Bab 18

by AM.assekop 11:13,Feb 05,2024
Darky, Vox dan mafia lainnya tidak akur. Sama seperti kasus antara Morgan dan The Titanz. Karena adanya diversitas antar kelompok dan disparitas gentle dalam perebutan kekuasaan, maka rivalitas mereka semakin tinggi demi mendapatkan popularitas. Parahnya, mereka kerap saling serang satu sama lain, dan hal demikian sangat biasa dalam dunia kriminal.

Tidak pernah tersiar kabar ada di antara mereka yang saling mengalah satu sama lain, atau saling menawarka koalisi untuk bersekutu, tidak ada hal demikian. Dari waktu ke waktu persaingan di antara mereka semakin tinggi demi harga diri meski sampai sekarang tidak ada di antara mereka yang tampak sangat besar layaknya Mafia Morgan di Gloriston.

Obrolan bersama Zion cukup diselesaikan sampai saat ini saja sebab Ramsey mau segera menghampiri Carlos. Ketika keluar dari gedung itu, Zion berada di luar dan membuka jalan kepada Ramsey, dan hal itu memancing perhatian banyak orang di sana, termasuk Carlos yang sedang celingak-celinguk ke sekitaran mencari keberadaan Ramsey.

“Minggir kalian semua!” Zion menggerak-gerakkan tangan dan menyuruh semua orang menyingkir.

Carlos ternganga heran. Apa dia tidak salah lihat? Ketika dia mendekati Ramsey, dia langsung dihadang oleh pengawal Zion.

“Tenang, dia Carlos, temanku.” Kemudian Ramsey merangkul Carlos lalu mengedipkan mata kepada Zion, pesan untuk tidak bersikap berlebihan agar tidak mengundang kecurigaan orang-orang. “Terima kasih, Bos!” pungkas Ramsey sambil senyum.

Perjalanan pun kembali mereka lanjutkan. Carlos yang tidak mengerti perkara barusan, lantas bertanya-tanya kenapa bisa Ramsey mendapat perlakuan begitu istimewa oleh seorang pentolan mafia besar? Bagaimana bisa?

Sambil mengemudi, Carlos menoleh dan mengawasi Ramsey dengan pandangan penuh kecurigaan. “Aku dengar, mereka dari Mafia Morgan. Apa kalian saling mengenal?”

“Aku kenal siapa dia, tapi aku tidak tahu kalau dia kenal nama Ramsey Aaron yang mengadu nasib di Daire York.” Ramsey menjawab santai dan apa adanya. “Aku tadi sempat hampir ribut dengan para preman di sana, untungnya ada Zion, bisa jadi dia kasihan melihatku yang hampir saja dikeroyok oleh para preman itu.”

Carlos memutar hitam matanya dan memberikan lirikan menohok dari samping. Dia tidak puas dengan jawaban seperti itu. Jika memang Zion kasihan, kenapa harus sampai memanggil Tuan dan berkalu seperti pengawal? Carlos mendenguskan napas berat karena masih saja dihantui rasa penasaran.

Tidak ingin obrolan topik mengenai Zion berlanjut, Ramsey kemudian sedikit tersenyum lalu berceletuk, “Ehem! Bagaimana dengan hiburan malam kau, Carlos? Apa gadis di sana mampu memuaskan kau?” Ramsey berdecak beberapa kali untuk memantik rasa bahagia pada Carlos.

Pada saat itu juga ekspresi di wajah Carlos langsung berubah. Dia berdeham juga kemudian berkata, “Haha. Dua jam yang cukup panjang. Tiga game untuk tiga wanita berbeda. Malam yang sungguh luar biasa, Ramsey. Kalau kau melihat jempol kaki wanita itu, aku yakin roket di selangkanganmu itu bakal mengeras. Entah aku lupa namanya, dia wanita yang terakhir aku tusuk, dan bagiku dia adalah wanita terbaik dari ketiganya.”

“Wow! Sayangnya, aku bukan bujangan yang hobi menusuk sana menusuk sini, Carlos.” Ramsey tak bisa menahan tawa kecil di bibirnya. “Aku pernah mendengar cerita seseorang yang terkena sifilis karena terlalu sering meniduri banyak wanita. Dia sangat menderita terkena penyakit seperti itu.”

Carlos memberengut marah. “Ramsey, apa kau menyumpahi aku terkena sifilis? Aku tidak mau terkena penyakit apa pun, apalagi AIDS. Amit-amit. Begini, sebelum menikah, aku mau memperbanyak pengalaman terlebih dahulu, jadi kalau pas sudah punya istri nanti, dia tidak bakal kecewa. Haha.”

Niat dan tujuan Carlos sudah cukup baik, hanya saja cara yang dia tempuh sangat tidak tepat. Untuk bisa paham bagaimana cara memuaskan istri, tidak harus dengan cara tidur dan main dengan banyak wanita. Seorang pria akan perkasa dan lihai dengan sendirinya dalam waktu cepat ketika telah menikah.

Sepertinya Carlos hanya berkelakar ria saja karena sebenarnya dia memang hobi dalam menikmati berbagai wanita. Selain mabuk dan pakai narkoba, ya itulah hobinya yang lain. Dia biasanya memang mampir ke tempat prostitusi jikalau sedang kepingin. Dan dia tidak peduli dengan berbagai macam dampak buruk yang nanti ditimbulkan.

“Lebih baik kau menikah, Carlos. Di belakang kursi kita ini masih ada kursi kosong. Kau bisa mengajak istrimu dan kau pun bisa melakukannya kapan saja kau mau selama dalam perjalanan, dan itu tentu lebih aman.”

“Beda, Ramsey! Beda!” sela Carlos berapi-api. “Kalau sama istri sendiri, rasanya akan selalu sama. Kalau kita main di tempat gelap, kita bisa tinggal pilih yang mana kita suka dan kita tidak akan pernah bosan.”

Mendengar jawaban yang ngaco itu, Ramsey menggelengkan kepala sambil menghela napas pendek, kemudian dia membalas dengan tegas, “Kau punya pola pikir yang salah. Jika kau berpikir seperti demikian, kau sulit menjadi pria dan suami yang setia. Sebaiknya kau buang pola pikir seperti itu. Selamatkan dirimu, Kawan!”

Merasa dirinya benar dan lurus, Carlos membela diri. “Kau bicara seperitu itu karena kau belum pernah merasakannya, Ramsey!”

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

182