Bab 16 Haruskah Ia Bangga?
by Lexa
10:01,Jan 05,2021
“Aku dan dia…” Joelle Su baru mengucapkan tiga patah kata, tenaga lengan yang melingkari pinggangnya sudah langsung bertambah kencang. Ini membuat si wanita kesulitan bernafas sejenak. Orang lain melihat tindakan itu seperti bentuk cinta dan keintiman, tetapi Joelle Su paham betul itu bukan kedua-duanya!
“Kami…… Kami ya sesuai dengan apa yang kalian lihat.”
Baru pernah menjumpai Joseph Fu tiga kali, Joelle Su selalu terpaksa bersandiwara karena situasi yang mendesak. Ia tidak mengetahui seluk-beluk pria ini, tetapi dari sikap orang-orang kepadanya, jelaslah berlawanan dengan pria ini bukanlah pilihan yang baik. Ia pun mengikuti arah situasi yang diinginkan Joseph Fu demi beroleh perlindungan.
Mendengar perkataan kedua Joelle Su, senyum puas muncul di sudut mulut Joseph Fu. Saking puasnya, ekspresinya dalam menatap Justin Su, yang berusaha meminta maaf padanya, jadi jauh lebih bersahabat. Joseph Fu memutarkan pandangannya ke sekeliling, kemudian menemukan ada beberapa kenalannya di sini. Ketika mengalihkan tatapan ke wajah pucat Joelle Su, ia mengernyitkan alis, mengusap kepala wanita itu, dan bertanya manja: “Wajahmu pucat begini, kamu pasti sedang tidak enak badan ya? Duduklah dan istirahat dulu. Aku temani orang-orang mengobrol sebentar, lalu segera menemanimu.”
Ini kata-kata yang hanya bisa dilontarkan di antara dua sejoli.
Gestur Joseph Fu, yang terlihat sangat perhatian dan protektif pada kekasihnya, mengundang iri dan cemburu dari para hadirin wanita. Hanya dirinya yang mendengar niat mengancam dalam perkataan barusan, Joelle Sutidak punya pilihan selain mengangguk patuh.
“Kakak, aku khawatir kamu akan bosan bila duduk di sini sendirian. Biar aku temani kamu.”
Joelle Su didudukkan di sofa, lalu orang yang mendudukkannya dikerumuni sekelompok orang yang mengajak ngobrol.
Julia Su menghampirinya dan duduk. Sembari melirik ke sisi yang ramai, ia tersenyum: “Tidak bertemu kakak selama dua tahun, aku tidak menyangka kakak masih lihai. Tahukah kamu, kamu selalu menjadi panutanku.”
Panutan?
Haruskah ia bangga bisa jadi panutan Julia Su?
Joelle Su mencibir di dalam hati dan memalingkan wajah. Ia tidak berniat menatap Julia Su untuk satu detik pun.
Tidak memedulikan responnya sama sekali, si adik berujar lagi, “Kakak, hidupmu berjalan baik kan selama dua tahun tinggal di Prancis? Kamu juga sih, buat apa coba marah-marah padaku dan ayah? Kakak Dexter Nian dan ayah dulu memperlakukanmu dengan sangat baik. Aku, yang cuma bisa menonton dari samping, iri dan cemburu padamu. Sayang, kamu tidak menghargai sikap baik mereka sama sekali. Duh, kamu tidak akan bisa membayangkan betapa terlukanya hati Kakak Dexter Nian ketika kamu baru dikirim ke Prancis. Dia beli minuman keras setiap hari, sampai-sampai aku yang sedang sakit pun harus mengurusinya……”
“Cukup!” Tidak sanggup mendengarkan lagi, Joelle Su bangkit berdiri dari sofa dengan kasar. Saking kasarnya gerakan ini, tubuhnya jadi merinding dan kepalanya jadi pusing. Wanita itu menatap adiknya tajam: “Julia Su, jika kamu hanya ingin memberitahu bagaimana kamu dan Dexter Nian bisa saling mencintai, lebih baik kamu hemat tenagamu. Aku tidak tertarik sama sekali!”
“Oh begitu? Tidak tertarik atau tidak berani?” Julia Su terkekeh pelan. Telah berhenti bersandiwara, tatapannya pada Joelle Su kini dipenuhi sindiran, “Kakak, aku terlalu memahamimu. Kamu hanya memercayai dirimu sendiri dan tidak pernah memercayai orang lain. Kamu memandang dirimu terlalu tinggi. Disalahpahami orang, kamu tidak pernah mau memberi penjelasan. Kamu jadi terlihat lebih kuat dari siapa pun, namun pada kenyataannya, kamu lebih lemah dari semaunya. Kamu juga bodoh, kebodohanmu tidak bisa tertolong. Jika kamu merupakan sebuah kaca, didorong pelan saja, kamu akan langsung pecah.”
Tangan putih Julia Su mengelus gelas beling di atas meja dengan lembut. Wanita itu membungkuk mendekati Joelle Su, kemudian bertutur dengan volume yang hanya bisa didengar oleh mereka berdua, “Tetapi kakak, tahukah kamu, aku sungguh menyukai kamu yang seperti ini. Jika kamu tidak sebodoh ini, mana mungkin Kakak Dexter Nian hari ini akan bertunangan denganku? Kamu sebagai orang yang tumbuh bersamanya lah yang akan dia pilih. Haha……”
Wanita pertama dengan cepat meraih tangan wanita kedua dan melanjutkan, “Kakak, apa Tuan Fu mengetahui masa lalumu? Jika dia tahu bahwa kamu masih punya perasaan pada Dexter Nian, apa menurutmu dia masih akan menginginkanmu?” Sebelum Joelle Su menjawab, tangan Julia Su mendorong satu tangan lain wanita itu dengan perlahan.
Prang!
Suara gelas pecah bergema ke empat penjuru!
“Kakak!” Julia Su menciutkan bahu dengan terkejut dan ketakutan. Wajahnya dipenuhi air mata yang tiba-tiba sudah deras saja: “Kamu membenciku samapi seperti ini? Kamu sudah memiliki Tuan Fu, mengapa kamu tidak juga melepaskan aku dan Dexter Nian?”
“Kamu!” Si kakak tidak menyangka adiknya bakal melakukan hal seperti ini! Dengan geram, ia melepaskan tangannya dari tangan wanita itu dan mendorongnya.
“Kakak!” Usaha Jeolle Su gagal, sebab Julia Su kali ini telah mengerahkan seluruh kekuatan untuk menahan tangannya. Tangisan Julia Su makin menjadi-jadi: “Apa kamu masih ingin membunuhku dengan cara mendorong seperti waktu itu? Aku hampir mati dua tahun lalu gara-gara kamu. Kakak, aku adalah adikmu sendiri! Bagaimana mungkin kamu…... bagaimana mungkin kamu memperlakukanku dengan kejam hanya demi Dexter Nian…...”
Julia Su sudah tersedak juga.
Tidak terhitung berapa banyak tatapan mengandung keibaan dan tuduhan yang terarah ke Joelle Su. Julia Su menahan tangannya dengan kelewat keras, jadi ia tidak bisa melepakan diri. Setelah seluruh tenaganya habis, wanita itu merasa pusing.
Ia mendongak menatap Joseph Fu, yang berada tidak jauh. Pria itu tengah berjalan menghampirinya dengan tatapan serius.
Ia sungguh pusing, sungguh merasa tidak nyaman.
“Aahh!”
“Astaga!”
Ruangan dipenuhi teriakan.
Sebelum kehilangan kesadaran, Joelle Su merasa masuk dalam dekapan sepasang tangan yang asing namun juga familiar.
Tubuhnya lemas tidak berdaya, kelopak matanya teramat berat. Setelah bulu matanya bergetar beberapa kali, Joelle Su akhirnya membuka mata dengan perlahan.
Yang masuk dalam tatapannya serba putih.
Apa yang terjadi dengan dirinya?
Joelle Su menatap sekeliling. Tembok putih, langit-langit putih, dan selimut di kasur satu orang yang ia tiduri juga putih. Hidungnya bisa mencium bau disinfektan yang sangat khas. Ketika merawat ibunya waktu sakit dulu, ia terbiasa mencium bau ini setiap hari.
Apa dirinya ada di rumah sakit?
Wanita itu ingat pesta pertunangan. Ia pingsan, kemudian apa yang terjadi?
Di kamar ini hanya ada Joelle Su seorang. Ia dengan susah-payah mendudukkan diri. Ketika ingin menekan bel panggilan, saat tangannya baru keluar dari selimut, sebuah suara menghentikan gerakannya.
“Kakak, kamu sudah bangun?”
Julia Su berdiri di depan pintu sambil tersenyum lembut.
Sama sekali tidak ingin melihatnya, yang disapa membuang muka, “Mengapa kamu di sini?” Masa sandiwaranya di pesta pertunangan belum cukup? Julia Su ini mau apa lagi?
“Kakak, aku adikmu sendiri. Jika bukan aku yang di sini, maka siapa lagi?” Si adik menghampiri si kakak dan berdiri di depannya. Jarak mereka sangat dekat, bahkan kurang dari satu langkah. Wanita itu melanjutkan, “Apakah Joseph Fu?”
“Kakak, aku sungguh tidak menyangka kamu seberani ini, se…… sepelacur ini.” Julia Su tertawa, suaranya tajam dan berbangga, “Hamil di luar nikah. Kakak, kamu selalu mengejutkanku!”
“Kami…… Kami ya sesuai dengan apa yang kalian lihat.”
Baru pernah menjumpai Joseph Fu tiga kali, Joelle Su selalu terpaksa bersandiwara karena situasi yang mendesak. Ia tidak mengetahui seluk-beluk pria ini, tetapi dari sikap orang-orang kepadanya, jelaslah berlawanan dengan pria ini bukanlah pilihan yang baik. Ia pun mengikuti arah situasi yang diinginkan Joseph Fu demi beroleh perlindungan.
Mendengar perkataan kedua Joelle Su, senyum puas muncul di sudut mulut Joseph Fu. Saking puasnya, ekspresinya dalam menatap Justin Su, yang berusaha meminta maaf padanya, jadi jauh lebih bersahabat. Joseph Fu memutarkan pandangannya ke sekeliling, kemudian menemukan ada beberapa kenalannya di sini. Ketika mengalihkan tatapan ke wajah pucat Joelle Su, ia mengernyitkan alis, mengusap kepala wanita itu, dan bertanya manja: “Wajahmu pucat begini, kamu pasti sedang tidak enak badan ya? Duduklah dan istirahat dulu. Aku temani orang-orang mengobrol sebentar, lalu segera menemanimu.”
Ini kata-kata yang hanya bisa dilontarkan di antara dua sejoli.
Gestur Joseph Fu, yang terlihat sangat perhatian dan protektif pada kekasihnya, mengundang iri dan cemburu dari para hadirin wanita. Hanya dirinya yang mendengar niat mengancam dalam perkataan barusan, Joelle Sutidak punya pilihan selain mengangguk patuh.
“Kakak, aku khawatir kamu akan bosan bila duduk di sini sendirian. Biar aku temani kamu.”
Joelle Su didudukkan di sofa, lalu orang yang mendudukkannya dikerumuni sekelompok orang yang mengajak ngobrol.
Julia Su menghampirinya dan duduk. Sembari melirik ke sisi yang ramai, ia tersenyum: “Tidak bertemu kakak selama dua tahun, aku tidak menyangka kakak masih lihai. Tahukah kamu, kamu selalu menjadi panutanku.”
Panutan?
Haruskah ia bangga bisa jadi panutan Julia Su?
Joelle Su mencibir di dalam hati dan memalingkan wajah. Ia tidak berniat menatap Julia Su untuk satu detik pun.
Tidak memedulikan responnya sama sekali, si adik berujar lagi, “Kakak, hidupmu berjalan baik kan selama dua tahun tinggal di Prancis? Kamu juga sih, buat apa coba marah-marah padaku dan ayah? Kakak Dexter Nian dan ayah dulu memperlakukanmu dengan sangat baik. Aku, yang cuma bisa menonton dari samping, iri dan cemburu padamu. Sayang, kamu tidak menghargai sikap baik mereka sama sekali. Duh, kamu tidak akan bisa membayangkan betapa terlukanya hati Kakak Dexter Nian ketika kamu baru dikirim ke Prancis. Dia beli minuman keras setiap hari, sampai-sampai aku yang sedang sakit pun harus mengurusinya……”
“Cukup!” Tidak sanggup mendengarkan lagi, Joelle Su bangkit berdiri dari sofa dengan kasar. Saking kasarnya gerakan ini, tubuhnya jadi merinding dan kepalanya jadi pusing. Wanita itu menatap adiknya tajam: “Julia Su, jika kamu hanya ingin memberitahu bagaimana kamu dan Dexter Nian bisa saling mencintai, lebih baik kamu hemat tenagamu. Aku tidak tertarik sama sekali!”
“Oh begitu? Tidak tertarik atau tidak berani?” Julia Su terkekeh pelan. Telah berhenti bersandiwara, tatapannya pada Joelle Su kini dipenuhi sindiran, “Kakak, aku terlalu memahamimu. Kamu hanya memercayai dirimu sendiri dan tidak pernah memercayai orang lain. Kamu memandang dirimu terlalu tinggi. Disalahpahami orang, kamu tidak pernah mau memberi penjelasan. Kamu jadi terlihat lebih kuat dari siapa pun, namun pada kenyataannya, kamu lebih lemah dari semaunya. Kamu juga bodoh, kebodohanmu tidak bisa tertolong. Jika kamu merupakan sebuah kaca, didorong pelan saja, kamu akan langsung pecah.”
Tangan putih Julia Su mengelus gelas beling di atas meja dengan lembut. Wanita itu membungkuk mendekati Joelle Su, kemudian bertutur dengan volume yang hanya bisa didengar oleh mereka berdua, “Tetapi kakak, tahukah kamu, aku sungguh menyukai kamu yang seperti ini. Jika kamu tidak sebodoh ini, mana mungkin Kakak Dexter Nian hari ini akan bertunangan denganku? Kamu sebagai orang yang tumbuh bersamanya lah yang akan dia pilih. Haha……”
Wanita pertama dengan cepat meraih tangan wanita kedua dan melanjutkan, “Kakak, apa Tuan Fu mengetahui masa lalumu? Jika dia tahu bahwa kamu masih punya perasaan pada Dexter Nian, apa menurutmu dia masih akan menginginkanmu?” Sebelum Joelle Su menjawab, tangan Julia Su mendorong satu tangan lain wanita itu dengan perlahan.
Prang!
Suara gelas pecah bergema ke empat penjuru!
“Kakak!” Julia Su menciutkan bahu dengan terkejut dan ketakutan. Wajahnya dipenuhi air mata yang tiba-tiba sudah deras saja: “Kamu membenciku samapi seperti ini? Kamu sudah memiliki Tuan Fu, mengapa kamu tidak juga melepaskan aku dan Dexter Nian?”
“Kamu!” Si kakak tidak menyangka adiknya bakal melakukan hal seperti ini! Dengan geram, ia melepaskan tangannya dari tangan wanita itu dan mendorongnya.
“Kakak!” Usaha Jeolle Su gagal, sebab Julia Su kali ini telah mengerahkan seluruh kekuatan untuk menahan tangannya. Tangisan Julia Su makin menjadi-jadi: “Apa kamu masih ingin membunuhku dengan cara mendorong seperti waktu itu? Aku hampir mati dua tahun lalu gara-gara kamu. Kakak, aku adalah adikmu sendiri! Bagaimana mungkin kamu…... bagaimana mungkin kamu memperlakukanku dengan kejam hanya demi Dexter Nian…...”
Julia Su sudah tersedak juga.
Tidak terhitung berapa banyak tatapan mengandung keibaan dan tuduhan yang terarah ke Joelle Su. Julia Su menahan tangannya dengan kelewat keras, jadi ia tidak bisa melepakan diri. Setelah seluruh tenaganya habis, wanita itu merasa pusing.
Ia mendongak menatap Joseph Fu, yang berada tidak jauh. Pria itu tengah berjalan menghampirinya dengan tatapan serius.
Ia sungguh pusing, sungguh merasa tidak nyaman.
“Aahh!”
“Astaga!”
Ruangan dipenuhi teriakan.
Sebelum kehilangan kesadaran, Joelle Su merasa masuk dalam dekapan sepasang tangan yang asing namun juga familiar.
Tubuhnya lemas tidak berdaya, kelopak matanya teramat berat. Setelah bulu matanya bergetar beberapa kali, Joelle Su akhirnya membuka mata dengan perlahan.
Yang masuk dalam tatapannya serba putih.
Apa yang terjadi dengan dirinya?
Joelle Su menatap sekeliling. Tembok putih, langit-langit putih, dan selimut di kasur satu orang yang ia tiduri juga putih. Hidungnya bisa mencium bau disinfektan yang sangat khas. Ketika merawat ibunya waktu sakit dulu, ia terbiasa mencium bau ini setiap hari.
Apa dirinya ada di rumah sakit?
Wanita itu ingat pesta pertunangan. Ia pingsan, kemudian apa yang terjadi?
Di kamar ini hanya ada Joelle Su seorang. Ia dengan susah-payah mendudukkan diri. Ketika ingin menekan bel panggilan, saat tangannya baru keluar dari selimut, sebuah suara menghentikan gerakannya.
“Kakak, kamu sudah bangun?”
Julia Su berdiri di depan pintu sambil tersenyum lembut.
Sama sekali tidak ingin melihatnya, yang disapa membuang muka, “Mengapa kamu di sini?” Masa sandiwaranya di pesta pertunangan belum cukup? Julia Su ini mau apa lagi?
“Kakak, aku adikmu sendiri. Jika bukan aku yang di sini, maka siapa lagi?” Si adik menghampiri si kakak dan berdiri di depannya. Jarak mereka sangat dekat, bahkan kurang dari satu langkah. Wanita itu melanjutkan, “Apakah Joseph Fu?”
“Kakak, aku sungguh tidak menyangka kamu seberani ini, se…… sepelacur ini.” Julia Su tertawa, suaranya tajam dan berbangga, “Hamil di luar nikah. Kakak, kamu selalu mengejutkanku!”
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved