chapter 18 Badai Akibat Sebuah Artikel

by Frans Stevanus 16:59,Sep 27,2023
Akhirnya, Nathan Zhang membuka postingan itu dengan maksud menghujatnya.

Nathan Zhang langsung merasa pusing saat melihat teks yang panjang, dia paling tidak suka dengan tulisan sampah dan panjang seperti ini. Namun, sebagai warganet yang suka mengkritik, dia harus bisa menemukan celah kesalahan dari karangan ini. Oleh karena itu, Nathan Zhang pun membaca dengan sabar dari awal sampai akhir.

Karena kebetulan sedang mempelajari ilmu tentang otak, dia pun cukup percaya diri dalam mengulas artikel ini. Dia sungguh bertekad dan bekerja keras mengkritik artikel yang terpampang di halaman utama, yang berani menggunakan "Teori Pengendalian Otak" sebagai topik.

Saat Nathan Zhang membaca paragraf pertama, diam-diam dia menganggap tulisan ini cukup menarik. Dia tidak menemukan ada kejanggalan yang perlu dipertanyakan dan teorinya cukup mempunyai dasar.

“Kelihatannya si penulis sudah memikirkan matang-matang sehingga mampu menggambarkan struktur otak dengan sangat jelas, tapi untuk apa menulis hal yang sudah ada di buku?” gumam Nathan Zhang.

Namun, mata Nathan Zhang tiba-tiba memicing saat mulai membaca paragraf kedua. Dia melihat suatu pengetahuan yang berbeda. Dia menyadari penulisnya bukan bicara omong kosong dan mengarang tidak terarah, bahkan gaya penulisan penulisannya juga sangat bagus karena penulis memilih kata yang sederhana, jelas dan menarik untuk memperkenalkan dengan jelas si otak yang misterius ini.

Semakin dibaca, Nathan Zhang seakan terhisap, dia terkejut dengan argumen yang dikemukakan dalam artikel tersebut. Meski beberapa sangat berbeda dari yang telah dipelajari, Nathan Zhang tentu tahu kebenaran tulisan ini karena dia sendiri adalah seorang dokter otak. Semakin dibaca, isi artikel ini membuatnya sangat tercengang.

Tulisan ini memperkenalkan gagasan untuk menggunakan otak sebagai pengendali perilaku dan kesadaran manusia, hal ini membuat Nathan Zhang gemetar. Dia sangat tidak menyangka bisa membaca sebuah artikel yang sangat berbobot di “Diskusi Kedokteran” dalam jaringan internal Rumah Sakit Utama, begitu berkelasnya artikel ini sampai layak diterbitkan di jurnal medis para profesional yaitu "Medical". Nathan Zhang yang awalnya berniat untuk mengkritik tulisan ini sontak menjadi malu.

"Penulis forum yang keren! Aku benar-benar kagum! Penulis ini sehebat dewa! Ternyata ada orang sehebat ini di Rumah Sakit Utama! "

Setelah selesai terkejut, Nathan Zhang langsung menuangkan kekagumannya di kolom komentar postingan tersebut, kemudian dia langsung mengeluarkan ponselnya dan menelepon Joshua Wu, seorang profesor ilmu otak yang menjadi gurunya.

"Pak Joshua, cepat buka website internal rumah sakit kita dan cari postingan berjudul “Teori Pengendalian Otak” di bagian forum “Diskusi Kedokteran”, jangan tanya kenapa diposting di forum yang isinya tidak berbobot. Cepat buka dan bacalah, artikel itu sangat menakjubkan! Ada beberapa poin yang sepertinya hanya bisa dikomentari seseorang seperti Pak Joshua saja, ini keren sekali. Bacalah, Pak Joshua akan tahu kenapa aku sangat memuji karangan ini.”

Nathan Zhang menelepon Joshua Wu dengan sangat bersemangat, dia begitu menggebu-gebu sampai detak jantungnya tidak bisa kembali tenang untuk waktu yang cukup lama. Nathan Zhang kembali membaca makalah yang dapat membuka arah penelitian baru untuk ilmu otak dan sekali lagi bertekuk lutut atas kehebatan tulisan itu.

Tidak lama berselang, Nathan Zhang melihat ada balasan baru di bawah artikel ini.

'Pak Joshua gaul: “Artikel yang ditulis ini punya dasar yang kuat dan sangat bermakna, bahkan bisa dibilang sudah membimbing perkembangan ilmu otak ke arah yang berbeda. Aku salut, penulis ini memang seperti dewa. Entah siapa dokter di Rumah Sakit Utama yang begitu hebat, mungkin ada yang bisa memberi tahuku siapa penulisnya supaya kitab isa bertemu dan mengobrol dengan detail."

Nathan Zhang semakin terkejut saat melihat balasan ini karena ID komentar di forum tersebut memang milik gurunya, Joshua Wu. Gurunya adalah orang yang sangat tegas, seorang seperti gurunya saja sangat menghormati tulisan ini. Nathan Zhang pun tahu artikel ini lebih dahsyat dari yang dia kira.

Karena balasan Joshua Wu, postingan Septian Shun pun terdorong ke peringkat pertama sehingga makin banyak orang yang membacanya. Kemudian Joshua Wu juga memberi tahu kepada banyak orang untuk membaca postingan tersebut sehingga hanya dalam waktu yang sangat singkat, yaitu satu hari saja, postingan ini langsung menjadi populer. Karena fenomena ini terjadi di internal Rumah Sakit Utama yang sangat profesional, orang-orang pun jadi semakin heboh.

"Tulisan yang luar biasa! Dia bisa mengetahui bagian otak sekecil itu dengan jelas, bahkan CT scan saja belum tentu mampu mendeteksinya. Entah berapa kali penulis melakukan anatomi sampai bisa tahu jelas begini.”

“Meski aku punya pendapat yang berbeda terhadap beberapa argumentasi tulisan itu, harus kuakui profesionalisme penulis ini begitu tinggi, dia membuka pintu baru bagiku.”

"Hebat! Penulis, kamu sungguh luar biasa. Entah seperti apa kerja otakmu sampai bisa muncul ide seperti ini dan poin terpentingnya adalah semua tulisanmu punya dasar yang kuat. Aku sungguh mengagumimu!"

Komentar balasan yang penuh keterkejutan dari para pembaca dengan cepat memenuhi kolom komentar postingan, kehebohan pun dengan cepat terbentuk. Semuanya jadi semakin ingin tahu tentang penulis anonim misterius ini. Dokter yang bisa menulis makalah seperti itu pasti bukan orang biasa. Awalnya mereka pikir Joshua Wu, profesor ilmu otak yang menulisnya, tetapi ketika mereka mendapati ada balasan Joshua Wu di bagian kolom komentar, semua orang menjadi lebih terkejut.

Profesor Joshua dari Departemen Ilmu Otak adalah pakar ilmu otak terbaik di Rumah Sakit Utama, kalau bukan beliau penulisnya, siapa lagi yang mampu menulis postingan sedetail itu?

Setelah tiga jam, ada begitu banyak dokter yang membaca dan memuji artikel ini. Setelah empat jam berlalu, Kepala Departemen Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit Utama, Jessica Wang pun bertindak dengan memindahkan postingan ini ke bagian 'Kalangan Terbatas' di mana artikel ini dibatasi untuk direferensikan ke orang lain. Setelah lima jam, reaksi berantai ini sudah menyebar di seluruh Rumah Sakit Utama, bahkan seluruh kalangan medis sudah mendengar kabarnya. Rumah sakit otak peringkat sembilan terbaik di seluruh Nusantara pun sangat tertarik pada tulisan ini. Karena tidak ada pilihan lain, Jessica Wang mengunci postingan tersebut dan melarang siapa pun memberi komentar pada postingan itu. Di saat yang sama, dia mengadakan rapat darurat dengan para pimpinan dokter dan menghubungkan sistem IP forum untuk menyelidiki siapa penulis asli artikel itu.

Supaya hal ini tidak diketahui oleh kalangan eksternal, semua orang yang ikut serta dalam pertemuan darurat diperintahkan untuk tutup mulut. Pada pertemuan ini, Wakil Direktur Miranda juga hadir. Semua ini dilakukan untuk mencegah si penulis diincar oleh rumah sakit lain, Christian Chen juga tergesa-gesa menghadiri pertemuan ini.

Di sisi lain, Septian Shun si pembuat kehebohan malah terlihat sangat santai, dia yang mengantuk sedang berbaring di meja. Dia tidak tahu seberapa besar badai yang terjadi di dunia luar karena unggahannya.

Sekarang Septian Shun masih berada di unit gawat darurat sebagai dokter baru, dia sedang ditertawakan orang lain sebagai pecundang yang tidak berguna.

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

200