Bab 10

by AM.assekop 11:10,Feb 05,2024
Setidaknya dua puluh botol dari berbagai jenis merek minuman datang lagi. Belasan orang di sekitar sana pun berduyun-duyun membawa gelas. Ella dan Kate menuanginya dengan semangat berkobar.

“Kita pesta malam ini! Teguk terus!”

“Hajar!”

“Siapa saja dari kalian yang kurang minum, sini bawa gelas sendiri. Haha.”

Kate dan Ella saling pandang. Mereka berbisik dan tidak terdengar oleh siapa pun. Kemudian mereka tertawa terbahak-bahak.

“Mampus!”

“Rasain!”

Meskipun suasana sudah tak nyaman lagi, Ramsey tetap tenang dan kalem. Dia tidak boleh gegabah dalam mengambil keputusan. Dia ingin lihat sampai mana kelakuan orang-orang ini.”

Ella tidak bisa mengontrol pikirannya. “Ramsey, serius kau peduli sama Annita? Dia pengemis! Tidak pantas untuk pekerja ekspedisi dengan bayaran tiga gali lipat dari karyawan umumnya.”

Ramsey menjawab tegas. “Dia bukan mengemis, tapi hanya berhutang, dan suatu saat dia akan membayar utang yang dia pinjam kepada perusahaan.”

“Kenapa kau malah membelanya, Ramsey? Wanita rendahan seperti dia tidak perlu mendapatkan pembelaan dan pertolongan.”

Kate tidak habis pikir, kenapa Ramsey mau membantu wanita miskin seperti Annita. Dia memberengut dan berkata malas, “Ramsey, asal kau tahu, Annita sangat naif dan sok suci.”

Karena Annita pendiam sekaligus introvert, ketika berada di Luxor, Ella dan Kate kerap kali mem-bully Annita dengan berbagai macam cibiran dan olokan. Annita kalem dan cukup pemalu, selain itu dia juga tidak terlalu akrab dengan banyak karyawan. Sikapnya yang kaku telah memancing keburukan bagi sebagian orang, termasuk Ella dan Kate.

“Jangan bilang pada kami kalau kau mengeluarkan empat ribu dollar untuk ibunya Annita!” Ella menghela napas pendek. “Mending kita belikan minuman dari pada untuk biaya rumah sakit. Hihihi.”

“Betul itu! Kau ngasih duit ke dia, kau tidak dapat apa-apa, Ramsey!” Kate menuangkan bir buat Ramsey. “Di sini, kau dapat kesenangan. Jika kau menginginkan wanita cantik, kami akan carikan sekarang juga untukmu. Selera mu seperti apa? Semuanya ada, kecuali wanita melankolis seperti Annita! Hihihi.”

Semakin malam, keresahan di dada Ramsey semakin bertambah dan bertambah. Dia gelisah dan segera ingin pulang. Berulang kali dia merapikan posisi duduknya karena pinggang belakangnya seperti merinding karena tak nyaman, seolah ada dorongan padanya agar segera enyah dari tempat ini.

Namun, Carlos selalu berusaha menjaga Ramsey agar tidak ke mana-mana. “Ingat, kita rekan kerja, Ramsey! Kita harus tetap solid baik di dalam mobil maupun di dalam cafe. Hahaha.” Carlos tertawa terbahak-bahak sambil tertunduk lemas. Dia sudah tak kuasa menatap langit karena pundaknya terasa berat.

Sampailah waktunya jam sebelas malam. Puluhan botol minuman pun dipindahkan ke dalam diskotik. Ella dan Kate menyewa satu room kecil hanya untuk mereka berempat saja.

Sebelum pesta dimulai, seorang pelayan mendekati mereka dan berkata, “Tuan dan Nyonya, silakan selesaikan bill terlebih dahulu. Semuanya sudah ditotalkan, minuman, rokok, uang masuk, charge room.”

Ella dan Kate mendekatkan struk bill tersebut ke mata mereka karena suasana di dalam diskotik remang. Bahkan, mereka harus mengaktifkan senter dari ponsel mereka supaya lebih jelas.

4.800 dollar!

Carlos tak sadarkan diri dan tidak bisa bangun walaupun berkali-kali dibangunkan.

Ella dan Kate memandangi Ramsey agak lama. Melihat Carlos terkulai, rencana mereka berhasil.

“Baiklah, aku yang bayar,” Ramsey mengambil bill tersebut lalu melangkah ke kasir.

Sementara Kate dan Ella mengekor di belakang Ramsey. Mereka mau memastikan bahwa Ramsey bakal malu malam ini. Jika Carlos hanya bawa uang tujuh puluh plus tiga puluh dollar saja, bagaimana Ramsey bisa bawa uang ribuan dollar?

Lagi pula, Kate dan Ella kenal dengan manajemen, karyawan, dan dj di Barbar Cafe. Mereka pemain lama. Seandainya pembayaran tidak lunas, mereka tetap aman, dan semua perkara akan terlimpakan kepada Ramsey.

Di area kasir, Ramsey mengeluarkan dompet, sebelum mengambil Kartu Vibra, dia berpikir sejenak, tidak mungkin melunasi pembayaran dengan kartu ini sebab khawatir identitasnya bakal ketahuan. Hanya ada tiga orang saja yang saat ini memiliki kartu tersebut, selain dia tentu saja ada Warren Harvard dan Jaxton Wilmer.

Ketika menoleh ke belakang, dia mendapati Kate dan Ella sedang berkacak pinggang.

“Ramsey, aku tidak mau kami diusir dari sini. Kau laki-laki dan harus bertanggung jawab.” Ella menggeram.

“Kami tidak mau menanggung malu, Ramsey. Jika kau tidak bisa bayar, berarti kau sengaja mempermalukan kami.” Kate menyeringai gusar.

Bagaimana pun situasinya dan seberapa risau pun hatinya, Ramsey tetap berusaha tenang dan kalem. “Baik, aku pasti melunasi semuanya malam ini juga.”

Ella tidak puas dengan ucapan seperti itu. “Ingat, aku punya data pribadi mu, Ramsey. Jika kau macam-macam, kau akan kami laporkan kepada polisi. Dan mesti kau ingat pula, kau masih berstatus sebagai karyawan Luxor dan kita bakal sering bertemu. Camkan itu!” Ella memberikan tatapan intimidatif supaya Ramsey merasa tertekan.

Kate menghunuskan tatapan tajam dan nyalang. Dia menyibakkan rambut pirangnya ke belakang lalu berkata sarkas, “Brengsek, jika kau tidak mampu membayarnya, berarti aku menipu kami! Ramsey, kau ternyata penipu!”

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

182