Bab 4 Semalam Tidur Di Ranjang Pria Liar Mana

by Alice 10:01,Feb 05,2021
"Keluar kau!" Robert Luo menunjuk ke arah pintu, memerintahkan Selvi Yang keluar.
Selvi Yang melihat Thea Qiao sekilas, dia datang dengan niat buruk, mata Selvi Yang penuh dengan kekhawatiran.
"Keluar saja, aku akan memikirkan cara menyelesaikan hal ini." Thea Qiao berdiri, tersenyum terhadap asistennya, mencoba menenangkannya.
Pintu ruang kantor tertutup, Thea Qiao melihat sang pria yang berjalan dengan amarah membara, ekspresi wajah Thea Qiao menjadi semakin tenang, menghasilkan perbandingan yang semakin kontras.
"Sudah selesai mengatasi masalah? Yuzy Tao sudah kamu tenangkan?" Thea Qiao meminum seteguk kopi, menyindir kinerjanya yang cukup cepat.
"Thea, dasar orang murahan, beraninya mempermainkanku?" Robert Luo memancarkan ekspresi wajah yang begitu galak dan menyeramkan.
Thea Qiao tertawa dingin, "Aku telah melakukan apa yang kamu suruh, tapi kamu malah mengataiku mempermainkanmu?"
Keberadaannya pasti sudah termasuk dalam keberadaan yang sangat spesial di Kota Jinyang ini bukan, bisa-bisanya dirinya menuruti hasutan suaminya untuk menjual diri.
Tapi, suaminya malah balik mengkritiknya, sepertinya merasa kesal terhadapnya.
"CEO Chen bilang dia semalam tidak bertemu denganmu, dia semalam tidur sendirian sepanjang malam!" Robert Luo tadi menelepon Johan Chen, awalnya hendak membahas tentang kerja sama, tapi tidak dsangka malah menerima pelampiasan amarah dari orang itu.
Thea Qiao melongo, mata yang dingin saling bertatapan, "Jangan memfitnahku, aku telah melakukannya sesuai perintahmu."
"Robert, bilang saja langsung, kamu tidak ingin menyelamatkan ibuku, benar bukan?" Sang wanita dalam seketika langsung mengerti.
"Kamu dengarkan saja sendiri, lihat apakah aku menuduhmu atau bukan, ataupun kamulah yang kabur." Meskipun Robert Luo merasa marah, tapi dia tetap tak lupa merekam bukti.
Rekaman perkataan Johan Chen diputarkan, Thea Qiao menutup matanya, kelopak matanya yang atas terasa tebal dan berat.
Dia telah salah mengenali orang, ataupun Robert Luo lah yang salah menyebutkan nomor kamar hotel.
Tapi dia semalam memang telah berhubungan dengan seorang pria, tindakan pria itu sangat kasar, ingatannya terhadap kejadian saat itu sangat mendalam.
Jadi, semuanya telah sia-sia? Hati Thea Qiao tergentar, sebuah firasat buruk menjalar dari hatinya.
"Thea, kamu semalam telah kabur atau pergi menemani pria liar lain?" Robert Luo melihat Thea Qiao yang terlihat sedang merenung, Thea Qiao harusnya tidak akan berani mempermainkan dirinya sendiri.
Thea Qiao menghentikan pemikirannya yang terlalu berlebihan, lalu mengangkat pandangan mata, "Memangnya kenapa kalau aku telah kabur?
Robert Luo mendekat padanya selangkah, tubuhnya yang tinggi besar menutupinya.
Thea Qiao mengangkat kepala, melihat parasnya yang rupawan, ini adalah suaminya, kalau mengesampingkan ekspresi wajahnya yang terlihat kejam itu, mukanya memang terlihat sangat menawan.
Tapi penampilan luar yang begitu tampan dan latar belakang keluarganya yang luar biasa inilah yang membuat begitu banyak wanita bersedia memanjat ke ranjangnya.
Terkadang, Thea Qiao merasa, kalau dirinya menikah dengan seorang lelaki miskin, akankah dirinya mengalami begitu banyak penderitaan?
Tangan Robert Qiao langsung merobek kemeja putihnya sang wanita.
Thea Qiao kembali sadar, lalu langsung menutup dirinya, "Robert, apa yang kamu lakukan?"
Sang wanita tentu saja tidak begitu bodoh hingga mengira sang pria saat ini mulai ingin menyentuh tubuhnya.
Thea Qiao tidak ingin membuatnya melihat berbagai bekas yang tertinggal di tubuhnya.
Bekas yang ditinggalkan oleh pria dengan kasar semalam.
Namun, perbedaan kekuatan antara pria dan wanita begitu jauh berbeda, Robert Luo ujung-ujungnya tetap berhasil merobek kemejanya Thea Qiao, sebutir kancing terjatuh ke lantai.
Thea Qiao merasa daerah dadanya terasa dingin, bekas memar yang membiru di atas kulit yang putih bersih terpangpang keluar.
Theo Qiao menurunkan tangannya, menyerah melakukan perlawanan.
Sudut bibir Robert Luo memancarkan ekspresi galak, "Thea, kamu semalam tidur di ranjang pria liar mana?"
Thea Qiao menundukkan kepala, tidak mengatakan apa pun.
"Wanita cabul!" Robert Luo mengangkat tangannya, dan menghempaskannya dengan kejam.
"Pak" Terdengar suatu suara yang nyaring, wajahnya yang menawan telah dicap 5 jari.
Rasa sakit yang perih menjalar dari wajahnya, Thea Qiao mengangkat tatapan matanya, penglihatannya terasa buram.
Dirinya menangis? Tidak, tidak boleh menangis, setidaknya tidak boleh menangis di depannya Robert Luo.
"Aku wanita cabul? Robert, lihatlah hati nuranimu yang telah menghitam itu, sebenarnya aku atau kamu yang cabul?" Thea Qiao tidak bersedia menyandang sebutan ini.
Setelah menikah setahun lebih, Robert Luo telah bermain dengan banyak wanita hingga tak terhitung jumlahnya, sedangkan dirinya, malah tidak pernah disentuh olehnya.
Kalau wanita lain menjadi dirinya, Robert Luo pasti telah balik diselingkuhi ribuan kali.
"Kamu menyuruhku menemani pria lain, aku telah pergi, kamulah yang membuatku salah mengenali orang, sekarang malah menyalahkanku? Kalau bisa, pergi adukan hal ini pada ayah mertua, biarkan dia menilai tindakan siapa yang lebih keterlaluan di antara kita berdua!"
Thea Qiao tahu, Robert Luo tidak akan berani melakukannya, Rahmat Luo tidak akan pernah membiarkan keluarga Luo memiliki aib buruk seperti ini.
Karena naik pitam, matanya melotot lebar-lebar, memancarkan tatapan yang dingin, "Bagus, bagus sekali." Thea Qiao telah menjadi hebat, sekarang bahkan mulai bisa mengancamnya.
"Thea Qiao, tunggulah hari di mana jari tangan ibumu akan dipotong oleh penjudi-penjudi itu dan diserahkan pada ayahmu."
Robert Luo keluar sambil membanting pintu, meninggalkan Thea Qiao yang berwajah pucat sendirian di dalam.
Sang pria dengan jelas menyatakan dia tidak akan memedulikan nasib ibunya, tapi dalam seketika ini, Thea Qiao pun tidak mampu mendapatkan uang sebanyak 1 juta RMB lebih.
Langkah kaki Thea Qiao saat berjalan terasa sempoyongan, seluruh tubuhnya merebah di kursi kantor.
Selvi Yang langsung menyaksikan gambaran ini saat baru masuk ke dalam, lalu segera mendekat menanyakan keadaannya, "Manajer Qiao, Anda baik-baik saja?"
Thea Qiao menggelengkan kepala, meluruskan kacamatanya yang telah miring, sekarang, jauh lebih baik langsung bertindak daripada berpikir panjang lebar.
"Pergi bantu aku ambilkan kantong es, lalu persiapkan mobil, ikutlah denganku pergi ke kantor di Komando Distrik Militer sana." Thea Qiao menyusun rencana.
Selvi Yang melihatnya dengan tatapan penuh kekhawatiran, cap telapak tangan yang ada di wajahnya terlihat semakin jelas, tapi dirinya hanya sekedar seorang asisten, perkataan yang tak penting tidaklah pantas dia ucapkan.
"Baik, akan segera kupersiapkan sekarang juga." Dia pergi keluar.
Thea Qiao menenangkan suasana hatinya, mempersiapkan dokumen-dokumen yang harus dipersiapkan, berniat pergi menemui mayor jenderal baru yang sangat sibuk itu.
Dalam situasi saat ini, dia harus berhasil mendapatkan kontrak kerja sama ini, kalau tidak, dia tidak akan memiliki jaminan untuk kehidupannya ke depan harinya.
Tanpa adanya perlindungan dari Robert Luo, dan jika kehilangan kontrak kerja sama dengan Kodim ini, Thea Qiao tidak berani membayangkan seberapa susahnya kehidupan dia di masa depan nantinya.
Di mobil Mercedes-Benz, Selvi Yang sedang menyetir.
Thea Qiao duduk di belakang, satu tangannya memegang kantong es, dan diletakkan di wajahnya yang membengkak.
"Manajer Qiao, bagaimana kalau aku pergi mengantar Anda ke rumah sakit untuk berobat dulu?" Bekas telapak tangan itu sangat merah, tanpa berpikir pun bisa langsung tahu orang yang menamparnya telah menggunakan tenaga penuh.
Dia sebagai seorang asisten merasa sangat kasihan terhadap keadaannya Thea Qiao.
"Tidak perlu." Thea Qiao menutup wajahnya, berkata dengan kurang lancar, tapi semua ini tetap saja tidak mempengaruhinya dalam perangkaian kata-kata dalam lautan pikirannya.
"Tapi, kita pergi ke Kodim pun belum tentu bisa menemui orangnya, daripada begitu, lebih baik......" Selvi Yang memperingatinya.
"Tidak boleh melewatkan kesempatan meskipun hanya segelintir." Thea Qiao mempertahankan pendiriannya, "Siapa mayor jenderal yang bertanggung jawab atas proyek ini?"
"Baik, dengar-dengar dia bermarga Xin, sepertinya merupakan seorang pemuda dari kepala polisi, aku telah mengirimkan informasi terkait pada email Anda." Selvi Yang terpaksa menurutinya.
———
Ternyata benar, ini sesuai dengan perkataannya Selvi Yang, Thea Qiao bahkan tidak mampu memasuki pintu gerbang Kodim.
Prajurit yang bertugas menjaga pintu gerbang menggunakan ucapan "Mayor jenderal sekarang sedang tidak berada di kantor Kodim" untuk mengusir mereka.
Thea Qiao menyuruh Selvi Yang memberhentikan mobil di pinggir, sedangkan dia berjalan ke depan mobil, menunggu kehadirannya.
Sejam lebih kemudian, dia tetap tidak berhasil menemuinya, ada banyak mobil yang keluar masuk di Kodim, tapi tetap saja tidak berhasil menemui orang yang ingin ditemui.
Lalu, sebuah mobil melaju mendekat dari kejauhan, kemampuan Willem Yang dalam mengenali orang sangatlah luar biasa, meskipun riasan wajah Thea Qiao berbeda jauh dari sebelumnya, dia tetap saja mampu mengenalinya dalam sekejap.

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

760