Bab 2 Foto Di Balik Layar yang Pecah Terkesan Menyedihkan

by Alice 10:01,Feb 05,2021
Thea Qiao telah berhasil kabur dari kamar hotel president suite itu, seluruh tenaga di tubuhnya terkuras.
Dia tidak boleh kembali ke kediaman keluarga Luo, makanya dia pergi ke resepsionis hotel, mengeluarkan KTP dan memesan kamar hotel.
Saat memandikan tubuhnya yang penuh dengan memar membiru, pergerakannya tak terbilang lembut.
Ketika berbaring di ranjang, air mata Thea Qiao mengalir keluar, melihat ponsel yang tak memiliki berkutik, lalu menonaktifkannya dan tidur dengan lelap.
Keesokan paginya, cuaca terlihat mendung, sama seperti suasana hatinya saat ini.
Setelah selesai mengurus check out kamar hotel, dia hendak pulang untuk mengganti pakaiannya.
Kalau pergi bekerja dengan memakai baju yang dikenakannya saat ini, takutnya nanti akan dikira sebagai wanita penghibur.
"Kring kring." Suara deringan ponsel berbunyi, Thea Qiao menghentikan langkah kaki, apakah ini panggilan dari Robert Luo?
Sang wanita mengeluarkan ponsel dan melihatnya, ternyata panggilan telepon dari Stella Lin, teman akrabnya.
"Stella, ada apa telepon pagi-pagi begini?" Suara Thea Qiao saat berkata mengandung perasaan kecewa.
"Thea, cepat datang ke tempatku, aku melihat Robert si sialan itu lagi-lagi merangkul seorang wanita sambil makan bersama dengannya di hotel!" Stella Lin melihat sepasang pria dan wanita yang tidak berada jauh darinya, wajahnya terpangpang kata 'benci'.
Dasar pria buaya darat!
Thea Qiao melongo, kemudian, bibirnya melekukkan senyuman pahit.
Dirinya semalam telah mengorbankan kesucian tubuhnya untuk ditransaksikan dengan suatu kontrak bisnis, tapi dia malah pergi merangkul wanita lain dan menghabiskan waktu sepanjang malam di luar rumah.
Robert Luo, dasar sialan!
Thea Qiao terus berjalan ke arah pintu, "Stella, makanlah sarapanmu baik-baik, jangan sampai kelaparan."
"Apa? Kamu berniat membiarkannya begitu saja?" Stella Lin mengambil gelas dengan ekspresi wajah yang kesal.
"Lagipula ini sudah bukan pertama kalinya dia berbuat seperti ini, aku ada sedikit urusan, kututup dulu ya." Thea Qiao berjalan dengan cepat.
Kalau pada saat dulunya, dia mungkin akan pergi membuat keributan.
Tapi sekarang, membuat keributan sudah sama sekali tidak berarti, sang wanita menutup panggilan dan berjalan dengan kepala tertunduk, lalu bertabrakan dengan seorang pria.
"Ugh, sakit!" Thea Qiao mengerutkan keningnya, ponselnya terbang ke sudut ruangan.
"Pak Ketua, Anda baik-baik saja?" Orang-orang yang ada di samping sang pria segera mengerumuninya.
Thea Qiao seketika terpisahkan di luar lingkaran kerumunan, karena dia yang bersalah, makanya sang wanita segera menundukkan kepala meminta maaf, "Maaf."
Tatapan mata Xander Qin yang tajam tertuju padanya, melihat dengan penuh sindiran.
Thea Qiao tertegun, pria yang ada di depan matanya memiliki paras yang menawan, orang-orang yang mengerumuninya semakin membantu sang pria memancarkan keistimewaan identitasnya.
Thea Qiao merasa sedikit kurang nyaman, tidak mengerti apa maksud dari sindiran itu.
Sang wanita menegakkan tubuhnya, tubuhnya memancarkan aura yang angkuh, dan bertatapan dengan sang pria.
Tatapan mata yang tajam tertuju padanya, semalam, inikah wanita yang memberinya semacam kenikmatan yang berbeda?
"Ayo pergi." Xander Qin tidak berniat memperhitungkan hal ini panjang lebar dengan Thea Qiao.
Sekujur tubuh Thea Qiao terasa nyeri, Xander Qin tidak memperhitungkannya merupakan sebuah hal yang patut disyukuri, tapi otaknya sang wanita saat ini bagaikan sedang bermasalah.
"Tunggu!" Suaranya menggelegar di hall utama hotel, begitu nyaring.
Xander Qin menghentikan langkah kakinya, membalikkan badan, memandangnya dengan sepasang mata yang dingin.
Thea Qiao melihat ekspresi arogan yang terpancar dari wajahnya, lalu muncul berbagai perasaan tidak senang dalam hatinya, pria ini sedang memandang rendah dirinya?
"Tuan, Anda pun telah menabrakku, aku telah meminta maaf pada Anda, tidakkah Anda seharusnya juga meminta maaf padaku?" Sang wanita memberanikan diri untuk mengucapkan perkataannya.
Kalau berani menghentikannya, berarti Thea Qiao juga berani bertindak mengembalikan kehormatan dirinya.
Ucapan Thea Qiao malah terdengar seperti ucapan rayuan saat masuk di telinganya bawahan Xander Qin.
"Nona, kamulah yang menabraknya." Willem Yang selangkah mendekat padanya, membela Xander Qin.
Kening Thea Qiao yang indah mulai berkerut, bibirnya pun dibungkam rapat-rapat, dan terus menatapnya dengan tajam seperti itu.
Memang benar, dirinya lah yang menabrak, tapi tatapan mata pria ini telah membuatnya kesal, "Tatapanmu saat melihatku terlihat tidak menghormatiku."
Ucapan sang wanita membuat orang lain tertawa.
Xander Qin bertatapan dengan sepasang mata yang tak memiliki rasa takut itu, riakan gejolak perasaan di balik matanya mulai mereda.
Di depan mata khalayak ramai, sang pria berjalan ke sudut ruangan, membungkukkan tubuhnya untuk memungut ponselnya Thea Qiao, layar ponsel telah pecah.
Sang pria menyodorkannya, suaranya sama dinginnya dengan ekspresi wajahnya, "Maaf."
Willem Yang seketika tidak berani bersuara sedikit pun, ekspresi wajah ketuanya ini terlalu aneh.
Sedangkan Thea Qiao, dia mulai merasa tidak enak hati, Thea Qiao menerima ponselnya, lalu mencoba menyalakannya, ponselnya masih bisa nyala.
Yang terlihat di layar adalah foto pernikahannya dengan Robert Luo, tapi foto yang muncul di balik layar ponsel yang pecah ini terkesan menyedihkan.
Ini bagaikan suasana hatinya saat ini yang telah hancur berkeping-keping dan hanya bisa kembali menemukan kehormatan dirinya di hadapan orang lain.
"Ini pun bukan kesalahanmu." Thea Qiao mengangkat kepalanya, sang pria terlihat sedang menatap layar ponselnya.
Thea Qiao membalikkan badan, dan pergi meninggalkan pintu hotel, melangkah dengan kaki yang memakai sepatu hak tinggi setinggi 7 cm, berlagak seakan-akan tidak pernah terjadi apa pun.
Xander Qin melihat sosok punggungnya, lalu menurunkan pandangan mata, "Aku menginginkan data wanita itu, semuanya."
Willem Yang tidak berani menunda hal ini sedikit pun, dia langsung menganggukkan kepala, "Baik, pasti akan kuserahkan datanya pada tangan Anda sore nanti, Pak Ketua tenang saja."
———
Saat pulang ke kediamannya keluarga Luo, waktu sudah jam 8 pagi.
Pengurus rumah kediaman keluarga Luo membukakan pintu dengan ekspresi wajah yang aneh, "Nyonya Muda, Anda sudah pulang."
"Hmm." Thea Qiao telah menyadari keanehan ekspresi di wajahnya, "Ada masalah?"
"Anda semalam tidak pulang sepanjang malam......" Pengurus rumah berkata dengan suara kecil: "Nyonya sedang menunggu Anda di ruang tamu."
"Baik." Ekspresi di wajah Thea Qiao tetap terlihat tenang.
Evelyn Shen duduk di atas sofa, nada bicaranya saat berkata terkesan tajam, "Thea, besar sekali nyalimu, sekarang bahkan berani tidak pulang ke rumah."
Thea Qiao mengambil cangkir teh dari pengurus rumah, menurunkan tatapan mata dan berperilaku baik, "Ibu Mertua, minumlah teh."
Evelyn Shen tidak menerima tehnya, "Jangan kira secangkir teh ini bisa membuatku memaafkanmu, kamu semalam telah ke mana saja?"
"Bukankah Robert juga tidak pulang?" Thea Qiao tidak menjawab pertanyaannya secara langsung.
"Robert? Dia tidak pulang karena sibuk dengan pekerjaannya, pria terkadang tidak pulang ke rumah adalah hal yang wajar, tapi kamu yang sudah bersuami malah tidak pulang semalaman, jangan-jangan telah melakukan hal-hal yang tak pantas di belakang Robert?" Evelyn Shen menginterogasikannya.
Saat dia mengungkitnya, Thea Qiao langsung teringat atas kejadian semalam.
Hatinya bagaikan disayat pisau, bagaimana caranya menjelaskan hal ini terhadap wanita terhormat yang ada di depan matanya ini, haruskah bilang bahwa putra kesayangannya menjual tubuh istrinya demi keuntungan perusahaan?
"Ibu Mertua, aku juga sibuk dengan hal perusahaan." Thea Qiao hanya bisa menjelaskannya seperti ini.
"Sibuk sibuk dan sibuk, setiap hari selalu sibuk, kamu sudah setahun menikah dengannya, tapi tidak terlihat adanya tanda-tanda memberikanku seorang cucu." Evelyn Shen kembali mengulang topik ini.
Thea Qiao merasa pusing, kakinya sakit, saat mengungkit hal tentang anak, keningnya pun ikut merasa sakit.
Semalam saat melakukannya dengan orang itu, sepertinya mereka sama sekali tidak melakukan tindakan pencegahan kehamilan, punggungnya mulai mengalirkan keringat dingin.
"Kenapa? Lagi-lagi ingin berlagak lemah? Sungguh tidak mengerti kenapa tuan besar bisa menyuruh Robert menikah denganmu." Evelyn Shen terus melanjutkan keluhannya.
Semua ucapan ini telah sering di dengar oleh Thea Qiao. Rasa sedih karena tidak mendapatkan pengakuan hanya bisa ditanggung oleh dirinya sendiri.
"Ibu Mertua, Anda baru saja pulang, istirahatlah baik-baik, aku pergi ganti baju dulu, lalu pergi bekerja." Senyuman sang wanita terkesan dipaksakan.
Evelyn Shen merasa kesal saat melihatnya, lalu melambaikan tangan, "Aku bahkan harus memarahimu di pagi-pagi hari begini, menyebalkan sekali."
Saat mendengar ucapannya yang penuh kerisian, langkah kaki Thea Qiao di atas tangga berhenti.
Sudut bibirnya memancarkan ekspresi tidak berdaya, langkah kakinya tetap terkesan elegan dan lanjut berjalan naik ke atas.

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

760