Bab 8 Buka Seluruh Pakaianmu
by Joe King
07:24,Oct 18,2023
"Apakah kamu sudah selesai bertanya? Apakah kamu bisa menyembuhkan aku?" Gilang Feng berkata dengan dingin.
"Bisa." Layla Wei menjawab dengan singkat.
Hal ini membuat Gilang Feng tidak menyangka: "Bisa kamu sembuhkan hingga tuntas?"
"Bisa." Layla Wei tetap menjawabnya dengan singkat.
"Oh?" Gilang Feng menatap dirinya. Ujung alisnya berkedut: "Dokter paling handal di Kerajaan Yun saja belum bisa mengatasinya setelah memikirkannya selama setahun penuh. Dalam waktu yang begitu singkat kamu sudah tahu apa yang harus kamu lakukan?"
Layla Wei berkata: "Sebagai seorang dokter, kejujuran adalah hal yang utama. Aku tidak berbohong. Aku juga tidak membual. Kalau memang bisa disembuhkan, pasti bisa disembuhkan. Tetapi ada satu syarat."
"Katakan saja." Gilang Feng merasa wanita yang ada di hadapannya sangat menarik, maka dia mencoba untuk lebih sabar.
Layla Wei berkata dengan sejujur-jujurnya: "Yang pertama, pada masa penyembuhan, kamu tidak boleh menyentuh wanita. Sesulit apapun itu, kamu harus menahannya."
Lompatan alis Gilang Feng semakin tinggi. Dia memintanya untuk lanjut berbicara.
Layla Wei menjelaskan dengan sabar: "Racun yang bersifat kronis seperti ini, hanya ada satu cara untuk menawarkannya. Jika pada saat pertama kali racun ini bekerja, kamu bisa menahannya, ditambah dengan obat-obatan dan akupuntur, sudah sejak awal ia bisa dibersihkan. Tetapi pada saat sebelumnya, kamu tidak bisa menahan diri. Tubuhmu tampak seperti sudah pulih, tetapi sesungguhnya, hal itu membuat racunnya terserap ke dalam sumsum tulangmu. Sekarang racun itu aktif untuk kedua kalinya. Aku masih bisa menyembuhkanmu, tetapi jika terus berlanjut, aku tidak bisa melakukannya lagi."
"Racun?" raut wajah Gilang Feng terlihat muram.
Dimas Feng juga tertegun. Dokter Yue juga tidak pernah berkata Tuannya terkena racun.
Layla Wei berkata kepada Dimas Feng: "Ambil jarum kemari. Aku akan menekan racunya terlebih dahulu. Untuk pemulihan secara menyeluruh, aku memerlukan beberapa waktu. Jika aku berhasil mendapatkan racun yang mengenai dirinya akan lebih baik lagi. Jika tidak, aku harus menggunakan darahnya untuk mendapatkan komponen racun yang ada di dalam tubuhnya, lalu meracik obat penawar."
"Beberapa waktu itu berapa lama?" Gilang Feng bertanya.
Layla Wei menggeleng: "Aku tidak bisa menjamin hal ini. Tergantung apakah aku bisa mendapatkan komponen racun dengan lancar."
"Jadi, maksudmu jika selama puluhan tahun kamu tidak berhasil meracik obat penawar, aku harus terus-terusan menjadi biksu?"
Layla Wei menjawab dengan jujur: "Benar."
"Apakah kamu mempermainkan aku?" Gilang Feng tertawa dingin. Dia memang tidak terlalu tertarik dengan wanita. Tetapi ditakut-takuti seperti ini, keadaanya menjadi berbeda.
Matanya yang kemerahan tajam seperti pisau. Dia tidak sabar lagi. Tangannya yang besar itu mencengkeram leher kurusnya itu tanpa ragu-ragu.
Layla Wei menahan rasa sakit dan berkata dengan susah payah: "Aku sudah bilang, aku tidak berbohong. Tidak perlu sampai puluhan tahun. Asalkan aku berhasil mengetahui komponen racun itu, dalam waktu tiga hari aku bisa meracik obat penawar. Lagipula, sudah kukatakan, jika racun ini aktif sekali lagi sebelum berhasil ditawarkan, aku tidak akan bisa menawarkannya lagi."
"Jadi, paling lama hanya ada waktu 8 bulan. Aku tidak bisa menyembuhkannya, dan kamu tidak akan sembuh lagi."
Gilang Feng melepaskan tangannya. Ujung bibirnya perlahan menyungging. Senyumannya menakutkan: "Sebelumnya, kamu tidak sadar aku terkena racun?"
Layla Wei terkejut. Dia mengerti apa maksud kata-katanya itu. Jika memang hubungan antara pria dan wanita bisa membuat racun itu masuk ke dalam sumsum tulangnya, apakah sebelumnya dia tidur dengannya karena ingin mencelakai dirinya?
Dipukul hingga mati pun dia tidak boleh mengaku bahwa jiwanya sedang tertukar.
Layla Wei terbatuk-batuk. Setelah dia mengatur napasnya, dia segera terpikir bagaimana cara mengelak: "Saat itu aku mabuk dan tidak mengenali apa-apa. Bagaimana aku tahu apakah kamu terkena racun atau tidak? Lagipula kamu yang memaksakan dirimu padaku. Aku tidak bermaksud mencelakakan dirimu."
Tidak tahu mengapa, semakin dipikirkan rasanya semakin kesal. Dia saja sangat berlapang dada dan tidak ingin mempermasalahkan hal ini. Berani-beraninya dia bertanya.
Dia menembus ruang dan waktu datang kemari, tidak punya harta, tidak punya nama. Bahkan dia tidak punya tubuh yang sehat. Kalau dipikir-pikir, sebagian besar juga itu berkat dirinya.
Melihat Layla Wei membelalakkan matanya, Gilang Feng mengeratkan tinjunya dan nyaris berteriak padaya. Tiba-tiba saja entah mengapa dia merasa wanita kecil yang ada di hadapannya itu sangat menarik: "Kamu yakin, malam itu aku yang memaksakan diriku padamu? Bukan kamu yang ingin mencelakakan aku?"
Apa ini yang dinamakan memutar-balikkan fakta?
Layla Wei menunjuk Gilang Feng, lalu menunjuk dirinya sendiri: "Kamu siapa, aku siapa? Sebodoh apa aku hingga harus mencelakai dirimu?"
Gilang Feng tertawa ringan: "Setidaknya kamu cukup tahu diri. Kamu memang bodoh."
Meskipun dia tidak bernian mencelakakan dirinya, tetap saja dia diperalat orang lain seperti bidak catur. Setelah bidak catur selesai digunakan, tentu saja dia akan menjadi sampah.
Layla Wei bisa menghadapi hal ini karena apa yang diajarkan padanya sejak kecil. Tapi dihadapan pria yang sifatnya kejam ini, mengapa dia tidak bisa menahan amarahnya sendiri?
"Kalau begitu, aku ingin bertanya. Apakah kamu masih butuh orang bodoh ini untuk melakukan perawatan akupuntur padamu?" Dia marah sekali, rasanya dia ingin menancapkan jarum-jarum itu dengan kuat hingga dia tidak lagi bisa bicara.
"Kamu tidak sebodoh itu. Ingat. Kamu hanya punya waktu dua jam." Gilang Feng berkata dengan santai.
Layla Wei menarik napas dalam. Dia berusaha keras untuk menahan amarahnya. Dia mengambil jarum yang diletakkan Dimas Feng di sebelahnya dan berkata: "Bawa api kemari."
Lalu dia berkata kepada Gilang Feng: "Buka seluruh pakaianmu."
"Bisa." Layla Wei menjawab dengan singkat.
Hal ini membuat Gilang Feng tidak menyangka: "Bisa kamu sembuhkan hingga tuntas?"
"Bisa." Layla Wei tetap menjawabnya dengan singkat.
"Oh?" Gilang Feng menatap dirinya. Ujung alisnya berkedut: "Dokter paling handal di Kerajaan Yun saja belum bisa mengatasinya setelah memikirkannya selama setahun penuh. Dalam waktu yang begitu singkat kamu sudah tahu apa yang harus kamu lakukan?"
Layla Wei berkata: "Sebagai seorang dokter, kejujuran adalah hal yang utama. Aku tidak berbohong. Aku juga tidak membual. Kalau memang bisa disembuhkan, pasti bisa disembuhkan. Tetapi ada satu syarat."
"Katakan saja." Gilang Feng merasa wanita yang ada di hadapannya sangat menarik, maka dia mencoba untuk lebih sabar.
Layla Wei berkata dengan sejujur-jujurnya: "Yang pertama, pada masa penyembuhan, kamu tidak boleh menyentuh wanita. Sesulit apapun itu, kamu harus menahannya."
Lompatan alis Gilang Feng semakin tinggi. Dia memintanya untuk lanjut berbicara.
Layla Wei menjelaskan dengan sabar: "Racun yang bersifat kronis seperti ini, hanya ada satu cara untuk menawarkannya. Jika pada saat pertama kali racun ini bekerja, kamu bisa menahannya, ditambah dengan obat-obatan dan akupuntur, sudah sejak awal ia bisa dibersihkan. Tetapi pada saat sebelumnya, kamu tidak bisa menahan diri. Tubuhmu tampak seperti sudah pulih, tetapi sesungguhnya, hal itu membuat racunnya terserap ke dalam sumsum tulangmu. Sekarang racun itu aktif untuk kedua kalinya. Aku masih bisa menyembuhkanmu, tetapi jika terus berlanjut, aku tidak bisa melakukannya lagi."
"Racun?" raut wajah Gilang Feng terlihat muram.
Dimas Feng juga tertegun. Dokter Yue juga tidak pernah berkata Tuannya terkena racun.
Layla Wei berkata kepada Dimas Feng: "Ambil jarum kemari. Aku akan menekan racunya terlebih dahulu. Untuk pemulihan secara menyeluruh, aku memerlukan beberapa waktu. Jika aku berhasil mendapatkan racun yang mengenai dirinya akan lebih baik lagi. Jika tidak, aku harus menggunakan darahnya untuk mendapatkan komponen racun yang ada di dalam tubuhnya, lalu meracik obat penawar."
"Beberapa waktu itu berapa lama?" Gilang Feng bertanya.
Layla Wei menggeleng: "Aku tidak bisa menjamin hal ini. Tergantung apakah aku bisa mendapatkan komponen racun dengan lancar."
"Jadi, maksudmu jika selama puluhan tahun kamu tidak berhasil meracik obat penawar, aku harus terus-terusan menjadi biksu?"
Layla Wei menjawab dengan jujur: "Benar."
"Apakah kamu mempermainkan aku?" Gilang Feng tertawa dingin. Dia memang tidak terlalu tertarik dengan wanita. Tetapi ditakut-takuti seperti ini, keadaanya menjadi berbeda.
Matanya yang kemerahan tajam seperti pisau. Dia tidak sabar lagi. Tangannya yang besar itu mencengkeram leher kurusnya itu tanpa ragu-ragu.
Layla Wei menahan rasa sakit dan berkata dengan susah payah: "Aku sudah bilang, aku tidak berbohong. Tidak perlu sampai puluhan tahun. Asalkan aku berhasil mengetahui komponen racun itu, dalam waktu tiga hari aku bisa meracik obat penawar. Lagipula, sudah kukatakan, jika racun ini aktif sekali lagi sebelum berhasil ditawarkan, aku tidak akan bisa menawarkannya lagi."
"Jadi, paling lama hanya ada waktu 8 bulan. Aku tidak bisa menyembuhkannya, dan kamu tidak akan sembuh lagi."
Gilang Feng melepaskan tangannya. Ujung bibirnya perlahan menyungging. Senyumannya menakutkan: "Sebelumnya, kamu tidak sadar aku terkena racun?"
Layla Wei terkejut. Dia mengerti apa maksud kata-katanya itu. Jika memang hubungan antara pria dan wanita bisa membuat racun itu masuk ke dalam sumsum tulangnya, apakah sebelumnya dia tidur dengannya karena ingin mencelakai dirinya?
Dipukul hingga mati pun dia tidak boleh mengaku bahwa jiwanya sedang tertukar.
Layla Wei terbatuk-batuk. Setelah dia mengatur napasnya, dia segera terpikir bagaimana cara mengelak: "Saat itu aku mabuk dan tidak mengenali apa-apa. Bagaimana aku tahu apakah kamu terkena racun atau tidak? Lagipula kamu yang memaksakan dirimu padaku. Aku tidak bermaksud mencelakakan dirimu."
Tidak tahu mengapa, semakin dipikirkan rasanya semakin kesal. Dia saja sangat berlapang dada dan tidak ingin mempermasalahkan hal ini. Berani-beraninya dia bertanya.
Dia menembus ruang dan waktu datang kemari, tidak punya harta, tidak punya nama. Bahkan dia tidak punya tubuh yang sehat. Kalau dipikir-pikir, sebagian besar juga itu berkat dirinya.
Melihat Layla Wei membelalakkan matanya, Gilang Feng mengeratkan tinjunya dan nyaris berteriak padaya. Tiba-tiba saja entah mengapa dia merasa wanita kecil yang ada di hadapannya itu sangat menarik: "Kamu yakin, malam itu aku yang memaksakan diriku padamu? Bukan kamu yang ingin mencelakakan aku?"
Apa ini yang dinamakan memutar-balikkan fakta?
Layla Wei menunjuk Gilang Feng, lalu menunjuk dirinya sendiri: "Kamu siapa, aku siapa? Sebodoh apa aku hingga harus mencelakai dirimu?"
Gilang Feng tertawa ringan: "Setidaknya kamu cukup tahu diri. Kamu memang bodoh."
Meskipun dia tidak bernian mencelakakan dirinya, tetap saja dia diperalat orang lain seperti bidak catur. Setelah bidak catur selesai digunakan, tentu saja dia akan menjadi sampah.
Layla Wei bisa menghadapi hal ini karena apa yang diajarkan padanya sejak kecil. Tapi dihadapan pria yang sifatnya kejam ini, mengapa dia tidak bisa menahan amarahnya sendiri?
"Kalau begitu, aku ingin bertanya. Apakah kamu masih butuh orang bodoh ini untuk melakukan perawatan akupuntur padamu?" Dia marah sekali, rasanya dia ingin menancapkan jarum-jarum itu dengan kuat hingga dia tidak lagi bisa bicara.
"Kamu tidak sebodoh itu. Ingat. Kamu hanya punya waktu dua jam." Gilang Feng berkata dengan santai.
Layla Wei menarik napas dalam. Dia berusaha keras untuk menahan amarahnya. Dia mengambil jarum yang diletakkan Dimas Feng di sebelahnya dan berkata: "Bawa api kemari."
Lalu dia berkata kepada Gilang Feng: "Buka seluruh pakaianmu."
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved