Bab 15
by AM.assekop
11:12,Feb 05,2024
Awalnya, Carlos tidak terlalu mengurusi tentang Annita meski dia tahu Annita kerap mendapatkan perlakuan tidak pantas dari Ella dan Kate. Dia tidak membela dan juga tidak pula memberikan umpatan dan semacamnya.
Namun, setelah melihat sikap baik Ramsey terhadap Annita belakangan ini, persepsinya terhadap Annita menjadi sedikit berubah. Carlos tiba-tiba menaruh rasa prihatin terhadap Annita.
“Carlos, bagaimana kalau kau punya kakak atau adik perempuan, terus nasibnya sama seperti Annita, apa aku bersikap biasa saja, lalu tidak peduli, kau tidak tidak respect?”
Carlos tercenung. Dia menarik napas dalam lalu menghembuskannya perlahan. “Aku tidak tega. Aku tentu akan respect terhadapnya. Aku kasihan.”
“Nah, seperti itulah seharusnya seorang pria seperti kita bersikap. Dan itu saja tidak cukup, Carlos, kita mesti punya empati besar terhadap orang tertindas dan susah.”
Ramsey benci melihat orang bodoh dan pemalas. Dia juga tidak menaruh rasa perhatian terhadap orang zalim dan suka berbuat semaunya. Di sisi lain, dia tidak tega ketika ada orang lemah dan terzalimi. Annita bukan orang bodoh dan pemalas, tapi dia termasuk orang lemah yang terzalimi, oleh karena itu sudah seyogyanya Annita mendapatkan empati dan pertolongan.
Sadar atau tidak sadar, Carlos tercuci otak oleh omongan Ramsey. Namun, itu merupakan perubahan baik bagi Carlos.
Sampai saat ini, Carlos makin beruntung bisa punya partner seperti Ramsey.
“Apa kau tidak mau menjadi pria seperti pria yang mengantar Annita?” tanya Carlos dingin.
Ramsey menjawabnya dengan dingin juga. “Ya, tentu, karena .... Setiap orang pasti mau jadi konglomerat.” Lalu Ramsey tertawa kecil lagi.
“Serius dong!”
Ramsey menoleh, sejurus kemudian dia pun menjawab, “Karena aku punya prinsip agar tetap menjaga respect dan bahkan rasa empati terhadap orang lain, terlebih kepada mereka yang lemah.”
“Semoga aku bisa punya pola pikir sepertimu, Ramsey!”
***
Malam harinya ketika telah melewati batas kota Daire York, tepatnya di sebuah tempat yang menyediakan hiburan kotor, seperti prostitusi, perjudian, dan cafe remang. Carlos menepikan mobil dan bermaksud beristirahat sejenak sebelum kembali melanjutkan perjalanan.
Awalnya Ramsey menolak karena khawatir nantinya Carlos bakal mabuk lagi namun ketika Carlos bilang bahwa di sana terkadang menjadi tempat berkumpulnya para mafia, maka Ramsey menyetujuinya. “Syaratnya kau tidak usah minum apalagi sampai mabuk.”
Carlos hormat. “Siap, Komandan!”
Dia janji tidak bakal mabuk, tapi dia butuh hiburan lain. Secara fair dengan terang-terangan di bilang kepada Ramsey bahwa dari pada dia menonton film porno di dalam mobil dan masturbasi di sana, lebih baik dia melampiaskannya sekarang pada tempat yang cukup tepat walaupun terlarang. Di sini, prostitusi dianggap ilegal, maka setidaknya ada lima ratus PSK aktif yang mencari nafkah dari menjual selangkangannya.
Ramsey menghunuskan tatapan tajam ke arah bujang itu seraya bertanya dengan nada dingin, “Berapa lama?”
“Hm, kita sudah melakukan perjalanan selama lebih dari tujuh jam. Kita butuh istirahat setidaknya dua jam, Ramsey, karena jika tidak, kau tidak akan optimal selama mengemudi, apalagi mengemudi di malam hari.” Carlos melemparkan alasan logis guna memperkuat ide konyolnya.
Ramsey tidak bisa mengelak karena alasan tersebut memang tepat. Perjalanan mereka masih sangat panjang, lagi pula habis dari sini bisa jadi Carlos malah makin fit dan bersemangat. Atau, bisa jadi malah sebaliknya.
“Simpan sebagian tenagamu!” Kemudian Ramsey membalik badan dan melangkah ke arah tempat berkumpulnya orang-orang.
“Aku lebih suka berada di bawah, Ramsey! Hahaha. Aku tidak bakal mengeluarkan tenaga lebih malam ini. Lagi pula, aku selalu siap obat kuat! Hahaha.”
Sementara Carlos menikmati dunia gelapnya, Ramsey pun masuk ke perbincangan para preman. Dia mengawasi satu per satu para pria di sana. Tato, tindik, pakaian koyak, intinya hal yang terkait dengan premanisme tampak jelas ada pada diri mereka. Sepertinya mereka sedang membahas sesuatu.
Baru beberapa menit Ramsey bercokol di sana, tiba-tiba seorang pria menyeretnya keluar dari keramaian. Dia menyeringai dan membentak, “Hei Bung! Siapa kau?! Kau sangat asing! Apa kau seorang polisi?!” Karena suara pria itu cukup besar, orang-orang di sekitarnya pun mengalihkan pandangan mereka ke arah Ramsey.
Semua mata tertuju pada Ramsey.
Namun, setelah melihat sikap baik Ramsey terhadap Annita belakangan ini, persepsinya terhadap Annita menjadi sedikit berubah. Carlos tiba-tiba menaruh rasa prihatin terhadap Annita.
“Carlos, bagaimana kalau kau punya kakak atau adik perempuan, terus nasibnya sama seperti Annita, apa aku bersikap biasa saja, lalu tidak peduli, kau tidak tidak respect?”
Carlos tercenung. Dia menarik napas dalam lalu menghembuskannya perlahan. “Aku tidak tega. Aku tentu akan respect terhadapnya. Aku kasihan.”
“Nah, seperti itulah seharusnya seorang pria seperti kita bersikap. Dan itu saja tidak cukup, Carlos, kita mesti punya empati besar terhadap orang tertindas dan susah.”
Ramsey benci melihat orang bodoh dan pemalas. Dia juga tidak menaruh rasa perhatian terhadap orang zalim dan suka berbuat semaunya. Di sisi lain, dia tidak tega ketika ada orang lemah dan terzalimi. Annita bukan orang bodoh dan pemalas, tapi dia termasuk orang lemah yang terzalimi, oleh karena itu sudah seyogyanya Annita mendapatkan empati dan pertolongan.
Sadar atau tidak sadar, Carlos tercuci otak oleh omongan Ramsey. Namun, itu merupakan perubahan baik bagi Carlos.
Sampai saat ini, Carlos makin beruntung bisa punya partner seperti Ramsey.
“Apa kau tidak mau menjadi pria seperti pria yang mengantar Annita?” tanya Carlos dingin.
Ramsey menjawabnya dengan dingin juga. “Ya, tentu, karena .... Setiap orang pasti mau jadi konglomerat.” Lalu Ramsey tertawa kecil lagi.
“Serius dong!”
Ramsey menoleh, sejurus kemudian dia pun menjawab, “Karena aku punya prinsip agar tetap menjaga respect dan bahkan rasa empati terhadap orang lain, terlebih kepada mereka yang lemah.”
“Semoga aku bisa punya pola pikir sepertimu, Ramsey!”
***
Malam harinya ketika telah melewati batas kota Daire York, tepatnya di sebuah tempat yang menyediakan hiburan kotor, seperti prostitusi, perjudian, dan cafe remang. Carlos menepikan mobil dan bermaksud beristirahat sejenak sebelum kembali melanjutkan perjalanan.
Awalnya Ramsey menolak karena khawatir nantinya Carlos bakal mabuk lagi namun ketika Carlos bilang bahwa di sana terkadang menjadi tempat berkumpulnya para mafia, maka Ramsey menyetujuinya. “Syaratnya kau tidak usah minum apalagi sampai mabuk.”
Carlos hormat. “Siap, Komandan!”
Dia janji tidak bakal mabuk, tapi dia butuh hiburan lain. Secara fair dengan terang-terangan di bilang kepada Ramsey bahwa dari pada dia menonton film porno di dalam mobil dan masturbasi di sana, lebih baik dia melampiaskannya sekarang pada tempat yang cukup tepat walaupun terlarang. Di sini, prostitusi dianggap ilegal, maka setidaknya ada lima ratus PSK aktif yang mencari nafkah dari menjual selangkangannya.
Ramsey menghunuskan tatapan tajam ke arah bujang itu seraya bertanya dengan nada dingin, “Berapa lama?”
“Hm, kita sudah melakukan perjalanan selama lebih dari tujuh jam. Kita butuh istirahat setidaknya dua jam, Ramsey, karena jika tidak, kau tidak akan optimal selama mengemudi, apalagi mengemudi di malam hari.” Carlos melemparkan alasan logis guna memperkuat ide konyolnya.
Ramsey tidak bisa mengelak karena alasan tersebut memang tepat. Perjalanan mereka masih sangat panjang, lagi pula habis dari sini bisa jadi Carlos malah makin fit dan bersemangat. Atau, bisa jadi malah sebaliknya.
“Simpan sebagian tenagamu!” Kemudian Ramsey membalik badan dan melangkah ke arah tempat berkumpulnya orang-orang.
“Aku lebih suka berada di bawah, Ramsey! Hahaha. Aku tidak bakal mengeluarkan tenaga lebih malam ini. Lagi pula, aku selalu siap obat kuat! Hahaha.”
Sementara Carlos menikmati dunia gelapnya, Ramsey pun masuk ke perbincangan para preman. Dia mengawasi satu per satu para pria di sana. Tato, tindik, pakaian koyak, intinya hal yang terkait dengan premanisme tampak jelas ada pada diri mereka. Sepertinya mereka sedang membahas sesuatu.
Baru beberapa menit Ramsey bercokol di sana, tiba-tiba seorang pria menyeretnya keluar dari keramaian. Dia menyeringai dan membentak, “Hei Bung! Siapa kau?! Kau sangat asing! Apa kau seorang polisi?!” Karena suara pria itu cukup besar, orang-orang di sekitarnya pun mengalihkan pandangan mereka ke arah Ramsey.
Semua mata tertuju pada Ramsey.
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved