Bab 7 Tangan Kanan Yang Serba Bisa

by Joe King 07:24,Oct 18,2023
Dimas Feng menjawab dengan panik: "Nona Wei tidak akan berani. Nyawanya sendiri, nyawa ibu penjaga dan pelayannya ada di tangan kita."

Layla Wei akhirnya mengerti apa yang sedang terjadi.

Gilang Feng sedang sakit, untuk saat ini tidak bisa menemukan tabib. Sementara, dia dibutuhkan untuk membantunya.

Bagus!

Layla Wei mulai berpikir. Sudah dua hari ini dia memikirkan berbagai cara, tetapi cara apapun itu, sepertinya tidak ada kesempatan. Akhirnya hari ini, ada kesempatan.

"Apakah masih perlu aku periksa?" Layla Wei bersuara. Dia berusaha menunjukkan di dalam kamar itu masih ada orang lain.

Tatapan mata dingin Gilang Feng jatuh pada wajah Layla Wei.

Tiba-tiba alisnya terangkat. Dia memuntahkan darah segar dalam jumlah besar.

"Tuan!" Dimas Feng melompat bangkit dari lantai. Dia menopang Gilang Feng dan memasukkan tenaga dalamnya ke dalam tubuhnya.

Gilang Feng terbatuk-batuk. Kemudian dia menggunakan tenaga dalam Dimas Feng untuk berusaha sekuat tenaga menekan aliran darah yang bergulung-gulung di dalam tubuhnya. Dia berkata dengan dingin: "Beri dia minum Racun Semut Hijau."

Dimas Feng langsung mengerti: "Baik!"

Layla Wei hanya merasa ada bayangan hitam yang lewat di depannya. Sebelum dia sempat bereaksi, rahang bawahnya sudah ditahan seseorang. Dan ada sebutir benda dingin meluncur masuk ke dalam tenggorokannya.

"Uhuk, uhuk..." Dia tersedak, dan terbatuk-batuk.

"Racun Semut Hijau. Dalam waktu 6 jam, racun akan aktif seperti semut yang menggerogoti tulang. Sakitnya bukan main. Dalam 12 jam, tidak ada obat penawarnya lagi. Dalam waktu 12 jam, sehebat apapun dirimu, kamu hanya bisa mati." Bibir indahnya yang berlumuran darah itu mengeluarkan kata-kata seperti kutukan.

"Kamu!!!" gila!

Layla Wei sangat marah. Tubuh ini pada dasarnya sudah sangat lemah setelah melahirkan. Tetapi dia tetap saja memberinya racun. Apakah dia merasa hidupnya sangan mengganjal di matanya?

Gilang Feng berkata dengan datar: "Oh, aku hampir saja lupa. Itu hanya berlaku untuk tubuh yang sehat. Tubuh sepertimu ini... aku rasa, dua jam saja, racun akan mulai aktif."

"Jadi, kamu punya waktu dua jam untuk menyembuhkan lukaku. Aku lihat, teknikmu sangat hebat saat sedang merawat anak itu. Aku rasa, waktunya cukup untukmu."

Layla Wei merasa marah sekali hingga ulu hatinya terasa sakit.

Dia menarik napas dan menenangkan perasaannya. Dia berkata kepada Dimas Feng dengan tenang: "Antar aku ke sana."

Dimas Feng memindahkan Layla Wei seperti sedang memindahkan kursi ke sisi ranjang Gilang Feng.

Layla Wei sudah merasa apa boleh buat.

"Ulurkan tanganmu." Layla Wei berkata kepada Gilang Feng.

Setelah meraba nadi Gilang Feng, alis Layla Wei berkerut dan kembali berkata:

"Buka mulutmu."

"Dekatkan kepalamu kemari, aku lihat dengan seksama..."

"Jika kamu tidak takut mati, kamu boleh terus mengulur waktu!" jelas Gilang Feng merasa tidak sabar.

Layla Wei berkata: "Jika kamu tidak percaya pada tabib dan tidak bekerja sama, kamu pasti tahu jelas apa akibatnya."

"Nyalimu besar sekali."

"Aku sudah memakan racunmu. Wujudku juga sudah seperti hantu. Apakah kamu masih merasa aku bisa melakukan sesuatu? Kau tidak perlu merasa aku sehebat itu. Aku sama seperti dirimu. Aku hanya ingin terus bertahan hidup."

Di masa modern, Layla Wei berganti alih dari dokter menjadi bagian forensik setelah mendapat banyak pelecehan dari pasien. Daripada berurusan dengan orang-orang hidup yang merepotkan, dia merasa lebih baik berurusan dengan orang mati.

"Sejak kapan gejala seperti ini muncul? Berapa lama sekali? Kapan terakhir kali kambuh?" Layla Wei sepertinya sudah tahu, tetapi dia tetap memastikannya dengan pasien.

Gilang Feng malas bersuara. Dimas Feng membantunya menjawab: "Kira-kira sejak setahun yang lalu. Tuan mengalami luka parah. Lukanya belum pulih sepenuhnya. Sembilan bulan yang lalu, muncul gejala yang sama. Lalu dia.... denganmu, lalu dia membaik. Tidak disangka kali ini.. lagi-lagi..."

Layla Wei mengerti. Malam itu bisa terjadi di antara Gilang Feng dan putri sah Keluarga Wei, disebabkan oleh hal ini.

Pantas saja, dia seperti binatang buas di atas ranjang.

Hanya saja, jika hanya untuk meredakan api dalam tubuhnya, dia tidak membutuhkan seorang wanita. Hanya dengan tangannya saja, efeknya akan sama.

Logika orang zaman kuno memang aneh. Dia belum pernah mendengar ada pria mana yang mati karena gairah yang berlebihan. Bukankah mereka semua memiliki tangan kanan yang serba bisa?

Putri sah Keluarga Wei kasihan sekali.

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

37