Bab 11 Calon Tunangan Wanita yang Sempurna
by Lexa
10:01,Jan 05,2021
“Jangan khawatir, Dexter Nian.” Joelle Su memudarkan nada bicara dan perasaan, lalu melanjutkan: “Aku pasti akan menghadiri pesta pertunanganmu. Kamu, Kakak Dexter Nian, sudah merawatku selama bertahun-tahun, bagaimana mungkin aku tidak datang ke pesta pertunanganmu? Beritahu dia, dia telah menang dan aku sudah melupakan masa lalu. Ini bukan rumahku, melainkan rumahnya. Semua yang ada di sini merupakan miliknya.”
Hati terasa kosong.
Hati terasa menyerupai lubang tidak berdasar. Tidak peduli barang apa pun dan seberapa banyak barang yang dimasukkan ke dalamnya, lubang itu tidak juga bisa terisi penuh.
Joelle Su sudah pergi.
Pergi dari keluarga Su. Pergi sendirian. Berjalan pelan, berjalan pelan, melaju ke depan.
Hidupnya luar biasa. Baru berusia dua puluh tahun, ia sudah mencicipi berbagai macam pengalaman dan emosi. Saat tinggal di Prancis, Mark He sering bilang dirinya, yang masih muda, sudah mirip wanita tua yang cukup makan asam garam kehidupan.
Sebenarnya, di mana letak miripnya coba? Benak wanita tua dipenuhi kerinduan dan teguran pada keturunan dan kerabat, sementara dirinya? Apakah ia punya keturunan dan kerabat? Tidak punya, sudah dari dulu tidak punya.
Hari dilangsungkannya pesta pertunangan——
Berhubung keluarga Su sangat dikenal di Kota A, pernikahan anggota keluarganya dengan anggota keluarga Nian dihadiri oleh tamu yang pertambahan jumlahnya tidak bisa berhenti. Ada banyak orang berlalu-lalang di luar hotel. Pilih salah satu orang secara asal dan tanyakan identitasnya, maka kamu akan menemukan orang yang sangat berkuasa dan terpandang.
Suasana di ruang acara sangat meriah. Sembari menikmati suasana di dalam, para tamu memusatkan perhatian ke calon tunangan pria. Dexter Nian, yang biasannya semakin hari semakin hobi menampilkan wajah dingin, hari ini memiliki wajah yang bersemi. Senyuman muncul berulang-ulang di bibirnya. Pria itu memegang gelas bir di tangan, sementara di sebelahnya berdiri Justin Su, yang sudah berusia lima puluhan awal namun masih memiliki fisik yang amat terjaga. Setiap selesai beramah-tamah dengan satu hadirin, pria kedua selalu meluangkan satu hingga dua detik untuk menatap pintu, lalu menarik pandangan lagi.
“Waktu sudah tidak dini, kok Julia Su belum juga turun ya? Coba tugaskan orang untuk memanggil dia.” Setelah beramah tamah dengan mitra bisnis terbaru, Justin Su menoleh ke Dexter Nian dan menyuruh.
“Aku tadi sudah suruh orang untuk mendatanginya. Dia bilang, dia segera turun.” Dexter Nian amat antisipastif dalam segala hal. Kelebihan inilah yang membuatnya dihormati oleh keluarga Nian dan Justin Su.
“Baiklah. Julia Su telah banyak menderita selama bertahun-tahun. Ada kamu yang bisa menjaganya di masa depan, aku merasa lega.” Justin Su mengangguk, menjabat tangan Dexter Nian, dan menepuk punggungnya dua kali. Ketika mengalihkan pandangan ke pintu masuk ruang acara, pria itu terkejut dan menghela nafas, “Joelle Su…... Apakah dia hari ini akan datang?”
“Jangan khawatir, dia pasti akan datang.” Yang ditanya menanggapi pelan.
Justin Su mengangguk puas. Tiba-tiba terpikir sesuatu, gelagatnya jadi sangat serius: “Setiap detail pesta pertunangan hari ini harus sempurna. Tuan Fu sudah bersusah payah meluangkan waktu untuk datang kemari. Coba kamu lihat, Walikota Qu saja sampai menyempatkan hadir di sini untuk menjumpainya. Tuan Fu sangat berkuasa, kendali dari separuh ekonomi global ada di tangannya. Sejak memulangkan pasarnya ke China, ini adalah pertama kalinya ia memenuhi sebuah undangan perjamuan. Jika bisa melakukan kerjasama dengannya, bahkan jika hanya dapat porsian yang sangat kecil dalam kesepakatan, Su’s Corp bisa seketika maju ribuan mil.”
Kabar bahwa Joseph Fu tiba-tiba menerima undangan dari keluarga Su sempat membuat sensasi besar di tengah masyarakat kelas atas Kota A. Orang-orang yang awalnya berencana tidak hadir seketika berubah pikiran. Siapa yang tidak mau berjumpa dengan Joseph Fu sih? Semua orang mau, tetapi kesempatannya lah yang sedikit. Dari sisi keluarga Su, undangan mereka yang dipenuhi juga memberi peningkatan nama baik dan status sosial secara drastis.
Membayangkan nasib baik ini, Justin Su yang biasanya sangat menjaga sikap tidak sanggung menahan senyum. Ia menepuk punggung Dexter Nian dan berkata dengan sungguh-sungguh: “Su’s Corp telah tumbuh dan berkembang. Ayah sudah tua, Joelle Su…... dia…... dia selalu ingin memilih pasangan secara bebas. Aku selama bertahun-tahun telah berhutang terlalu banyak pada Julia Su. Singkatnya, setelah ayah pensiun, Su’s Corp akan jadi milikmu dan Julia Su seluruhnya. Terkait Nian’s Corp keluargamu, berhubung bertahun-tahun ini terus mengalami kemunduran, ketika momennya tetap, langsung jadikan bagian dari Su’s Corp saja.”
Dexter Nian sedikit menyipitkan alis. Dengan ekspresi penuh penghormatan, ia menjawab, “Itu pasti, itu pasti.”
Baru selesai ia menjawab, suara seruan muncul di tengah para tamu. Seruan-seruan itu kemudian disusul oleh tepuk tangan yang meriah dan seru.
“Wow, calon pengantin sangat cantik!”
“Cantiknya kelewat batas!”
“Seperti seorang peri……”
Dexter Nian mendongak dan menjumpai Julia Su, yang mengenakan gaun putih motif bulan sabit, perlahan berjalan menuruni tangga setengah lingkaran. Rambut panjang, yang dia biasa urai, kini terikat ke belakang kepala. Hanya ada dua ikat rambut yang dibiarkan jatuh di kedua sisi pipi. Dengan tatanan rambut seperti ini, poni Julia Su tidak terlihat menganggu, melainkan malah menambah keindahan. Sepasang mata wanita itu berbinar, sementara bibirnya tersenyum malu. Pada dasarnya sudah cantik, raut tersipu Julia Su ini sanggup membuatnya makin memesona orang.
Dua pengiring pengantin, yang masing-masing berada di sisi kiri dan sisi kanan Julia Su, berjalan agak di belakang. Mereka berdua juga cantik, namun pesona mereka malam ini tertaklukkan oleh pesona si calon tunangan wanita.
Tidak sedikit hadirin berdecak kagum dengan keberuntungan Dexter Nian. Bisa-bisanya dia menikahi sesosok wanita yang begitu sempurna……
Hati terasa kosong.
Hati terasa menyerupai lubang tidak berdasar. Tidak peduli barang apa pun dan seberapa banyak barang yang dimasukkan ke dalamnya, lubang itu tidak juga bisa terisi penuh.
Joelle Su sudah pergi.
Pergi dari keluarga Su. Pergi sendirian. Berjalan pelan, berjalan pelan, melaju ke depan.
Hidupnya luar biasa. Baru berusia dua puluh tahun, ia sudah mencicipi berbagai macam pengalaman dan emosi. Saat tinggal di Prancis, Mark He sering bilang dirinya, yang masih muda, sudah mirip wanita tua yang cukup makan asam garam kehidupan.
Sebenarnya, di mana letak miripnya coba? Benak wanita tua dipenuhi kerinduan dan teguran pada keturunan dan kerabat, sementara dirinya? Apakah ia punya keturunan dan kerabat? Tidak punya, sudah dari dulu tidak punya.
Hari dilangsungkannya pesta pertunangan——
Berhubung keluarga Su sangat dikenal di Kota A, pernikahan anggota keluarganya dengan anggota keluarga Nian dihadiri oleh tamu yang pertambahan jumlahnya tidak bisa berhenti. Ada banyak orang berlalu-lalang di luar hotel. Pilih salah satu orang secara asal dan tanyakan identitasnya, maka kamu akan menemukan orang yang sangat berkuasa dan terpandang.
Suasana di ruang acara sangat meriah. Sembari menikmati suasana di dalam, para tamu memusatkan perhatian ke calon tunangan pria. Dexter Nian, yang biasannya semakin hari semakin hobi menampilkan wajah dingin, hari ini memiliki wajah yang bersemi. Senyuman muncul berulang-ulang di bibirnya. Pria itu memegang gelas bir di tangan, sementara di sebelahnya berdiri Justin Su, yang sudah berusia lima puluhan awal namun masih memiliki fisik yang amat terjaga. Setiap selesai beramah-tamah dengan satu hadirin, pria kedua selalu meluangkan satu hingga dua detik untuk menatap pintu, lalu menarik pandangan lagi.
“Waktu sudah tidak dini, kok Julia Su belum juga turun ya? Coba tugaskan orang untuk memanggil dia.” Setelah beramah tamah dengan mitra bisnis terbaru, Justin Su menoleh ke Dexter Nian dan menyuruh.
“Aku tadi sudah suruh orang untuk mendatanginya. Dia bilang, dia segera turun.” Dexter Nian amat antisipastif dalam segala hal. Kelebihan inilah yang membuatnya dihormati oleh keluarga Nian dan Justin Su.
“Baiklah. Julia Su telah banyak menderita selama bertahun-tahun. Ada kamu yang bisa menjaganya di masa depan, aku merasa lega.” Justin Su mengangguk, menjabat tangan Dexter Nian, dan menepuk punggungnya dua kali. Ketika mengalihkan pandangan ke pintu masuk ruang acara, pria itu terkejut dan menghela nafas, “Joelle Su…... Apakah dia hari ini akan datang?”
“Jangan khawatir, dia pasti akan datang.” Yang ditanya menanggapi pelan.
Justin Su mengangguk puas. Tiba-tiba terpikir sesuatu, gelagatnya jadi sangat serius: “Setiap detail pesta pertunangan hari ini harus sempurna. Tuan Fu sudah bersusah payah meluangkan waktu untuk datang kemari. Coba kamu lihat, Walikota Qu saja sampai menyempatkan hadir di sini untuk menjumpainya. Tuan Fu sangat berkuasa, kendali dari separuh ekonomi global ada di tangannya. Sejak memulangkan pasarnya ke China, ini adalah pertama kalinya ia memenuhi sebuah undangan perjamuan. Jika bisa melakukan kerjasama dengannya, bahkan jika hanya dapat porsian yang sangat kecil dalam kesepakatan, Su’s Corp bisa seketika maju ribuan mil.”
Kabar bahwa Joseph Fu tiba-tiba menerima undangan dari keluarga Su sempat membuat sensasi besar di tengah masyarakat kelas atas Kota A. Orang-orang yang awalnya berencana tidak hadir seketika berubah pikiran. Siapa yang tidak mau berjumpa dengan Joseph Fu sih? Semua orang mau, tetapi kesempatannya lah yang sedikit. Dari sisi keluarga Su, undangan mereka yang dipenuhi juga memberi peningkatan nama baik dan status sosial secara drastis.
Membayangkan nasib baik ini, Justin Su yang biasanya sangat menjaga sikap tidak sanggung menahan senyum. Ia menepuk punggung Dexter Nian dan berkata dengan sungguh-sungguh: “Su’s Corp telah tumbuh dan berkembang. Ayah sudah tua, Joelle Su…... dia…... dia selalu ingin memilih pasangan secara bebas. Aku selama bertahun-tahun telah berhutang terlalu banyak pada Julia Su. Singkatnya, setelah ayah pensiun, Su’s Corp akan jadi milikmu dan Julia Su seluruhnya. Terkait Nian’s Corp keluargamu, berhubung bertahun-tahun ini terus mengalami kemunduran, ketika momennya tetap, langsung jadikan bagian dari Su’s Corp saja.”
Dexter Nian sedikit menyipitkan alis. Dengan ekspresi penuh penghormatan, ia menjawab, “Itu pasti, itu pasti.”
Baru selesai ia menjawab, suara seruan muncul di tengah para tamu. Seruan-seruan itu kemudian disusul oleh tepuk tangan yang meriah dan seru.
“Wow, calon pengantin sangat cantik!”
“Cantiknya kelewat batas!”
“Seperti seorang peri……”
Dexter Nian mendongak dan menjumpai Julia Su, yang mengenakan gaun putih motif bulan sabit, perlahan berjalan menuruni tangga setengah lingkaran. Rambut panjang, yang dia biasa urai, kini terikat ke belakang kepala. Hanya ada dua ikat rambut yang dibiarkan jatuh di kedua sisi pipi. Dengan tatanan rambut seperti ini, poni Julia Su tidak terlihat menganggu, melainkan malah menambah keindahan. Sepasang mata wanita itu berbinar, sementara bibirnya tersenyum malu. Pada dasarnya sudah cantik, raut tersipu Julia Su ini sanggup membuatnya makin memesona orang.
Dua pengiring pengantin, yang masing-masing berada di sisi kiri dan sisi kanan Julia Su, berjalan agak di belakang. Mereka berdua juga cantik, namun pesona mereka malam ini tertaklukkan oleh pesona si calon tunangan wanita.
Tidak sedikit hadirin berdecak kagum dengan keberuntungan Dexter Nian. Bisa-bisanya dia menikahi sesosok wanita yang begitu sempurna……
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved