tidak merah dan tidak lelah. Ia memakai sepatu hak tinggi, tapi kakinya seperti menginjak angin.

“Aku tak masalah.” Ia tersenyum pelan.

“Tubuhmu cukup baik.” Xander Qin berjalan memasuki tempat pelatihan.

Thea Qiao pun mengikutinya. Biasanya ia akan pergi melatih diri jika adanya waktu kosong.

“Terima kasih atas pujiannya.” Ia tetap berhati-hati. Ia mengangkat kepala, menyapu pelan sisi samping wajahnya dan tatapannya mandarat lagi pada alat-alat di hadapannya.

“Bagaimana dengan isitrahat kemarin malam?” tanya Xander Qin lagi. Entah mengapa, setelah ia mengantar Thea Qiao ke hotel, ia sama sekali tidak istirahat dengan baik.

Ia bermimpi semalaman. Di dalam mimpi itu penuh dengan ia dan Thea Qiao yang bercinta. Pagi hari bangun, pria yang di sana pun berteriak sombong.

“Sangat baik, terima kasih atas perhatian Ketua.” Bibir Thea Qiao terus melengkung tipis tersenyum.

Bagai angin sejuk yang menerpa pelan di hari panas, sangat pas.

Melihat waktu kira-kira sudah mau tiba, ia pun berbalik badan. Keningnya yang putih itu pun sudah mulai ada keringat yang bercucuran. “Ketua Xin seharusnya sudah menyelesaikan rapat, mari kita kembali.”

“Baik.” Thea Qiao tersenyum tipis, berbalik badan dan meninggalkan tempat bersamanya.

Tempat yang mereka kunjungi adalah tempat memanah. Setelah keluar dari tempat memanah, mereka pun menemukan sebuah mobil milik pasukan militer.

“Naiklah.” Xander Qin langsung membuka pintu bagian kursi penumpang yang dekat dengan pengemudi.

Thea Qiao mengangkat pelan alisnya yang cantik itu.

“Jalan kaki pulang sangat menghabiskan waktu.” jelas Xander Qin singkat.

Thea Qiao pun naik mobil. Jika tadi ada mobil, Selvi Yang juga tidak begitu buru-buru diantar pulang.

“Terima kasih.” ujarnya sopan. Pendingin ruangan mobil cukup sejuk, sehingga ia pun semangat akan hal tersebut.

Dalam perjalanan, mereka berdua sama sekali tak berbicara. Thea Qiao pun memiringkan wajah melihat pemandangan di luar dan juga tidak merasa canggung sama sekali.

Jika orang yang berada di sampingnya adalah Robert Luo dan suasananya begitu tenang, ia pasti tidak akan terbiasa.

Tapi untuk Xander Qin, ia malah terbiasa.

Kembali ke kantor Wayne Xin, Thea Qiao malah tidak menemukan Selvi Yang.

“Letnan Kolonel Yang, maaf bertanya, dimanakah asistenku?” Ia hanya bisa bertanya ke orang di sampingnya, dimana orang itu yang membawa Selvi Yang kembali.

“Manajer Qiao, asisten Yang tiba-tiba ada urusan, bilang mau pulang ke kantor terlebih dahulu.” Letnan Kolonel Yang membalasnya, tapi ia malah tidak memberitahu bahwa semua ini sudah direncanakan Wayne Xin.

“Ketua, tadi Ketua Xin ada menghubungi Anda, bilang untuk bertemu di Jinxiu Garden Restaurant.”

Thea Qiao merasa masalah ini agak janggal. Tapi mereka berdua adalah tokoh yang penting dalam pasukan militer, juga tidak ada hal-hal yang bisa diinginkan dari dirinya yang merupakan penduduk biasa.

Ia menumpang pada mobil Xander Qin tiba di Jinxiu Garden.

Ia dan Stella Lin pernah datang ke sini sekali. Harga makanan di sini sangatlah mahal. Ia agak iri dengan makanan tentara yang begitu baik sekarang.

Thea Qiao agak termenung setelah turun dari mobil. Memandang punggung Xander Qin yang berlangkah maju, ia pun segera mengikutinya.

Setelan pakaian yang dipakai Xander Qin sekarang persis sekali dengan seseorang yang sudah sukses.

Wayne Xin memesan sebuah ruangan.

Setelah mendorong pintu masuk, ia pun sudah berada di dalam sana menunggu mereka.

“Manajer Qiao, akhirnya kamu datang juga.” Wayne Xin bangkit dari tempat, wajahnya terukir senyuman yang tidak bersalah. Sedangkan sepasang matanya terus memandang kedua orang itu.

Bagai rubah yang tengah mengawas.

Thea Qiao kurang nyaman ditatapnya seperti itu, lalu berjalan mendekati dan tersenyum dengan semangat, “Maaf membuat Ketua Xin menunggu lama.”

Setelah menyapa, mereka beberapa pun menempati tempat duduk. Xander Qin duduk di samping Thea Qiao.

Wayne Xin mengangkat gelas anggur merahnya, “Manajer Qiao, aku bersulang segelas denganmu. Kamu baru saja menjabat posisi ini dan menerima misi, dulu kita salah menghitung kemampuan perusahaan kalian, sungguh maaf sekali.”

Thea Qiao mengangkat gelas dengan elegan, anggur merah di dalam pun digoyang pelan olehnya. “Bukankah Ketua Xin sudah memutuskan untuk bekerja sama dengan perusahaan kita?”

Selesai berkata, ia menyesap seteguk anggur merah.

“Haha, tentu saja. Mari bersulang.” Wayne Xin sangat langsung.

Thea Qiao melirik sekilas pria yang duduk di sebelah kirinya, anggur yang terletak di hadapannya, ia bahkan tidak minum sekali pun.

“Manajer Qiao, kamu tidak perlu melihat Xander lagi. Ia tidak pernah minum selama bekerja.” Wayne Xin mengerti apa yang ia pikirkan.

Thea Qiao hanya melirik sekilas dan langsung ketahuan. Bertemu dengan sepasang mata Xander Qin yang cuek itu, ia merasa dirinya seperti tertangkap basah karena melakukan hal jahat.

Ia buru-buru minum seteguk untuk menutupi perasaannya ini.

Ia pun tidak sengaja tersedak karena minum terlalu cepat. “Huk Huk.” Thea Qiao batuk hingga air matanya pun keluar.

Karena masih ada orang lain, ia hanya bisa memiringkan kepala, terbatuk pelan, menunggu tenggorokannya membaik kembali.

“Tidak perlu minum jika kamu tidak bisa minum.” Xander Qin tidak kuat lagi melihatnya dan langsung menarik gelas anggur yang ada di tangannya.

Thea Qiao menatap sedih gelas yang ditarik pergi dari tangannya. Ia seperti agak kebingungan, ingin menjelaskan bahwa toleransi terhadap alkoholnya tidak begitu buruk, tapi ia juga merasa tidak perlu.

Sudahlah, dilihat dari hubungannya dengan Wayne Xin, mereka berdua seharusnya adalah teman baik, jadi ia mungkin tidak akan tersinggung.

“Kalau Manajer Qiao tidak bisa minum, bagaimana kalau minum teh bersama Xander? Atau minum jus?” Wayne Xin ternyata persis dengan apa yang ia pikirkan, sama sekali tidak tersinggung.

Pipi Thea Qiao sedikit memanas. Di atas meja sana ada teh panas, ia tidak berani membiarkan para ketua ini menaruh banyak perhatian kepadanya. “Aku minum teh saja. Terima kasih, Ketua.”

Xander Qin tidak mengatakan apapun, langsung mengambil teko dan menuangkan teh ke cangkirnya.

Aroma teh itu tersebar, Thea Qiao bisa menciumnya dengan jelas, bahwa ini adalah aroma teh pu-erh, sangatlah kuat.

Xander Qin juga entah dari kapan sudah melepaskan jasnya, bahkan lengan pakaiannya juga digulung ke atas, sehingga urat di lengan pun tertampak.

Thea Qiao termenung melihat kulit yang berwarna eksotis itu, hingga terdengar suara Xander Qin, ia baru tersadar kembali.

“Teh pu-erh agak kuat, ganti saja yang lain kalau kamu kurang terbiasa.” Ia tahu tidak semua orang menyukai teh pu-erh.

Thea Qiao menggelengkan kepala, “Teh pekat sudah cukup.” Ia suka minum teh pekat, aromanya juga cukup tebal.

Mata Xander Qin pun terlintas dengan sesuatu ekspresi.

Wayne Xin juga menunjukkan ekspresi bercanda. “Manajer Qiao juga suka minum teh pekat?”

“Teh pekat lebih membuatku semangat dan juga lebih wangi.” jelas Thea Qiao.

“Xander juga bilang seperti itu, iya bukan?” Wayne Xin juga menuangkan teh untuk dirinya sendiri dan minum seteguk.

“Sayangnya, aku lebih suka minum teh tawar.” Ia pun meletakkan cangkir tehnya.

Di dunia ini selalu ada beberapa orang yang cocok dalam selera, contohnya dua orang yang berada di hadapannya.

Xander Qin tidak membalas, hanya diam-diam meminum tehnya.

“Oh iya, Manajer Qiao, aku masih ada satu urusan lagi yang membutuhkan bantuanmu.” Wayne Xin melirik sekilas teman baiknya, lalu langsung membuka mulut berkata kepada Thea Qiao.

“Katakan saja, Ketua Xin.” Apa yang ia mau katakan, Thea Qiao sama sekali tidak bisa menebaknya.

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

760