Bab 2 Kakak Ipar Chen Mau Menenggelamkan Tuan Muda

by Joe King 07:24,Oct 18,2023
Keingingan bertahan hidup yang besar membuat Layla Wei menenangkan dirinya dengan cepat. Dia menggigit ujung lidahnya kuat-kuat. Dengan rangsangan kuat itu, dia mulai mengatur napasnya sendiri.

Pengetahuan medis yang mendarah daging, membuatnya fokus dalam usaha penyelamatan diri.

"Bibi Song, Bibi Song..." Layla Wei memanggil satu-satunya orang yang bisa dia percayai di tempat itu.

Bibi Song ketakutan bukan main. Dia menggenggam tangan Layla Wei dan berkata dengan suara bergetar: "Nona.... Nona... bertahanlah."

"Bukankah tadi dia sudah...." bidan nyaris saja mengatakan "mati". Setelah tertegun untuk beberapa saat, dia baru berkata dengan dingin: "Bertahan untuk apa? Dia pasti hanya kembali untuk sementara waktu sebelum benar-benar mati. Mumpung masih ada napas terakhir, sampaikanlah wasiatmu."

"Bibi Song. Bantu aku... bantu aku mengeluarkan plasentaku...." Layla Wei tahu betul. Jika plasenta itu belum dikeluarkan, tidak dikubur hidup-hidup pun dia akan mati karena pendarahan."

"Baik-baik. Bibi wang. Aku mohon bantu kami." Bibi Song memohon dengan sepenuh hati kepada bidan itu.

Bidan itu tidak bergeming: "Dia sudah nyaris mati. Untuk apa aku menghabiskan tenagaku. Aku akan mencuci tangan."

Melihat bidan itu pergi, Bibi Song ingin menghentikannya. Tetapi Layla Wei menahannya dan berkata: "Tidak perlu memohon padanya.... Kontraksi rahimku tidak cukup kuat. Gunakanlah tanganmu untuk mengeluarkannya..."

"Nona, aku tidak bisa..."

"Kamu pasti bisa. Jangan takut. Lakukan sesuai apa yang kukatakan. Cucilah tanganmu hingga bersih..."

Melihat urat-urat kehijauan tampak pada wajah Layla Wei karena berusaha sekuat tenaga untuk bicara, Bibi Song mengeratkan giginya, menggulung lengan bajunya dan mencuci tangan.

Bibi Song merogohkan tangannya ke dalam tubuh Layla Wei dengan gerakan yang canggung. Layla Wei kesakitan hingga nyaris putus napasnya. Matanya kembali berkunang-kunang.

"Sudah keluar, sudah keluar!" Bibi Song memegang seonggok daging yang berdarah-darah, sambil terisak.

"Bibi Song. Bagus sekali... Selanjutnya, bantu aku mengeluarkan sisa-sisa persalinan..."

Sekali lagi, Layla Wei kesakitan sampai nyaris mati.

Tetapi pada akhirnya dia berhasil bertahan.

"Nona. Tidak apa-apa, tidak apa-apa...." Bibi Song mengusap air matanya dengan tangannya yang penuh dengan lumuran darah, hingga seluruh wajahnya tertutup darah.

Layla Wei seolah kembali berjalan di ambang pintu kematian. Seluruh tubuhnya sangat lemah. Bahkan dia harus bersusah payah untuk menarik napas.

Tubuh ini benar-benar sangat lemah. Pantas saja dia bisa mati semu.

Mengenai mengapa dia dikubur hidup-hidup, akhirnya dia mengerti. Bukan dia yang melakukan kesalahan, melainkan ada orang yang tidak menginginkan dia hidup.

"Nona, Nona!"

Seorang pelayan kecil, Chika, berlari masuk sambil menangis. Dia berlutut di hadapan Layla Wei. Seluruh wajahnya dibasahi air mata dan ingus: "Kakak Ipar Chen.... Kakak Ipar Chen merebut Tuan Muda Kecil dari tanganku dan hendak menenggelamkannya!"

"Ya Tuhanku!" seru Bibi Song.

Layla Wei merapatkan bibirnya. Ingatan pemilik tubuh yang memasuki otaknya kembali terbayang.

Dia juga bernama Layla Wei. Dia merupakan anak sah dari saudagar kerajaan di ibukota Kerajaan Yun. Ibu kandungnya sudah lama meninggal. Sifatnya lemah dan mudah ditindas. Di dalam Keluarga Wei, dia tidak memiliki kedudukan dan pengaruh.

Pada saat berusia 17 tahun, Kediaman Pangeran Yan datang membawa perjanjian yang sudah dibuat lama di antara kedua keluarga itu untuk melamar. Tadinya itu merupakan sebuah keberuntungan yang jatuh dari langit. Tetapi karena pengantin pria, Pangeran Jun Kedua sudah lama lumpuh dan sakit-sakitan, bahkan anak tidak sah Keluarga Wei pun tidak ada yang mau menerimanya. Maka dari itu, pada akhirnya mereka memaksanya pergi.

Pada akhirnya juga dia akan menikah dengan seseorang. Layla Wei yang penurut dan hidup di zaman kuno itu, hanya bisa menangis untuk beberapa malam, dan akhirnya menerima nasibnya.

Siapa yang menyangka, tidak lama setelah mereka bertunangan, dia diperkosa seorang pria dan hamil.

Berita memalukan ini membuat Keluarga Wei kehilangan hak-hak mereka sebagai saudagar kerajaan.

Tuan Besar Wei murka. Ibu tiri Berti Wei mengambil kesempatan ini untuk mengusirnya keluar dari kediaman Keluarga Wei dan membuangnya ke rumah lain di pedesaan. Sebagian alasan untuk membuangnya, dan sebagian lagi untuk mengurungnya.

Dia melewati masa kehamilannya setengah tahun lebih dengan mengenaskan. Tidak ada yang menanyakan keadaannya. Tetapi menjelang persalinan, Berti Wei malah membawa orang untuk membantunya melahirkan.

Layla Wei sudah bisa menebak salah satu alasannya.

Di dalam peti kayu itu terdapat ilmu sihir untuk mengurung roh. Sedangkan Berti Wei berasal dari Nanjiang. Dulunya, dia seorang dukun.

Itu artinya, Berti Wei ingin menggunakan proses persalinan Layla Wei di zaman kuno itu untuk menciptakan kasus kematian ganda.

Siapa yang menyangka anak itu lolos dari kematian. Dia berhasil lahir dengan baik dari tubuh ibu yang begitu lemah.

Maka dari itu, Berti Wei hanya bisa khusus mengirim Kakak Ipar Chen untuk turun tangan secara langsung.

“Chika. Bungkus aku dengan selimut. Bibi Song, gendong aku keluar."

"Nona, kamu tidak boleh tertiup angin..."

"Tiupan angin tidak akan membunuhku. Tetapi jika aku tidak keluar, anak itu akan mati." Layla Wei memotong kata-katanya sambil tersengal-sengal.

Chika dan Bibi Song hanya bisa menuruti perintahnya.

...................................................................

Di dalam pelataran. Kakak Ipar Chen mengangkat bayi telanjang bulat itu dalam keadaan terbalik. Dia baru saja hendak melemparkannya ke dalam air.

"Hentikan!" Layla Wei berseru dengan tajam.

Kakak Ipar Chen hanya bisa tercengang. Dia tidak pernah mendengar Layla Wei yang lemah itu bicara dengan nada seperti itu.

Akan tetapi, dia segera kembali tersadar. Dia tertawa sinis: "Anak ini sakit. Dia tidak bisa hidu. Daripada dia hidup di dunia ini dan menderita, lebih baik kita lepaskan dia sejak awal."

Kedua mata Layla Wei menatapnya dengan tajam: "Anak ini adalah anak sulung pangeran dari Kediaman Pangeran Yan. Kamu berani membunuhnya?"

Asal-muasal anak ini memang tidak jelas, tetapi secara kedudukan, dia memang ada di sana. Kakak Ipar Chen menjadi ragu.

Pada saat itu juga, suara tegas yang tidak kenal rasa takut terdengar dari pintu masuk:

"Pembunuhan? Aku ingin lihat cara apa yang hendak dia gunakan. Apakah cukup hebat dan tidak memalukan?"

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

37