Bab 3 Diperkosa Kakak Pertama Tunangannya
by Joe King
07:24,Oct 18,2023
Layla Wei menengok ke arah datangnya suara itu. Dia melihat tubuh yang tinggi semampai melangkah masuk ke dalam pelataran.
Pria itu mengenakan jubah brokat berwarna hitam dan mantel berwarna merah. Warna hitam dan merah sangat membuat wajahnya yang putih bersih itu semakin mencolok dan menawan.
Gilang Feng. Pangeran Pertama dari Kediaman Pangeran Yan. Seorang dewa perang yang sangat terkenal. Pria paling tampan di Kerajaan Yun. Di saat yang sama, dia juga merupakan ayah kandung anak itu.
Layla Wei tercengang di tempatnya. Otaknya dipenuhi dengan ingatan akan malam itu.
Pada upacara perayaan ulang tahun Nyonya Besar Feng di Kediaman Pangeran Yan, Layla Wei dari Keluarga Wei diundang untuk hadir sebagai calon istri Pangeran Kedua. Karena toleransi alkoholnya rendah, dia digiring ke sebuah ruang istirahat di sudut sebuah pelataran.
Malam yang gelap. Angin yang berhembus besar. Ada seseorang yang berjalan masuk ke dalam kamar dan membuka pakaiannya...
Malam itu seperti sebuah mimpi buruk.
Putri sah Keluarga Wei sangat lemah. Bahkan menjerit minta tolong saja tidak berani. Dia takut membuat kehebohan. Maka dia mengeratkan giginya dan bertahan melewati malam itu.
Malam yang berlangsung sangat lama itu akhirnya berakhir. Sinar matahari dini hari menyinari, dan akhirnya dia dapat melihat jelas rupa pria itu.
Tetapi karena wajah itu milik Gilang Feng yang menurut rumor, adalah pembunuh sadis berdarah dingin, dia hanya bisa meringkuk di ujung ranjang. Dia sangat ketakutan, sampai tidak berani mengeluarkan suara napas.
Dia berdiri di depan ranjang. Dia mengibas rambut panjangnya yang hitam seperti tinta. Pakaian dalamnya yang berwarna putuh seperti salu. Matanya yang dingin dan tajam. Bibirnya yang merah segar dan menggoda. Dia seperti gambaran siluman penggoda yang disebut-sebut legenda.
Dia sekilas melihat ke arah noda darah seperti rekahan bunga peoni di atas ranjang. Bibirnya yang indah itu menyunggingkan senyuman: "Apa kamu merasa takut? Jagan takut. Siapa namamu?"
Dia mana mungkin bisa menjawab?
Gilang Feng kembali tersenyum. Tetapi matanya semakin lama semakin gelap. Suaranya yang rendah terdengar seperti roh jahat: "Aku, paling suka mencicipi nona muda yang memiliki kulit halus dan daging empuk. Kamu terlalu kurus. Kamu lebih cocok untuk digoreng dan dihidangkan bersama arak. Tetapi berhubung kamu sudah melayani aku semalam, aku akan meminta orang untuk membantumu mengakhiri nyawamu dengan cepat. Satu sayatan saja, kepalamu akan menggelending. Mati."
"Ah!" Akhirnya dia menjerit.
"Nyalimu hanya seperti ini saja, berani-beraninya kamu menjadi mata-mata? Jika ingin mengerjai aku, setidaknya carilah orang yang cukup pandai." Gilang Feng melirik ke arahnya dengan tatapan menghina.
Itu adalah seluruh ingatan putri sah Keluarga Wei terhadap pria itu. Layla Wei berpikir di dalam benaknya: "Jika dia yang sedang mengalami penghinaan semacam itu, reaksi pertamanya pasti dia akan membunuh si brengsek itu..."
Saat itu, bawahan Gilang Feng sudah berhasil merebut anak itu dan membungkusnya hati-hati dengan kain.
Lalu Gilang Feng berkata dengan nada yang serupa:
"Anak yang baru lahir, sayang sekali jika mati tenggelam. Dia cocok untuk dicuci bersih, lalu dikukus. Direndam dengan arak kuning agar tidak amis. Rasanya pasti enak sekali!" Dia bukan seperti sedang menggambarkan seorang anak, melainkan seekor ikan atau ayam.
Kakak Ipar Chen tidak tahu siapa yang datang. Dia hanya merasa seluruh aura Gilang Feng memiliki tekanan yang amat besar. Tetapi dia sedang melaksanakan perintah dari Nyonya Keluarga Wei. Dia harus meneguhkan dirinya: "Siapa kamu? Cepat kembalikan anak itu padaku!"
Bawahannya menggendong anak yang sudah dibungkusnya itu ke hadapan Gilang Feng.
Gilang Feng meliriknya sekilas, kemudian dia mengulurkan ujung jarinya yang panjang dan menyentuh wajah anak itu. Dia terlihat tidak puas: "Mengapa dia tampak jelek sekali?"
"Kembalikan anak itu padaku!" Kakak Ipar Chen menjerit.
Gilang Feng mengangkat kelopak matanya. Bawahannya segera menangkap Kakak Ipar Chen.
"Kalau wanita tua seperti ini, sudah tidak bisa lagi menjadi lauk. Bungkam mulutnya."
Nada bicara Gilang Feng tetap datar. Tetapi terdengar di telinga Kakak Ipar Chen seperti suara jimat pencabut nyawa. Dia mulai panik: "Siapa sebenarnya dirimu?"
"Berisik." Gilang Feng terdengar kesal.
Bawahannya menuruti perintahnya. Tangannya mengangkat pisau, dan selanjutnya, dia memotong lidah Kakak Ipar Chen.
Chika menjerit ketakutan. Akan tetapi, begitu tatapan mata Gilang Feng mengarah padanya, dia langsung memegang mulutnya.
Seluruh tubuh Bibi Song gemetaran. Dia nyaris tersungkur di atas tanah.
Semua bibi dan bawahan Keluarga Wei yang lainnya merasa sangat ketakutan.
Hanya Layla Wei yang wajahnya tampak tenang. Ada seuntai benang yang sedang menegang di dalam otaknya. Wajahnya yang tadinya pucat pasi, mulai berwarna kehijauan.
"Kamu berani menyerang anakku? Sampaikan pada majikanmu, siapa yang memberi mereka nyali sebesar itu?" Gilang Feng berseru dengan tegas.
Dia sudah melalui medan perang yang begitu lama. Meskipun dia tidak berkata apa-apa. Hanya dengan berdiri di sana saja, auranya sudah membuuat orang segan. Kali ini, nada bicaranya sangat berat. Dia semakin terlihat penuh wibawa seperti raja yang sesunggguhnya.
Bidan itu ketakutan sampai terkencing-kencing. Gilang Feng mengerutkan alisnya, dan dia langsung jatuh pingsan.
"Buang dia."
Gilang Feng memandang sekeliling ke semua orang. Lalu tatapan matanya terhenti sedikit lama pada wajah Layla Wei. Dengan nada datar dia berkata: "Anak ini akan kubawa pergi. Jika keberatan, datang saja sendiri."
Layla Wei mengeratkan giginya dan berseru lantang: "Berhenti. Kamu tidak boleh membawa anak itu pergi."
Seruan lantangnya, tetap terdengar lemah lembut di telinga Gilang Feng karena dia lemah setelah melahirkan.
Dia menyunggingkan ujung bibirnya, seolah tersenyum tetapi tidak tersenyum. Tetapi tatapan matanya tetap dingin dan tajam: "Oh, kamu keberatan?"
Pria itu mengenakan jubah brokat berwarna hitam dan mantel berwarna merah. Warna hitam dan merah sangat membuat wajahnya yang putih bersih itu semakin mencolok dan menawan.
Gilang Feng. Pangeran Pertama dari Kediaman Pangeran Yan. Seorang dewa perang yang sangat terkenal. Pria paling tampan di Kerajaan Yun. Di saat yang sama, dia juga merupakan ayah kandung anak itu.
Layla Wei tercengang di tempatnya. Otaknya dipenuhi dengan ingatan akan malam itu.
Pada upacara perayaan ulang tahun Nyonya Besar Feng di Kediaman Pangeran Yan, Layla Wei dari Keluarga Wei diundang untuk hadir sebagai calon istri Pangeran Kedua. Karena toleransi alkoholnya rendah, dia digiring ke sebuah ruang istirahat di sudut sebuah pelataran.
Malam yang gelap. Angin yang berhembus besar. Ada seseorang yang berjalan masuk ke dalam kamar dan membuka pakaiannya...
Malam itu seperti sebuah mimpi buruk.
Putri sah Keluarga Wei sangat lemah. Bahkan menjerit minta tolong saja tidak berani. Dia takut membuat kehebohan. Maka dia mengeratkan giginya dan bertahan melewati malam itu.
Malam yang berlangsung sangat lama itu akhirnya berakhir. Sinar matahari dini hari menyinari, dan akhirnya dia dapat melihat jelas rupa pria itu.
Tetapi karena wajah itu milik Gilang Feng yang menurut rumor, adalah pembunuh sadis berdarah dingin, dia hanya bisa meringkuk di ujung ranjang. Dia sangat ketakutan, sampai tidak berani mengeluarkan suara napas.
Dia berdiri di depan ranjang. Dia mengibas rambut panjangnya yang hitam seperti tinta. Pakaian dalamnya yang berwarna putuh seperti salu. Matanya yang dingin dan tajam. Bibirnya yang merah segar dan menggoda. Dia seperti gambaran siluman penggoda yang disebut-sebut legenda.
Dia sekilas melihat ke arah noda darah seperti rekahan bunga peoni di atas ranjang. Bibirnya yang indah itu menyunggingkan senyuman: "Apa kamu merasa takut? Jagan takut. Siapa namamu?"
Dia mana mungkin bisa menjawab?
Gilang Feng kembali tersenyum. Tetapi matanya semakin lama semakin gelap. Suaranya yang rendah terdengar seperti roh jahat: "Aku, paling suka mencicipi nona muda yang memiliki kulit halus dan daging empuk. Kamu terlalu kurus. Kamu lebih cocok untuk digoreng dan dihidangkan bersama arak. Tetapi berhubung kamu sudah melayani aku semalam, aku akan meminta orang untuk membantumu mengakhiri nyawamu dengan cepat. Satu sayatan saja, kepalamu akan menggelending. Mati."
"Ah!" Akhirnya dia menjerit.
"Nyalimu hanya seperti ini saja, berani-beraninya kamu menjadi mata-mata? Jika ingin mengerjai aku, setidaknya carilah orang yang cukup pandai." Gilang Feng melirik ke arahnya dengan tatapan menghina.
Itu adalah seluruh ingatan putri sah Keluarga Wei terhadap pria itu. Layla Wei berpikir di dalam benaknya: "Jika dia yang sedang mengalami penghinaan semacam itu, reaksi pertamanya pasti dia akan membunuh si brengsek itu..."
Saat itu, bawahan Gilang Feng sudah berhasil merebut anak itu dan membungkusnya hati-hati dengan kain.
Lalu Gilang Feng berkata dengan nada yang serupa:
"Anak yang baru lahir, sayang sekali jika mati tenggelam. Dia cocok untuk dicuci bersih, lalu dikukus. Direndam dengan arak kuning agar tidak amis. Rasanya pasti enak sekali!" Dia bukan seperti sedang menggambarkan seorang anak, melainkan seekor ikan atau ayam.
Kakak Ipar Chen tidak tahu siapa yang datang. Dia hanya merasa seluruh aura Gilang Feng memiliki tekanan yang amat besar. Tetapi dia sedang melaksanakan perintah dari Nyonya Keluarga Wei. Dia harus meneguhkan dirinya: "Siapa kamu? Cepat kembalikan anak itu padaku!"
Bawahannya menggendong anak yang sudah dibungkusnya itu ke hadapan Gilang Feng.
Gilang Feng meliriknya sekilas, kemudian dia mengulurkan ujung jarinya yang panjang dan menyentuh wajah anak itu. Dia terlihat tidak puas: "Mengapa dia tampak jelek sekali?"
"Kembalikan anak itu padaku!" Kakak Ipar Chen menjerit.
Gilang Feng mengangkat kelopak matanya. Bawahannya segera menangkap Kakak Ipar Chen.
"Kalau wanita tua seperti ini, sudah tidak bisa lagi menjadi lauk. Bungkam mulutnya."
Nada bicara Gilang Feng tetap datar. Tetapi terdengar di telinga Kakak Ipar Chen seperti suara jimat pencabut nyawa. Dia mulai panik: "Siapa sebenarnya dirimu?"
"Berisik." Gilang Feng terdengar kesal.
Bawahannya menuruti perintahnya. Tangannya mengangkat pisau, dan selanjutnya, dia memotong lidah Kakak Ipar Chen.
Chika menjerit ketakutan. Akan tetapi, begitu tatapan mata Gilang Feng mengarah padanya, dia langsung memegang mulutnya.
Seluruh tubuh Bibi Song gemetaran. Dia nyaris tersungkur di atas tanah.
Semua bibi dan bawahan Keluarga Wei yang lainnya merasa sangat ketakutan.
Hanya Layla Wei yang wajahnya tampak tenang. Ada seuntai benang yang sedang menegang di dalam otaknya. Wajahnya yang tadinya pucat pasi, mulai berwarna kehijauan.
"Kamu berani menyerang anakku? Sampaikan pada majikanmu, siapa yang memberi mereka nyali sebesar itu?" Gilang Feng berseru dengan tegas.
Dia sudah melalui medan perang yang begitu lama. Meskipun dia tidak berkata apa-apa. Hanya dengan berdiri di sana saja, auranya sudah membuuat orang segan. Kali ini, nada bicaranya sangat berat. Dia semakin terlihat penuh wibawa seperti raja yang sesunggguhnya.
Bidan itu ketakutan sampai terkencing-kencing. Gilang Feng mengerutkan alisnya, dan dia langsung jatuh pingsan.
"Buang dia."
Gilang Feng memandang sekeliling ke semua orang. Lalu tatapan matanya terhenti sedikit lama pada wajah Layla Wei. Dengan nada datar dia berkata: "Anak ini akan kubawa pergi. Jika keberatan, datang saja sendiri."
Layla Wei mengeratkan giginya dan berseru lantang: "Berhenti. Kamu tidak boleh membawa anak itu pergi."
Seruan lantangnya, tetap terdengar lemah lembut di telinga Gilang Feng karena dia lemah setelah melahirkan.
Dia menyunggingkan ujung bibirnya, seolah tersenyum tetapi tidak tersenyum. Tetapi tatapan matanya tetap dingin dan tajam: "Oh, kamu keberatan?"
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved