Bab 13 Dia Menginginkan Wanita Ini
by Joe King
07:25,Oct 18,2023
Gilang Feng sudah hidup selama 24 tahun. Sebagian besar waktunya dia habiskan dalam peperangan. Baginya, wanita adalah sesuatu yang sangat asing. Dia tidak terlalu tertarik.
Akan tetapi, saat dia melihat sosok Layla Wei dan raja serigala menempelkan kening mereka di bawah bulan yang bulat dan besar itu.
Darah di dalam sekujur tubuhnya seolah menjerit: "Dia adalah milikku!"
"Siapa namanya?" Gilang Feng hanya ingat bahwa dia adalah putri sah Keluarga Wei.
"Layla Wei."
Layla Wei benar-benar kehabisan kata-kata. Dia dan pemilik tubuh ini sudah memiliki seorang anak, tetapi dia bahkan tidak tahu siapa namanya.
...............................................
"Tolong antar aku ke pelataran tempat tinggalku." Dia merasa ada sesuatu yang janggal. Ini adalah pelataran tempat tinggal Gilang Feng.
"Ingatanmu buruk sekali. Bukankah kamu baru saja membakar habis rumahmu? Kamu lupa?"
Gilang Feng berkata dengan manja seperti sedang menggoda kucing atau anjing kecil. Mendengar itu bulu kuduk Layla Wei berdiri.
Sebenarnya apa yang sedang dilakukan orang ini?
Karena merasa tubuh Layla Wei sedikit bergetar, Gilang Feng berseru: "Dimas Feng. Masuk!"
"Tuan..." Dimas Feng sangat panik. Dialah penyebab petaka yang baru saja terjadi itu. Sekalipun tuannya akan memenggal kepalanya, dia juga tidak berani membantah.
"Pindahkan bara api ke dalam. Pindahkan semua yang ada."
"Baik." Dimas Feng mundur sampai ke depan pintu. Diam-diam dia menyeka keringatnya dan segera melaksanakan tugasnya.
Segera, rumah yang tadinya seperti gudang es, berangsur-angsur menjadi hangat.
Pada saat yang sama, anak itu mulai menangis.
Gilang Feng merasa terganggu: "Untuk apa kamu menangis?"
Layla Wei takut Gilang Feng menghajar anak itu, lalu dia cepat-cepat menenangkannya: "Bayi pintar, bayi jangan menangis..."
Tangannya terasa basah, dan dadanya terasa membengkak.
Layla Wei tersadar, anak itu buang air kecil dan lapar. Pantas saja dia menangis.
Akan tetapi, apa yang bisa dia lakukan sekarang?
Dia mengangkat kepalanya dan melihat ke arah Gilang Feng: "Aku mohon, panggil Bibi Song dan Chika kemari."
Gilang Feng menjawab: "Yang kecil pingsan karena ketakutan. Yang tua kakinya terkilir. Mereka semua sedang terkapar di dalam kamar."
Layla Wei kehabisan kata-kata. Dia hanya bisa bertanya: "Apakah kamu ada bawahan wanita?"
Gilang Deng melirik ke arahnya: "Katakan saja langsung, apa yang mau kamu lakukan?"
Layla Wei mengeratkan gigi dan berkata: "Popok anak ini perlu diganti. Dia perlu disuap. Tolong bawa kain bersih dan air hangat, dan bawa air beras yang sudah dihangatkan di dapur kemari."
Alis Gilang Feng terangkat: "Apa kamu sedang memerintahkan aku untuk melakukan sesuatu?"
"Aku memohon padamu." Layla Wei cukup fleksibel.
"Memohon orang dengan sikap seperti ini?"
"Pangeran Pertama. Aku mohon padamu. Tolong ambil kain bersih dan air bersih. Lalu bawa air beras yang ada di dapur kemari." Dalam keadaan seperti ini, anak itu tidak boleh kelaparan. Layla Wei hanya bisa melembutkan kata-katanya.
"Bukankah sudah seharusnya seperti ini." Gilang Feng berjalan ke depan pintu lalu berseru: "Satu orang, datang kemari!"
Setelah mengganti popok anak itu, dan menyuapinya dengan minyak beras hingga kenyang, anak itu segera tertidur dalam pelukan Layla Wei.
Layla Wei meletakkannya dengan hati-hati di atas ranjang dan menyelimutinya.
"Kalau dia tidur di sini, lalu aku tidur di mana?" Gilang Feng mengerutkan alisnya, tampak tidak senang.
"Shhhh..." Layla Wei memintanya untuk diam. Dia berbisik: "Malam ini, carilah tempat lain untuk tidur."
"Tidurkan dia di tempat lain." Sebelumnya tidak ada yang pernah berani meminta Gilang Feng untuk mengalah.
Kepala Layla Wei yang dari tadi sudah sakit, menajdi semakin sakit: "Kamu adalah Ayahnya."
"Aku adalah orangtuanya. Sudah seharusnya dia menuruti kata-kataku dan mencari tempat tidur lain!"
Layla Wei akhirnya tidak bisa menahan diri lagi: "Kalau begitu, kamu bicarakan sendiri dengannya."
Merebut ranjang dari bayi yang baru lahir, apakah orang ini sudah gila!?
Akan tetapi, saat dia melihat sosok Layla Wei dan raja serigala menempelkan kening mereka di bawah bulan yang bulat dan besar itu.
Darah di dalam sekujur tubuhnya seolah menjerit: "Dia adalah milikku!"
"Siapa namanya?" Gilang Feng hanya ingat bahwa dia adalah putri sah Keluarga Wei.
"Layla Wei."
Layla Wei benar-benar kehabisan kata-kata. Dia dan pemilik tubuh ini sudah memiliki seorang anak, tetapi dia bahkan tidak tahu siapa namanya.
...............................................
"Tolong antar aku ke pelataran tempat tinggalku." Dia merasa ada sesuatu yang janggal. Ini adalah pelataran tempat tinggal Gilang Feng.
"Ingatanmu buruk sekali. Bukankah kamu baru saja membakar habis rumahmu? Kamu lupa?"
Gilang Feng berkata dengan manja seperti sedang menggoda kucing atau anjing kecil. Mendengar itu bulu kuduk Layla Wei berdiri.
Sebenarnya apa yang sedang dilakukan orang ini?
Karena merasa tubuh Layla Wei sedikit bergetar, Gilang Feng berseru: "Dimas Feng. Masuk!"
"Tuan..." Dimas Feng sangat panik. Dialah penyebab petaka yang baru saja terjadi itu. Sekalipun tuannya akan memenggal kepalanya, dia juga tidak berani membantah.
"Pindahkan bara api ke dalam. Pindahkan semua yang ada."
"Baik." Dimas Feng mundur sampai ke depan pintu. Diam-diam dia menyeka keringatnya dan segera melaksanakan tugasnya.
Segera, rumah yang tadinya seperti gudang es, berangsur-angsur menjadi hangat.
Pada saat yang sama, anak itu mulai menangis.
Gilang Feng merasa terganggu: "Untuk apa kamu menangis?"
Layla Wei takut Gilang Feng menghajar anak itu, lalu dia cepat-cepat menenangkannya: "Bayi pintar, bayi jangan menangis..."
Tangannya terasa basah, dan dadanya terasa membengkak.
Layla Wei tersadar, anak itu buang air kecil dan lapar. Pantas saja dia menangis.
Akan tetapi, apa yang bisa dia lakukan sekarang?
Dia mengangkat kepalanya dan melihat ke arah Gilang Feng: "Aku mohon, panggil Bibi Song dan Chika kemari."
Gilang Feng menjawab: "Yang kecil pingsan karena ketakutan. Yang tua kakinya terkilir. Mereka semua sedang terkapar di dalam kamar."
Layla Wei kehabisan kata-kata. Dia hanya bisa bertanya: "Apakah kamu ada bawahan wanita?"
Gilang Deng melirik ke arahnya: "Katakan saja langsung, apa yang mau kamu lakukan?"
Layla Wei mengeratkan gigi dan berkata: "Popok anak ini perlu diganti. Dia perlu disuap. Tolong bawa kain bersih dan air hangat, dan bawa air beras yang sudah dihangatkan di dapur kemari."
Alis Gilang Feng terangkat: "Apa kamu sedang memerintahkan aku untuk melakukan sesuatu?"
"Aku memohon padamu." Layla Wei cukup fleksibel.
"Memohon orang dengan sikap seperti ini?"
"Pangeran Pertama. Aku mohon padamu. Tolong ambil kain bersih dan air bersih. Lalu bawa air beras yang ada di dapur kemari." Dalam keadaan seperti ini, anak itu tidak boleh kelaparan. Layla Wei hanya bisa melembutkan kata-katanya.
"Bukankah sudah seharusnya seperti ini." Gilang Feng berjalan ke depan pintu lalu berseru: "Satu orang, datang kemari!"
Setelah mengganti popok anak itu, dan menyuapinya dengan minyak beras hingga kenyang, anak itu segera tertidur dalam pelukan Layla Wei.
Layla Wei meletakkannya dengan hati-hati di atas ranjang dan menyelimutinya.
"Kalau dia tidur di sini, lalu aku tidur di mana?" Gilang Feng mengerutkan alisnya, tampak tidak senang.
"Shhhh..." Layla Wei memintanya untuk diam. Dia berbisik: "Malam ini, carilah tempat lain untuk tidur."
"Tidurkan dia di tempat lain." Sebelumnya tidak ada yang pernah berani meminta Gilang Feng untuk mengalah.
Kepala Layla Wei yang dari tadi sudah sakit, menajdi semakin sakit: "Kamu adalah Ayahnya."
"Aku adalah orangtuanya. Sudah seharusnya dia menuruti kata-kataku dan mencari tempat tidur lain!"
Layla Wei akhirnya tidak bisa menahan diri lagi: "Kalau begitu, kamu bicarakan sendiri dengannya."
Merebut ranjang dari bayi yang baru lahir, apakah orang ini sudah gila!?
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved