Bab 4 Melecehkan Adik Ipar
by Joe King
07:24,Oct 18,2023
"Anak itu membeku hingga warnanya keunguan. Bahkan tidak ada suara tangisan. Jika kamu membawanya sekarang, sebelum tiba di rumah pun dia sudah tak bernyawa." Sejak dia melihat anak itu hendak dibuang ke dalam kolam, Layla Wei sudah menyadari ada yang tidak beres.
"Kalau begitu katakanlah apa yang harus dilakukan?" Gilang Feng bertanya.
"Berikan anak itu padaku. Aku lihat dulu."
"Kamu bisa menyembuhkan penyakit? Kalau kamu memang memiliki kemampuan itu, sembuhkanlah dirimu sendiri dulu. Kamu tampak seperti hantu." Gilang Feng melontarkan sindiran, membalikkan tubuh hendak beranjak pergi.
Layla Wei tidak sabar lagi. Dia mengeratkan giginya dan memutuskan untuk mengalah: "Aku mohon padamu. Biarkan aku tolong anak itu. Aku sudah melahirkannya dengan susah payah..."
Dia tidak memahami Gilang Feng. Tetapi melihat cara kerjanya, dia tidak mungkin bisa melawannya dengan kekerasan.
Ternyata benar. Gilang Feng menghentikan langkahnya. Dia tidak buta. Dia juga bisa melihat ada yang tidak beres dengan anak itu.
"Bawa anak itu kepadanya."
Layla Wei melihatnya sejenak, langsung merasa tidak baik. Hari begitu dingin. Anak itu diperlakukan seperti itu oleh Kakak Ipar Chen. Wajahnya sudah keunguan, napasnya sangat lemah.
"Tolong gendong anak ini ke dalam kamar. Aku akan memeriksanya dengan seksama."
Bayi yang baru saja lahir pada dasarnya sangat lemah. Tidak bisa menggunakan obat-obatan. Dia hanya bisa menolongnya dengan akupuntur. Layla Wei teringat, di dalam kantong peralatan persalinan bidan, ada satu set jarum.
Dia membiarkan Bibi Song mencuci tangannya hingga bersih. Dia mengambil jarum dan menggunakan api untuk sterilisasi. Lalu dia mencari titik akupuntur yang tepat dan menusukkan jarum pada anak itu.
Gilang Feng memperhatikannya dari samping.
Tadinya dia ingin menghentikannya. Tetapi dia melihat gerak-gerik Layla Wei yang terlatih. Meskipun saat menusuk, tangannya lemah tak bertenaga, tetapi gerakannya cermat dan tepat. Akhirnya dia sadar, bahwa dia benar-benar seorang dokter.
Aneh sekali. Wanita ini dan wanita pada malam itu, adalah dua orang yang sangat berbeda.
Pada dini hari itu, dia menakut-nakutinya sampai dia menjerit dan menangis. Sama sekali tidak ada gunanya.
Setelah dia keluar, dia baru tahu bahwa wanita itu adalah calon istri adik keduanya. Dalam sekejap, dia mengerti, jebakan ini benar-benar sangat terencana.
Berbagai macam laporan berterbangan sampai ke atas meja Baginda Raja seperti lembaran salju yang berhamburan. Isinya menuduh bagaimana dia tidak punya moral dan etika, dan melecehkan saudara iparnya sendiri.
Baginda Raja mendapat tekanan, sehingga beliau hanya bisa menghentikan jabatannya untuk sementara waktu. Dia tidak boleh memimpin prajurit dan pergi berperang.
Apakah itu adalah tujuan akhir dari jebakan ini? Dia terus mengira-ngira. Dia mengurung dirinya di dalam ibu kota kerajaan, bermabuk-mabukan.
Mengenai wanita itu, dengar-dengar dia dibuang oleh Keluarga Wei ke tempat lain. Orang-orang dari Keluarga Wei, tidak ada satu pun yang berjalan dalam terang. Apakah sesama anjing saling menggigit, ataukah mereka berharap dia memainkan peran pahlawan yang menolong wanita cantik?
Hehe. Dia pengangguran yang banyak acara.
Hingga sampai suatu hari, adik ketiganya yang suka ikut campur berkata bahwa wanita itu sedang mengandung putranya dan akan segera melahirkan.
Untuk sementara, dia tidak peduli apa rencana busuk Keluarga Wei. Yang pasti, anak itu adalah darah dagingnya, dia tidak mungkin membiarkannya terdampar di luar. Dia harus menjemputnya.
"Uhuhuhu..." Meskipun suara tangisannya lemah, seperti dengkuran kucing, tetapi setidaknya dia mulai bersuara.
Ujung bibir Gilang Feng tersungging. Wanita ini ternyata cukup menarik. Apakah karena terjepit keadaan hidup dan mati, dia akhirnya tidak lagi berpura-pura bodoh dan kembali menjadi dirinya sendiri?
Saat Layla Wei mencabut jarum terakhir, tangannya bergetar hebat. Matanya berkunang-kuanng.
"Sudah tidak apa-apa? Kalau begitu, kita akan membawa anak ini pergi." Gilang Feng memberi isyarat pada bawahannya untuk menggendong anak itu.
"Tidak bisa... harus melakukannya tiga kali berturut-turut.... Kalau tidak, ia akan meninggalkan bakal penyakit..." Layla Wei menggigit ujung lidahnya hingga berdarah untuk menyelesaikan kata-katanya.
Gilang Feng melipat tangannya di depan dada: "Apakah kamu mengira aku tidak bisa mencari tabib lain untuk merawat anak ini?"
Layla Wei menjawab: "Aku menggunakan caraku sendiri. Untuk seterusnya, hanya aku yang bisa melanjutkannya... Sebaik apapun ilmu kedokteran tabib lain, metodenya berbeda. Tidak akan ada gunanya..."
"Baiklah. Kalau begitu, aku akan menunggu 3 hari."
Lagipula dia sedang menganggur. Gilang Feng juga masih ingin melihat, apa yang sebenarnya sedang dilakukan wanita ini.
"Kalau begitu katakanlah apa yang harus dilakukan?" Gilang Feng bertanya.
"Berikan anak itu padaku. Aku lihat dulu."
"Kamu bisa menyembuhkan penyakit? Kalau kamu memang memiliki kemampuan itu, sembuhkanlah dirimu sendiri dulu. Kamu tampak seperti hantu." Gilang Feng melontarkan sindiran, membalikkan tubuh hendak beranjak pergi.
Layla Wei tidak sabar lagi. Dia mengeratkan giginya dan memutuskan untuk mengalah: "Aku mohon padamu. Biarkan aku tolong anak itu. Aku sudah melahirkannya dengan susah payah..."
Dia tidak memahami Gilang Feng. Tetapi melihat cara kerjanya, dia tidak mungkin bisa melawannya dengan kekerasan.
Ternyata benar. Gilang Feng menghentikan langkahnya. Dia tidak buta. Dia juga bisa melihat ada yang tidak beres dengan anak itu.
"Bawa anak itu kepadanya."
Layla Wei melihatnya sejenak, langsung merasa tidak baik. Hari begitu dingin. Anak itu diperlakukan seperti itu oleh Kakak Ipar Chen. Wajahnya sudah keunguan, napasnya sangat lemah.
"Tolong gendong anak ini ke dalam kamar. Aku akan memeriksanya dengan seksama."
Bayi yang baru saja lahir pada dasarnya sangat lemah. Tidak bisa menggunakan obat-obatan. Dia hanya bisa menolongnya dengan akupuntur. Layla Wei teringat, di dalam kantong peralatan persalinan bidan, ada satu set jarum.
Dia membiarkan Bibi Song mencuci tangannya hingga bersih. Dia mengambil jarum dan menggunakan api untuk sterilisasi. Lalu dia mencari titik akupuntur yang tepat dan menusukkan jarum pada anak itu.
Gilang Feng memperhatikannya dari samping.
Tadinya dia ingin menghentikannya. Tetapi dia melihat gerak-gerik Layla Wei yang terlatih. Meskipun saat menusuk, tangannya lemah tak bertenaga, tetapi gerakannya cermat dan tepat. Akhirnya dia sadar, bahwa dia benar-benar seorang dokter.
Aneh sekali. Wanita ini dan wanita pada malam itu, adalah dua orang yang sangat berbeda.
Pada dini hari itu, dia menakut-nakutinya sampai dia menjerit dan menangis. Sama sekali tidak ada gunanya.
Setelah dia keluar, dia baru tahu bahwa wanita itu adalah calon istri adik keduanya. Dalam sekejap, dia mengerti, jebakan ini benar-benar sangat terencana.
Berbagai macam laporan berterbangan sampai ke atas meja Baginda Raja seperti lembaran salju yang berhamburan. Isinya menuduh bagaimana dia tidak punya moral dan etika, dan melecehkan saudara iparnya sendiri.
Baginda Raja mendapat tekanan, sehingga beliau hanya bisa menghentikan jabatannya untuk sementara waktu. Dia tidak boleh memimpin prajurit dan pergi berperang.
Apakah itu adalah tujuan akhir dari jebakan ini? Dia terus mengira-ngira. Dia mengurung dirinya di dalam ibu kota kerajaan, bermabuk-mabukan.
Mengenai wanita itu, dengar-dengar dia dibuang oleh Keluarga Wei ke tempat lain. Orang-orang dari Keluarga Wei, tidak ada satu pun yang berjalan dalam terang. Apakah sesama anjing saling menggigit, ataukah mereka berharap dia memainkan peran pahlawan yang menolong wanita cantik?
Hehe. Dia pengangguran yang banyak acara.
Hingga sampai suatu hari, adik ketiganya yang suka ikut campur berkata bahwa wanita itu sedang mengandung putranya dan akan segera melahirkan.
Untuk sementara, dia tidak peduli apa rencana busuk Keluarga Wei. Yang pasti, anak itu adalah darah dagingnya, dia tidak mungkin membiarkannya terdampar di luar. Dia harus menjemputnya.
"Uhuhuhu..." Meskipun suara tangisannya lemah, seperti dengkuran kucing, tetapi setidaknya dia mulai bersuara.
Ujung bibir Gilang Feng tersungging. Wanita ini ternyata cukup menarik. Apakah karena terjepit keadaan hidup dan mati, dia akhirnya tidak lagi berpura-pura bodoh dan kembali menjadi dirinya sendiri?
Saat Layla Wei mencabut jarum terakhir, tangannya bergetar hebat. Matanya berkunang-kuanng.
"Sudah tidak apa-apa? Kalau begitu, kita akan membawa anak ini pergi." Gilang Feng memberi isyarat pada bawahannya untuk menggendong anak itu.
"Tidak bisa... harus melakukannya tiga kali berturut-turut.... Kalau tidak, ia akan meninggalkan bakal penyakit..." Layla Wei menggigit ujung lidahnya hingga berdarah untuk menyelesaikan kata-katanya.
Gilang Feng melipat tangannya di depan dada: "Apakah kamu mengira aku tidak bisa mencari tabib lain untuk merawat anak ini?"
Layla Wei menjawab: "Aku menggunakan caraku sendiri. Untuk seterusnya, hanya aku yang bisa melanjutkannya... Sebaik apapun ilmu kedokteran tabib lain, metodenya berbeda. Tidak akan ada gunanya..."
"Baiklah. Kalau begitu, aku akan menunggu 3 hari."
Lagipula dia sedang menganggur. Gilang Feng juga masih ingin melihat, apa yang sebenarnya sedang dilakukan wanita ini.
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved