Bab 9 Di Dalam Dekapan Gilang Feng
by Joe King
07:24,Oct 18,2023
Gilang Feng menatapnya dengan penuh arti.
Layla Wei mensterilkan jarum dengan api, alalu dia mengulangi kata-katanya: "Aku hanya punya waktu dua jam, aku paham."
Gilang Feng tentu saja tidak bisa membuka celananya sendiri. Akhirnya Dimas Feng yang membantunya menanggalkan celananya.
Setelah tubuh Gilang Feng yang telanjang bulat itu terbaring di atas ranjang, Layla Wei mulai menusukkan jarum dengan hati yang tidak gentar.
Gilang Feng menatap wajah Layla Wei. Dia ingin mencari-cari rasa terkejut, kagum, malu, takut dari wajahnya yang amat tenang. Sayangnya, semuanya itu tidak ada.
Rupanya yang seperti ini tidak asing baginya. Pada saat Dokter Yue merawatnya, dia juga tampak seperti itu.
Jika sebelumnya dia masih ragu, sekarang dia sudah bisa memastikan bahwa saat ini Layla Wei sama sekali tidak sedang berpura-pura.
Dia berkata dia tidak ingin mencelakai dirinya. Jangan-jangan dia memang hanyalah bidak catur yang tidak tahu apa-apa dalam seluruh perangkap itu.
Sambil berpikir demikian, tiba-tiba dia merasa tubuhnya lebih ringan. Seluruh energi dan darah yang bergulung-gulung di dalam tubuhnya seolah mendapatkan jalan keluar. Ada suatu gelombang yang mengalir mengikuti pembuluh darahnya. Pembuluh darah yang tadinya tertekan hingga mau meledak, rasanya lambat laun menjadi lega.
Tatapan Gilang Feng pada Layla Wei berubah menjadi kekaguman.
Baru beberapa jarum saja, dia sudah merasa lebih baik. Bahkan Dokter Yue tidak bisa melakukan itu.
Teknik penyembuhannya, benar-benar hebat!
Dia benar-benar merasa semakin tertarik pada wanita itu.
Layla Wei menusukkan jarum yang terakhir. Dia merasa sangat kelelahan hingga matanya berkunang-kunang. Kepalanya nyaris saja jatuh ke atas tubuh Gilang Feng.
Untung mata Dimas Feng cukup awas, dan gerakan tangannya sangat cepat. Dia berhasil menahan tubuhnya dan memasukkan tenaga dalam ke dalam tubuhnya.
Tubuh Layla Wei rasanya menjadi hangat dan lebih bertenaga.
Dia mengangguk pada Dimas Feng dan berkata: "Terima kasih." Lalu dia menarik tangannya dengan wajah datar.
"Untuk sementara waktu, racun yang ada di dalam tubuhnya terkendali. Setelah beristirahat selama beberapa hari dan makan obat, tidak akan ada bedanya dengan orang biasa."
Layla Wei menuliskan resep obat pada secarik kertas.
Kita memang tidak boleh berniat untuk mencelakai orang. Tetapi kita juga tidak boleh tidak waspada. Dia bukannya sama sekali tidak berjaga-jaga dan meninggalkan sesuatu. Tetapi pria di hadapannya itu sangat kejam. Dia tidak ingin menjadi orang jahat. Jika dia tidak mencelakai dirinya, dia akan mencari waktu untuk mengatasi apa yang dia tinggalkan untuknya itu. Sebaliknya, dia juga tidak akan duduk diam menerima nasib.
Setelah menulis resep, Layla Wei kembali berkata kepada Gilang Feng: "Masih ada satu hal lagi. Apakah kamu bisa segera mencarikan ibu penjaga untuk anak itu?"
Gilang Feng mengenakan pakaiannya pelan-pelan: "Kamu tidak bisa memberinya makan? Sebenarnya aku sudah mencari ibu penjaga, hanya saja salju menutupi seluruh gunung, dia tidak bisa datang."
Layla Wei merasa, pengetahuan umum orang kuno memang sangat menakutkan: "Aku telah menelan Racun Semut Hijau. Sekalipun aku sudah minum obat penawar, asi yang dihasilkan akan mengandung racun. Anak itu tidak boleh meminumnya."
Tangan Gilang Feng yang sedang mengikat pakaiannya terhenti. Dia tidak terpikir akan hal ini.
"Dimas Feng, pergi dan carilah susu." Gilang Feng memberi perintah.
"Baik, Tuan."
Melihat Dimas Feng hendak pergi, Layla Wei merasa cemas: "Obat penawar!"
Gilang Feng baru saja teringat: "Oh, obat penawar!"
Dimas Feng menyerahkan sebutir obat berwarna hijau pada Layla Wei. Layla Wei mengendusnya, kemudian memasukkannya ke dalam mulut.
Dimas Feng melesat pergi.
Layla Wei baru teringat hal yang sedikit canggung. Bagaimana cara dia kembali? Apakah, dia benar-benar harus merayap pergi?
Setelah memikirkan berbagai cara, akhirnya dia memutuskan untuk membicarakan hal ini pada satu-satunya orang yang hidup di dalam ruangan itu: "Tolong minta bawahanmu untuk memanggil Bibi Song datang."
Gilang Feng turun dari ranjang, lalu menarik sebuah jubah hitam dan mengenakannya.
"Mengapa harus repot-repot?" Dia mengulurkan lengannya yang panjang dan menggendong Layla Wei dan melangkah keluar.
Layla Wei belum kunjung sadar dari kekagetannya saat digendong oleh Gilang Feng. Lalu hembusan angin salju menerpa wajahnya.
Secara insting, dia merundukkan kepalanya ke dalam dekapan Gilang Feng. Tubuhnya sudah seperti itu, gawat kalau dia sampai masuk angin.
Ujung bibir Gilang Feng tersungging.
Apakah dia hendak menendang Adik Keduanya yang sakit itu dan ingin menggodanya?
Layla Wei mensterilkan jarum dengan api, alalu dia mengulangi kata-katanya: "Aku hanya punya waktu dua jam, aku paham."
Gilang Feng tentu saja tidak bisa membuka celananya sendiri. Akhirnya Dimas Feng yang membantunya menanggalkan celananya.
Setelah tubuh Gilang Feng yang telanjang bulat itu terbaring di atas ranjang, Layla Wei mulai menusukkan jarum dengan hati yang tidak gentar.
Gilang Feng menatap wajah Layla Wei. Dia ingin mencari-cari rasa terkejut, kagum, malu, takut dari wajahnya yang amat tenang. Sayangnya, semuanya itu tidak ada.
Rupanya yang seperti ini tidak asing baginya. Pada saat Dokter Yue merawatnya, dia juga tampak seperti itu.
Jika sebelumnya dia masih ragu, sekarang dia sudah bisa memastikan bahwa saat ini Layla Wei sama sekali tidak sedang berpura-pura.
Dia berkata dia tidak ingin mencelakai dirinya. Jangan-jangan dia memang hanyalah bidak catur yang tidak tahu apa-apa dalam seluruh perangkap itu.
Sambil berpikir demikian, tiba-tiba dia merasa tubuhnya lebih ringan. Seluruh energi dan darah yang bergulung-gulung di dalam tubuhnya seolah mendapatkan jalan keluar. Ada suatu gelombang yang mengalir mengikuti pembuluh darahnya. Pembuluh darah yang tadinya tertekan hingga mau meledak, rasanya lambat laun menjadi lega.
Tatapan Gilang Feng pada Layla Wei berubah menjadi kekaguman.
Baru beberapa jarum saja, dia sudah merasa lebih baik. Bahkan Dokter Yue tidak bisa melakukan itu.
Teknik penyembuhannya, benar-benar hebat!
Dia benar-benar merasa semakin tertarik pada wanita itu.
Layla Wei menusukkan jarum yang terakhir. Dia merasa sangat kelelahan hingga matanya berkunang-kunang. Kepalanya nyaris saja jatuh ke atas tubuh Gilang Feng.
Untung mata Dimas Feng cukup awas, dan gerakan tangannya sangat cepat. Dia berhasil menahan tubuhnya dan memasukkan tenaga dalam ke dalam tubuhnya.
Tubuh Layla Wei rasanya menjadi hangat dan lebih bertenaga.
Dia mengangguk pada Dimas Feng dan berkata: "Terima kasih." Lalu dia menarik tangannya dengan wajah datar.
"Untuk sementara waktu, racun yang ada di dalam tubuhnya terkendali. Setelah beristirahat selama beberapa hari dan makan obat, tidak akan ada bedanya dengan orang biasa."
Layla Wei menuliskan resep obat pada secarik kertas.
Kita memang tidak boleh berniat untuk mencelakai orang. Tetapi kita juga tidak boleh tidak waspada. Dia bukannya sama sekali tidak berjaga-jaga dan meninggalkan sesuatu. Tetapi pria di hadapannya itu sangat kejam. Dia tidak ingin menjadi orang jahat. Jika dia tidak mencelakai dirinya, dia akan mencari waktu untuk mengatasi apa yang dia tinggalkan untuknya itu. Sebaliknya, dia juga tidak akan duduk diam menerima nasib.
Setelah menulis resep, Layla Wei kembali berkata kepada Gilang Feng: "Masih ada satu hal lagi. Apakah kamu bisa segera mencarikan ibu penjaga untuk anak itu?"
Gilang Feng mengenakan pakaiannya pelan-pelan: "Kamu tidak bisa memberinya makan? Sebenarnya aku sudah mencari ibu penjaga, hanya saja salju menutupi seluruh gunung, dia tidak bisa datang."
Layla Wei merasa, pengetahuan umum orang kuno memang sangat menakutkan: "Aku telah menelan Racun Semut Hijau. Sekalipun aku sudah minum obat penawar, asi yang dihasilkan akan mengandung racun. Anak itu tidak boleh meminumnya."
Tangan Gilang Feng yang sedang mengikat pakaiannya terhenti. Dia tidak terpikir akan hal ini.
"Dimas Feng, pergi dan carilah susu." Gilang Feng memberi perintah.
"Baik, Tuan."
Melihat Dimas Feng hendak pergi, Layla Wei merasa cemas: "Obat penawar!"
Gilang Feng baru saja teringat: "Oh, obat penawar!"
Dimas Feng menyerahkan sebutir obat berwarna hijau pada Layla Wei. Layla Wei mengendusnya, kemudian memasukkannya ke dalam mulut.
Dimas Feng melesat pergi.
Layla Wei baru teringat hal yang sedikit canggung. Bagaimana cara dia kembali? Apakah, dia benar-benar harus merayap pergi?
Setelah memikirkan berbagai cara, akhirnya dia memutuskan untuk membicarakan hal ini pada satu-satunya orang yang hidup di dalam ruangan itu: "Tolong minta bawahanmu untuk memanggil Bibi Song datang."
Gilang Feng turun dari ranjang, lalu menarik sebuah jubah hitam dan mengenakannya.
"Mengapa harus repot-repot?" Dia mengulurkan lengannya yang panjang dan menggendong Layla Wei dan melangkah keluar.
Layla Wei belum kunjung sadar dari kekagetannya saat digendong oleh Gilang Feng. Lalu hembusan angin salju menerpa wajahnya.
Secara insting, dia merundukkan kepalanya ke dalam dekapan Gilang Feng. Tubuhnya sudah seperti itu, gawat kalau dia sampai masuk angin.
Ujung bibir Gilang Feng tersungging.
Apakah dia hendak menendang Adik Keduanya yang sakit itu dan ingin menggodanya?
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved